Prolog

164 36 16
                                    

Seorang gadis kecil tampak sedang menahan tangis sambil memegang lutut kakinya. Saat ia sedang berlari menuju pepohonan rimbun yang tumbuh di dekat rumahnya dengan memegang buku di kedua tangannya, ia tersandung batu kecil dan terjatuh. Kedua mata bulat gadis itu mulai berair. Lelehan air mata mulai membasahi kedua pipinya yang lucu. Tangan mungilnya memegang lututnya yang kini mulai mengeluarkan sedikit demi sedikit cairan merah.

Di balik pepohonan, beberapa pasang mata menatap gadis itu dengan bingung. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mendekat kepada gadis kecil yang sedari tadi telah mereka amati.

Woof woof woof. Gadis kecil itu mendongak saat mendengar suara gonggongan di dekatnya. Ia melihat seekor anjing dan 2 ekor burung berbulu kuning cerah bergerak mendekatinya. Mata yang tadinya memancarkan kesedihan kini berbinar menatap hewan-hewan lucu yang mendekatinya.

Seakan mengerti arti tatapan gadis kecil didepannya, kedua ekor burung berbulu kuning cerah berkicau riang sambil mengitari gadis tersebut.

Cuitcuitcuitcitcuit
"Mengapa kamu menangis gadis kecil?" tanya burung kuning dengan ujung ekor biru.

"A-aku tidak sengaja tersandung saat aku berlari menuju pohon untuk membaca buku"

Kedua burung berbulu kuning tersebut beranjak dari dahan pohon dan terbang mengitari lutut gadis kecil yang terluka. Dan ajaibnya, luka yang tadinya mengeluarkan cairan merah kini menutup sempurna, seakan tidak pernah ada goresan yang melukai gadis kecil itu.

Citcitcuitcitcuit
"Nah, dengan begini maka tidak ada alasan untukmu menangis bukan gadis kecil?" kini giliran burung kuning dengan ujung ekor hijau yang berbicara.

"Wahhh, t-tapi bagaimana b-bisa?" tanya gadis kecil itu sesenggukan.

Cuitcitcitcitcuitcuit
"Aku tidak bisa memberitahumu sekarang gadis kecil." jawab burung kuning dengan ekor hijau itu.

Gadis kecil yang sekarang telah berhenti meneteskan air mata kini bangkit dari tempat duduknya di bawah pohon dan berlarian girang bersama anjing bersurai emas yang tadi "menyapa" nya.

"Siapa namamu anjing manis?" tanya gadis kecil itu dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya.

Woof woof woof woof.
"Namaku Ace, burung berbulu kuning dengan ekor hijau itu bernama Birdie dan yang memiliki ekor biru bernama Isla." jawab anjing itu memperkenalkan dirinya dan kedua temannya.

"Senang bertemu denganmu Ace, juga kalian Birdie dan Isla." senyuman gadis itu semakin mengembang setelah berkenalan dengan ketiga teman barunya.

"Bagaimana denganmu? Siapa namamu?" tanya Ace dengan ekornya yang melambai penuh antusiasme.

"Ah iya, aku sampai lupa aku belum sempat memperkenalkan diriku kepada kalian. Namaku Li-" ucapan gadis kecil itu terpotong saat seseorang berteriak memanggilnya.

"Disini kamu rupanya, Granny sudah berkeliling sedari tadi untuk mencarimu. Ayo bantu Granny menanam morninglory di taman." Granny menyentuh bahu gadis kecil itu dengan lembut dan mengajaknya untuk kembali ke rumah.

"Maaf Granny, aku lupa memberi tahumu aku bermain disekitar pepohonan ini." gadis kecil itu merasa tidak enak karena telah membuat sang nenek tersayang kerepotan.

"Selamat tinggal Ace, Birdie, Isla! Sampai jumpa lain waktu" gadis kecil itu berjalan meninggalkan ketiga teman barunya sambil melambai kearah mereka. Namun ia merasa seakan ia melupakan seauatu. Gadis kecil itu lalu berhenti berjalan dan membalikkan badannya.

"Namaku Livvy, besok kita bertemu lagi ya Ace, Birdie, Isla!" seru gadis itu saat ia teringat ia belum sempat memperkenalkan dirinya tadi.

"Ace? Birdie? Isla? Dengan siapa kamu berbicara Livvy sayang?" tanya Granny yang tampak heran.

"Tadi aku bertemu teman baru Granny, seekor anjing lucu dan 2 ekor burung berwarna cerah. Mereka membantuku saat aku terjatuh dan kakiku terluka tadi. Aku sangat menyukai mereka Granny. Semoga mereka besok datang lagi." jelas Livvy kepada Granny dengan mata berbinar.

"Tunggu, barusan kamu berbicara dengan hewan?" Granny kini semakin kebingungan.

"Berbicara dengan hewan? Tentu saja manusia tidak bisa berbicara dengan hewan Granny." Livvy menjawab sambil tertawa geli karena pertanyaan dari Granny.

"Loh, padahal tadi kamu terlihat sangat antusias memperkenalkan dirimu pada hewan-hewan di dekat pepohonan" kata Granny

"Tidak mungkin Granny." Livvy terkikik geli mendengar penuturan Granny yang menurutnya sangat konyol.

"Granny ada-ada saja, mana mungkin ada manusia yang bisa berbicara dengan hewan." pikir Livvy dalam benaknya

Saat mereka sampai dirumah, Livvy membantu Granny menanam morninglory yang sangat berkilau. Setelah ia mencuci tangannya yang kotor terkena tanah saat menanam bersama Granny tadi, Livvy baru menyadari sesuatu dan memproses hal itu di pikirannya.

"LOH SEDARI TADI AKU BERBICARA DENGAN HEWAN?" teriak Livvy histeris saat ia menyadari hal janggal yang ia lakukan pagi tadi.

⚪️⚪️⚪️

Hellooo! Terima kasih sudah membaca THE PECULIARS

Ini cerita pertama aku hihii🤩
So, what do you think?

Ada yang penasaran ga kenapa Livvy bisa ngomong sama hewan?🧞‍♀️

LANJUT GA YAA?

⚪️⚪️⚪️

THE PECULIARS
27 January 2021

The PeculiarsWhere stories live. Discover now