ni ju nana

5.9K 815 35
                                    

"Lah, kok gak ada?"

Jeongwoo mengernyit heran setelah mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kantin, mencari-cari keberadaan bayi llama.

"Padahal tadi dia yang minta dianter nyobain seblak, karena katanya Bang Hiro makan seblak kaya enak banget," monolognya. "Tapi dia sendiri juga yang bilang ga suka pedes..."

Jeongwoo menggelengkan kepalanya, "Bukan waktunya mikirin seblak."

Daripada ribet, akhirnya ia pun memilih untuk menelepon salah satu orang yang ia tahu tadi sedang bersama Haruto, sebelum Jeongwoo meninggalkan mereka untuk menjalani kelas.

Karena ia ingat sekali kalau tadi pagi Haruto bilang ia lupa membawa ponselnya ke kampus.

"Hwan, lo tau Haruto dimana sekarang?" tanya Jeongwoo tergesa, tanpa permisi ataupun salam.

Junghwan di seberang sana terdengar berdecak, tetapi ia memutuskan untuk langsung saja menjawab pertanyaan Jeongwoo ketimbang memarahinya terlebih dulu, kelamaan.

"Gak tau gue, tadi gue tinggal duluan. Terakhir dia bareng Dobby, terus gue ga tau lagi."

Jeongwoo mengangguk, reflek. "Yaudah, makasih Hwan."

Dan Jeongwoo pun menutup teleponnya tanpa menunggu respon Junghwan selanjutnya.

"Berarti sekarang nelpon Dobby."

-

Sementara itu, Doyoung yang baru saja selesai memesan es krim untuknya dan Haruto pun menghampiri pemuda Jepang tersebut di meja mereka.

"Nih," Doyoung meletakkan kedua cup dari tangannya ke atas meja. "Lo kok masih sepet gitu sih mukanya. Udah gue temenin ini, jangan manyun terus dong. Gak enak diliat."

Haruto berdecih, "Kalo gitu gak usah diliat."

"Kan gue di sini cuma sama lo jingan," Doyoung menghela napas. "Lagian, lo kesini gak ngomong sama Jeongwoo dulu? Nanti kalo dia nyariin gimana?"

"Siapa? Jeongwoo?" Haruto melirik Doyoung malas, kepalanya ia senderkan ke lengan di atas meja. "Dianya aja gak peduli. Yakali nyariin."

Lagi, Doyoung menghela napasnya.

Dia tuh yakin banget banget banget, kalo Jeongwoo nggak mungkin kaya yang dipikir Haruto dari tadi. Secara, dia bucin akut. Doyoung udah capek dengerin ocehannya tentang Haruto hampir setiap hari.

Sampai kalau mereka putus, Doyoung yakin yang mutusin pasti Haruto. Mungkin karena udah nggak kuat sama ketidakwarasan Jeongwoo atau sebagainya.

Doyoung aja heran kenapa Haruto bisa mau sama Jeongwoo. Dia yang jadi temennya aja capek, apalagi yang pacaran sama Jeongwoo.

"Lo jangan berprasangka buruk mulu To," Doyoung memulai. "Jeongwoo itu bucin tiga perempat mati sama lo. Percaya sama gue."

"Males," balas Haruto seadanya. "Ngapain percaya sama lo, musyrik."

"Gak gitu konsepnya pinter."

Doyoung mengalihkan perhatiannya pada es krim yang sedari tadi tidak Haruto sentuh. Ia pun mengambil cupnya dan menyendok es krim dari cup tersebut, sebelum membawanya ke hadapan yang lebih muda.

"Yaudah nih makan," Doyoung menatapnya tepat di mata. "Bukan apa-apa ya, gue cuma lagi baik aja."

Haruto memandanginya curiga, lalu dengan ragu membuka mulutnya untuk melahap es krim yang disodorkan Doyoung.

Doyoung menyengir, dan menarik kembali sendoknya sebelum Haruto sempat memakannya.

"Telpon dulu Jeongwoo baru boleh makan es. Gue gak mau dianggep penculik."

Switched || Jeongharu [✓]Where stories live. Discover now