LANGIT CHAPTER 1

16 3 0
                                    

Gerimis kecil kala senja saat itu sedikit membasahi jaket denim yang selalu menemani setiap hari-harinya. Tak lupa headphone besar berwarna biru dongker tergantung dengan mantap di leher, ciri khas yang melekat padanya. Sesosok pria itu berjalan sambil sedikit berlari kecil agar segera sampai ke rumah selepas kembali dari kuliah sore itu. Seorang diri menerjang hujan dengan sesekali menghalaunya dengan tangan agar tidak mengenai kepalanya. Sesampainya di rumah, tanpa basa-basi ia langsung melemparkan jaketnya ke sembarang tempat dan langsung merebahkan diri di kasur. Mencari lagu favoritnya di media streaming dan juga headphone yang disandarkan ke telinganya. Sempurna, kini ia kembali terlarut dalam dunianya sendiri.

Detik terus beranjak pergi, lagu demi lagu pun silih berganti tanpa henti. Kali ini, lagu bertema akustik sendu yang menjadi pemeran utamanya. Tatapan matanya tak kosong, tapi tak juga terarah. Meresapi lirik dan melodi dari setiap lagu yang ia dengarkan, membuatnya tak ingin melakukan apa-apa. Sibuk dengan isi kepala yang tidak mampu diurai dengan kata-kata.

Sosok itu ialah aku. Langit! Begitulah aku biasa disapa. Iya, seperti bentangan samudra luas di atas sana, yang tidak tahu di mana ujungnya. Itulah nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Supaya aku menjadi orang yang hati dan pikirannya dapat seluas langit, hingga dapat melindungi semua yang ada di bawahnya. Aku tidak tahu apakah aku dapat memenuhi harapan mereka tentang nama pemberian itu atau tidak. Yang aku sadari, aku hanya seperti manusia misterius yang jarang berinteraksi dengan manusia lainnya. Lebih senang untuk menyendiri di pojok keramaian, mengenakan headphone dan mendengarkan lantunan melodi favoritku. Aku tidak benci keramaian dan kerumunan orang, tetapi aku hanya suka seperti ini. Mungkin orang tuaku lupa, meskipun langit itu luas, namun masih banyak hal misterius yang tidak diketahui oleh manusia tentang apa yang ada di baliknya.

Malam beranjak pergi, keesokan hari telah datang. Aku kembali beranjak pergi ke kampus untuk menghadiri kuliah pagi seperti biasa. Setibanya di kelas, teman-teman menghampiriku dan mengajak berbincang. Membahas tentang hal yang sedang hangat kala itu, atau sebatas bertanya apa yang akan dilakukan setelah kelas usai. Tak ada yang berbeda.

Setelahnya, aku kembali tenggelam dalam rutinitasku. Pulang ke rumah, menyandarkan diri di kasur, kemudian mendengarkan lantunan melodi yang sedang ingin kudengar. Hidupku cukup membosankan bagi mereka yang menghabiskan waktu untuk berkumpul di kedai kopi sambil membahas program kerja dari organisasi atau komunitas yang mereka ikuti. Tetapi, inilah aku. Pria misterius yang banyak menghabiskan waktu untuk hal yang membuatku tak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarku.

LANGIT & MELODI [ON GOING]Where stories live. Discover now