ni ju ichi

7.3K 944 209
                                    

"Makasih Wolfie," ucap Haruto sebelum turun dari mobil Jeongwoo.

"Kamu nggak mau nawarin aku buat mampir gitu?" Jeongwoo mengangkat satu alisnya. Tangan kanannya masih menggenggam setir, sementara kepalanya ia senderkan ke kursi.

"Lah kamu mau mampir? Kok tumben," Haruto balik bertanya. "Biasanya males, udah malem lah, nugas lah. Aku kan udah capek ngajakin."

"Nggak papa. Tutup pintunya," perintah Jeongwoo, lalu memajukan mobilnya untuk diparkir di depan rumah Haruto.

Setelah melepas seatbelt dan mengunci pintu, ia menghampiri Haruto yang menunggunya di depan pagar rumah.

"Kamu nggak markir mobilnya di halaman di dalem situ?"

"Gak ah, kan udah malem. Gak lama-lama, cuma mau nyapa bunda, sama ayah kalo ada di rumah."

"Oh yaudah," Haruto membukakan pagar rumahnya, lalu menarik tangan Jeongwoo dan membawanya masuk ke dalam.

Jeongwoo sih manut-manut aja, dia lagi bacain chat dari Junghwan, yang minta ditebengin besok karena Jaehyuk lagi-lagi mau ke Asahi dulu.

Iya, dibaca doang chatnya.

Lagian udah gede bukannya mandiri, malah sukanya nebeng. Kebiasaan.

Baru sampai di ruang tengah, bunda sudah menyambut kedua insan tersebut, dengan senyum hangat terpatri.

"Wah, ada Jeongwoo. Tumben kamu ke sini malem-malem nak? Nganter Haruto pulang ya? Duh maaf ya Haruto emang manja, padahal dia bisa nyetir mobil sendiri—"

"Bunda ih nanyanya cukup yang pertama aja, kenapa pake ngeledekin Haru segala!!" protes Haruto tidak terima.

Jeongwoo mencubit pelan tangan Haruto, lalu melepas genggaman mereka, dan beralih untuk mencium punggung tangan wanita paruh baya di hadapannya sekarang.

"Iya bun, Jeongwoo mampir, mau ketemu bunda. Sama ayahnya sekalian kalo udah pulang," ujar Jeongwoo sopan. "Haruto ayo salim sama bunda, jangan kayak gitu."

Haruto memutar bola matanya, tetapi mengiyakan perkataan Jeongwoo. "Bunda, anaknya pulang. Kalo Haru masih anak bunda."

Bunda hanya tertawa mendengar penuturan Haruto, lalu mengelus surai anak bungsunya itu. Haruto lagi duduk untungnya, jadi bundanya nggak perlu jinjit buat ngeraih rambut Haruto.

"Haru kenapa sih, pulang-pulang kok udah ngambek aja."

"Ya bunda kalo sama Jeongwoo mesti dibaik-baikin apa apa diiyain, Haru yang anaknya sendiri malah diledekin."

"Ya masa bunda mau ngeledekin Jeongwoo? Kan bukan anak sendiri, nggak sopan dong. Gimana sih Haru."

Jeongwoo mengangkat kedua alisnya, kemudian menatap Haruto sembari tersenyum jahil.

"Nggak apa-apa kok bunda, Jeongwoo diperlakuin kaya anaknya sendiri aja. Toh kan nantinya jadi anak bunda juga."

"H-heh Wolfie!!!"

Bunda terkekeh, "Iya juga ya. Baik-baik ya kalian berdua, Haruto juga jangan main rahasia-rahasiaan sama Jeongwoo terus dong."

Jeongwoo mengerutkan dahinya, begitupun Haruto. Karena dia tidak mengerti maksud bunda.

"Rahasia?"

"Kapan Haru main rahasia-rahasiaan dari Wolfie?"

Bundanya tersenyum senang mendengar nama panggilan yang Haruto ucapkan. Beliau lantas beranjak, menghampiri laci di dekat televisi.

Mata Haruto seketika membola, "BUNDA JANGAN ALBUM YANG ITU—"

"Album?" Jeongwoo ikut beranjak dari sofa, menghampiri bunda.

Switched || Jeongharu [✓]Where stories live. Discover now