DUA

139 28 15
                                    

"Kalau bukan karena kakak ku, aku pasti sudah meninggalkanmu membusuk di jalanan itu.”

Badan James babak belur. Obat Pereda nyeri yang baru diminumnya sama sekali tidak  membantu meredakan rasa sakit dan nyeri akibat luka tusuk di perutnya. Sementara luka akibat pukulan batu di kepala nya membuat pikiran nya berselimut kabut. Karena itulah James sama sekali tidak berniat membalas perkataan pria yang membantu dan memapahnya memasuki apartement nya. Terlebih karena adik dari sahabatnya itu sengaja berbicara menggunakan Bahasa Indonesia.

“Uwaah… aku tidak tau kalau bayaran agent CIA bisa digunakan untuk menyewa penthouse semewah ini di tengah New York.” Ilario Velasco. Calon penerus pimpinan mafia terkenal di Amerika Serikat hingga Amerika Latin itu, melempar -secara harfiah- tubuh James ke atas sofa hitam berbentuk L di ruang santai nya. “Benar ‘kah kamu hanya seorang agen CIA biasa?”

James hanya mendengus menanggapi perkataan Ilario. Tentu saja penthouse ini tidak akan mampu dibeli James kalau hanya mengandalkan gajinya sebagai angen CIA. Karena memang James berpindah haluan dari tentara Navy SEAL menjadi agen CIA bukan karena gaji yang ditawarkan pemerintah. Meski Ilario tidak perlu mengetahui hal itu. Tidak peduli dia adalah adik dari Kaivan Arjuna Raynar, mantan assassin yang pernah menyelamatkan nyawa James dan berulang kali membantunya.

Memang. Kehidupan seorang James Carter sebagai agen CIA sangatlah absurd. Dia bersahabat dengan mantan assassin hebat dari gangster terkenal di Indonesia yang pernah menguasai pasar illegal Asia. Lalu sekarang calon pimpinan mafia terkenal justru menyelamatkannya dari buruan pimpinan kartel narkoba yang mengetahui penyamarannya, sehari setelah misi terakhir nya sukses. 

Hal ini semakin absurd karena alasan James berakhir seperti ini juga bukanlah hal yang masuk akal.  Partner James, yang menyamar jadi kekasih pimpinan kartel, memilih untuk membongkar penyamaran James setelah James menolak tawaran cinta satu malamnya. One nights stand yang selalu James hindari setiap melakukan operasi penyamaran. Sialan!

 “Ayolah James! Angelo, Kak Juna maksudku, sudah bercerita kalau sebenarnya kamu bisa berbahasa Indonesia.” Protes Ilario yang kini beranjak menuju dapur James. “Kita sama-sama punya ibu orang Indonesia. Jadi kenapa kamu dari tadi diam seakan tidak mengerti apa yang kubicarakan.”

Karena ibu yang kumiliki tidak sebaik ibu mu, Sialan!

Berbeda dengan Kinar, ibu Ilario dan Juna, yang begitu baik dan hangat. Ibu James adalah orang yang dingin yang selalu menjauhi James sejak James lahir ke dunia ini. Tidak peduli sebarapa keras usaha James mendekati ibunya. Wanita itu selalu bersikap dingin pada James. Bahkan usaha James mati-matian belajar Bahasa Indonesia demi bisa mendekati ibu nya pun sia-sia. Wanita dingin itu pada akhirnya memilih lari dari James dan ayahnya. 

Suara getaran ponsel dari bawah sofa menyelamatkan James dari keharusan menjawab ataupun mengomentari perkataan Ilario. Sambil mengabaikan raut keheranan yang tergambar di wajah Ilario, James meraih ponsel yang sengaja disembunyikannya dengan cara menempelkan benda itu di bagian bawa sofa. Kening James sedikit berkerut sesaat begitu mendapati nama pengasuhnya terpampang di layar ponsel nya.

“Alhamdulillah akhirnya diangkat juga panggilan mbok Nah.” Suara wanita tua itu selalu terdengar hangat di telinga James. “Mas James, Mas James harus cepat pulang ke rumah.”

James tidak dapat menyembunyikan tarikan di ujung bibirnya, begitu mendengar bagaimana mbok Nah memanggil namanya. Hal yang tidak bisa James hindari, karena namanya terdengar aneh saat dilekatkan dengan panggilan Jawa medok yang diberikan Mbok Nah. Salah satu keabsurdan lain yang terjadi di hidup James.

Out of The BlueKde žijí příběhy. Začni objevovat