ju kyu

7.4K 1K 181
                                    

"Ruuu," Jeongwoo memanggil setengah berteriak, menghampiri Haruto yang sudah bersiap untuk melempar bola tenisnya, hendak melakukan servis. "Aku dateng!"

Haruto menoleh, tersenyum sesaat. Sebelum dia ingat kalau beberapa saat yang lalu dia masih marah pada Jeongwoo.

Ayahnya, Minho, juga ikut menoleh setelah mendengar suara Jeongwoo.

"Itu Jeongwoo udah dateng, Haru. Udahan ya mainnya, udah sore banget juga," ucap ayahnya, lalu meninggalkan keduanya di halaman belakang setelah menyapa Jeongwoo.

Jeongwoo menganggukkan kepalanya, tersenyum dan membalas sapaan ayah Haruto.

Haruto mengerucutkan bibirnya, karena sebenarnya dia masih ingin main. Tapi karena ayahnya sendiri sudah masuk rumah, jadi mau tidak mau diapun ikut berjalan ke arah pintu.

"Hey, why are you upset, baby? I'm already here," Jeongwoo menahan tubuh Haruto yang tadinya hendak melewatinya begitu saja, dan menariknya mendekat untuk dipeluk.

Haruto menggunakan tangannya untuk mendorong Jeongwoo agar dia menjauh. Tapi karena aslinya dia mau juga dipeluk, jadi nggak pakai tenaga sama sekali, dan akhirnya pasrah.

Haruto menaruh kepalanya di atas bahu Jeongwoo, dan bergumam pelan.

"Kamu bilang tadi dateng malem. Ngapain udah di sini, ini masih jam 5 sore," tangannya melingkar di leher Jeongwoo, dan memainkan rambutnya dari belakang kepala.

Jeongwoo terkekeh. Menurutnya Haruto yang sedang sok-sokan ngambek seperti ini tampak lucu, dan manis sekali.

"Bilang aja kamu seneng aku dateng lebih cepet, gak usah sok-sokan gitu," Jeongwoo melepas pelukan mereka untuk mencium pipi Haruto.

Haruto mengerang, kesal karena Jeongwoo melepas pelukannya. Ia kemudian menarik kembali Jeongwoo dan memposisikan kepalanya seperti tadi.

"Nooo, not yet," Haruto menggelengkan kepalanya. "Iya aku seneng kamu dateng lebih cepet. Tapi aku gak seneng kamu tadi ketemu Nori lagi."

Jeongwoo mengusak rambut lelaki yang lebih tua itu, "Panggilannya Yoshi, bukan Nori. Lagian kan aku udah bilang kalo aku disuruh mama nemenin dia. Dan nggak lama-lama amat kan."

"Ya emang, tapi kan-"

Jeongwoo mencium bibir Haruto kilat agar dia menghentikan kalimatnya. Kemudian, ia menarik pemuda itu dan membawanya masuk ke dalam rumah.

"Heyy I'm not finished yet-!!"

Jeongwoo tidak mempedulikan Haruto yang sekarang marah-marah dengan tangan yang masih digenggam oleh tangannya sendiri.

"Bunda, Haruto-nya Jeongwoo bawa pulang ya," pamit Jeongwoo pada bunda Haruto, yang sedang duduk di sofa dan membaca majalah.

Bunda Haruto menoleh, dan mengernyit bingung melihat ekspresi Haruto yang kesal, tetapi kemudian tertawa.

"Haru kenapa, Jeongwoo? Habis kamu marahin? Nakal ya?" tanya bundanya secara beruntun.

Jeongwoo tersenyum, "Nggak kok, dia emang kadang-kadang kayak gini, bunda."

"Hahaha iya sih emang, Haruto mah manja anaknya. Iya apa iya, Haru?" bunda tertawa, senang menggoda anak bungsunya itu.

"Bunda gak usah ikut-ikutan!!!" Haruto menyilangkan kedua tangannya di dada, dan menatap bundanya gusar.

Jeongwoo mencubit pipi Haruto, dan menoleh kembali pada bunda dengan senyuman di wajah. "Gak boleh gitu ke bunda. Udah ya nda, Jeongwoo pulang dulu bawa Haruto."

Jeongwoo meraih tangan bunda dan mencium punggung tangannya, lalu menyuruh Haruto melakukan hal yang sama.

Bundanya mengangguk, tersenyum lembut pada mereka berdua. "Hati-hati di jalan. Haruto jangan minta yang macem-macem sama Jeongwoo ya, nanti gendut tau rasa kamu."

Switched || Jeongharu [✓]Where stories live. Discover now