ni ju

7.3K 1K 166
                                    

Mumpung belum ganti hari. Mari mengawali tahun dengan chapter dua puluh.

-

"Oh, akhirnya bangun," kata Jeongwoo ketika melihat Haruto yang sedang menuruni tangga.

"Hmm," Haruto bergumam, masih mengucek matanya. "Kenapa kamu nggak bangunin aku, malah turun duluan."

"Aku udah usaha ya bangunin kamu," ucap Jeongwoo. "Salah siapa tadi malem maksain main SSYG sampe dapet perfect semua. Jadinya tidur kemaleman kan."

Haruto mendudukkan dirinya di sofa, di sebelah Jeongwoo. Tangannya meraih tangan Jeongwoo untuk dimainkan, tapi ditepis karena Jeongwoo sendiri hendak mengambil remote televisi.

Haruto mempoutkan bibirnya, dan berujar. "Itu namanya passion, lagian kan akhirnya aku berhasil dapet perfect semua. Keren gak tuh, level hard padahal, banyak rapnya pula."

"Pesyan pesyon. Kalo kamu nginep di sini cuma buat main, terus apa fungsinya kamu ke sini?" tanya Jeongwoo sembari mengganti channel televisi secara random.

"Kan biar aku tidur ada yang meluk," sahut Haruto santai. "Ngomong-ngomong, aku laper. Mana makanannya Wolfiee."

Jeongwoo memutar bola matanya malas, lantas menghela napas. "Ambil sendiri di meja ya baginda. Punya kaki kan."

"Fair enough," Haruto beranjak ke meja makan untuk sarapan. "Makasih Wolfie udah dibuatin sarapan."

"Iya sayang."

"Btw Ru," ucap Jeongwoo lagi. "Nanti ke kafe yuk. Jalan-jalan, kan hari Minggu."

Haruto mendongak, dan menoleh ke arah Jeongwoo dengan raut yang menunjukkan ketidaksukaan.

"Jangan bilang kamu mau ke kafe yang deket kampus—"

"Bingo," Jeongwoo tersenyum pada Haruto, kemudian kembali menatap televisi. "Kopi di sana enak tau, nanti habis dari sana mampir ke tempat yang kamu mau deh."

"Cih, anak indie," bisik Haruto pelan.

"Kamu bilang sesuatu?" Jeongwoo menoleh ke arah Haruto.

"Nggak," Haruto menggeleng sekenanya. "Aku cuma nggak mau ke kafe yang itu. Kafe yang lain aja gimana?"

"Oh tidak bisa," Jeongwoo tersenyum lebar. "Aku udah kadung bilang Yoshi mau mampir ke sana. Katanya dia ada shift pagi sampe siang, jadi aku sekalian mau ngobrol sama dia."

Haruto berdecak sebal, "Jadi kamu emang mau ke sana karena ada Yoshi?"

"Nggak boleh? Aku cuma mau nemenin dia, kasian loh masa hari Minggu juga dia kerja. Watanabe anak bunda Haruto can't relate."

"Lah ya kan mamanya sendiri yang punya kafe, kenapa dia nggak minta libur aja???" Haruto beneran nggak habis pikir.

"Kan mungkin dia suka kerja di kafe," jawab Jeongwoo. "Itu namanya passion, kalo katamu."

"Ck," Haruto menjeda ucapannya untuk minum. "Kalo kataku, kamu nggak boleh ke sana, apalagi buat ketemu Yoshi."

"Kenapa kamu sebenci itu sih sama Yoshi? Aku udah pernah bilang kan, dia itu baik Ru, beneran. Kamu salah banget kalo nilai dia cuma lewat sekali lihat kemarin, dia nggak kaya gitu."

Haruto menaruh piring kotornya di wastafel, dengan wajah yang masih tampak kesal. "Iya, hooh. Aku terus aja yang salah. Kamu nggak pernah mau dengerin aku."

"Bukannya kamu yang nggak mau dengerin kata-kataku? Ayolah Ru, give him a chance. Dia agak tertutup orangnya, kalau malah kamu julidin gini gimana dia gak makin overthinking?"

Switched || Jeongharu [✓]Where stories live. Discover now