Bab 12

393 354 227
                                    

Pagi harinya semua anak ekskul tim inti sudah berada di sekolah. Mereka sedang menunggu kedatangan Bus yang akan mengantarkannya untuk camping ke Puncak.

Tak lama Bus yang akan mengantarkan mereka pun sudah datang. Mereka semua akhirnya naik dan berangkat menuju Puncak.

"Yeee akhirnya kita berangkat juga ya, Nal!" sorak Rena kepada Nala yang duduk di sampingnya.

"Iya gue udah nggak sabar, gimana ya rasanya persami?" tanya Nala.

"Lo belum pernah persami?" tanya Rena balik.

"Belom."

"Kok belum pernah?'

"Ya emang baru pertama kali."

"Gue sih udah pernah."

Mereka hanya tertawa bersama.

Di dalam Bus, mereka hanya sesekali bermain gitar dan bernyanyi bersama sambil menikmati perjalanan menuju Puncak.

"Ayo-ayo turun kita sudah sampai," ucap Pak Handoko setelah mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Semuanya pun turun membawa barang bawaan mereka masing-masing.

"Udah sampai Pak?" tanya Cahya.

"Iya," jawab Pak Handoko.

"Lah kita bangun tendanya di sini?" tanya Cahya lagi.

"Bukan, tapi di dalam!" jawab Pak Handoko lagi.

"Ya elah Pak berarti belum sampai dong," keluh Cahya.

"Ya iya, belum."

Cahya hanya ngedumel tidak jelas sementara yang lain hanya tertawa.

"Baik kita masuk sekarang mengikuti jalan setapak ini!" ucap Pak Handoko.

"Iya Pak," ucap semua anak muridnya.

"Pak Surya silahkan di pimpin!" perintah Pak Handoko.

"Baik Pak," jawab Pak Surya.

Yang ikut bukan hanya Pak Handoko dan Pak Surya, melainkan juga Ibu Rita.

Semua murid ikut di belakang mengekori Pak Surya.

Sesampainya di wilayah camping, semua anak ekskul diperintahkan untuk membangun tendanya masing-masing.

Setelah semua selesai, mereka berkumpul atas perintah Pak Handoko.

"Baiklah anak-anak sekalian, sekarang kita sedang berada di wilayah orang dan jangan sekali-sekali kalian menganggap ini adalah wilayah kalian sendiri," papar Pak Handoko.

"Ya iyalah bukan wilayah kita, Pak Handuk Kotor ada-ada aja," bisik Cahya kepada Reno.

"Pak Handoko Cahya," ucap Reno mengingatkan nama Pak Handoko yang sebenarnya.

"Kan Handoko kepanjangan dari Handuk Kotor," ucap Cahya pelan agar tak didengar oleh Kepseknya tersebut, bisa-bisa Kepseknya ngamuk.

"Kalian apa-apaan sih? Diem!" tegur Arsen yang ada di belakang mereka.

Mereka bertiga akhirnya kembali memperhatikan sang Kepala Sekolah.

"Ingat ya, jangan anggap wilayah sendiri. Misalnya buang sampah sembarangan, kalian harus menaati kebersihan wilayah di sini, paham?" lanjut Pak Handoko.

"Pahaam!" teriak semuanya tanpa terkecuali.

Pak Handoko akhirnya berhenti berbicara dan diambil alih oleh Reina.

"Teman-teman dan Adik-Adik sekalian, sebentar akan ada acara api unggun kalian harus menunjukkan beberapa persembahan misal bernyanyi, menari dan bakat-bakat kalian yang lainnya," papar Reina.

ARSENALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang