10. TENGGELAM

229 16 0
                                    

🏙️🏙️🏙️

Jayden langsung berlari masuk ke hutan untuk mencari keberadaan Rania. Entah kenapa semenjak di perkemahan ini Jayden menjadi sangat posesif tentang Rania.

Entah itu karena dia jatuh cinta pada Rania atau semata-mata hanya ingin membuat Rania luluh padanya. Semuanya seperti sama saja bagi Jayden. Dia merasa harusnya dia yang membuat Rania jatuh cinta tapi kenapa malah dia yang jatuh cinta, batinnya.

"Rania!! Jawab gue!! Lo di mana?!! Rania!! Jawab gue!! Lo di mana?!!"

"Astaga Rania. Kenapa banyak bener sih yang musuhin lo? Apa salah lo? Gue yakin ini ulah Jasmine. Gue yakin. Feeling gue kuat tentang dia. Karna di sini cuma dia yang nggak suka sama lo. Monica sama Daniella nggak ada."

"Awas aja lo Jasmine. Sempat ada apa-apa sama Rania tau sendiri lo akibatnya."

******

Sementara itu di tempat Rania, dia sudah ½ mati menahan tubuhnya yang semakin lama semakin merosot jatuh ke bawah sebab pegangannya semakin melemah karena dia sudah tidak kuat untuk lebih lama berpegangan.

Air matanya mulai menetes membasahi wajahnya menjadi deraian.

"Tolong!! Siapa pun tolong gue!! Tolong!! Tolong gue!! Siapa pun di sana tolong gue!!" teriak Rania terisak.

"Siapa sih yang jahat dorong gue? Apa ada orang lain selain sekolah gue di sini? Gue bisa mati kalau kayak gini," ucap Rania terisak.

Jayden terus berjalan menyusuri jalan setapak di hutan tersebut. Dia mengikuti jejak kaki yang di ketahui seperti jejak kaki seorang wanita. Dia terus mengikuti jejak kaki itu yang membawanya lumayan jauh dari perkemahan mereka.

"Kayaknya ini jejak kaki Rania. Tapi jauh bener dia jalan sampe kemari. Kayak mana dia jalan kakinya lagi sakit," ucap Jayden.

Jayden terus berjalan mengikuti jejak kaki yang dia yakin itu adalah jejak kaki Rania. Sampai akhirnya jejak kaki tersebut membawanya ke pinggir sungai yang banyak bebatuan di sana.

"Hah? Kok kemari? Nggak mungkin Rania sampe kemari. Ngapain dia kemari?" batin Jayden.

Pandangan Jayden kini beralih pada sebuah batu yang berada di pinggiran sungai tersebut. Dia menyipitkan matanya untuk memastikan apakah dia salah lihat atau memang itu benar. Sebuah tangan seperti sedang berusaha untuk naik.

"Eh tapi tapi itu tangan siapa? Eh ada orang kayaknya. Gue samperin aja lah. Kali aja itu--" Jayden menggantungkan ucapannya lalu membulatkan matanya dengan sempurna. "Astaga! Rania!" ucap Jayden.

"Tolong!! Tolong gue!! Siapa pun tolong gue!!" teriak Rania.

"Rania? Itu suara Rania. Iya itu dia," ucap Jayden.

Jayden langsung berlari ke arah bebatuan yang dia yakini di sana dia ada mendengar suara Rania berteriak.

"Rania?" panggil Jayden.

Orang yang merasa namanya di panggil tersebut langsung mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat siapa yang sudah memanggilnya.

"Jayden?" ucap Rania.

"Iya ini gue Ra," ucap Jayden.

"Jay tolongin gue. Gue udah nggak sanggup lagi," ucap Rania terisak.

"Ya udah ya udah lo tenang jangan panik ya? Gue pasti bakalan tolongin lo. Jangan panik. Oke? Sebentar," ucap Jayden.

Pria itu langsung melepaskan sepatu serta jaket yang dia kenakan lalu merubah posisinya menjadi tengkurap.

"Ulurin tangan lo pelan-pelan oke? Jangan buru-buru. Jangan liat ke bawah. Liat ke atas aja. Jangan panik sama sekali," ucap Jayden lalu mengulurkan tangannya ke arah Rania.

MY COLD GIRL || ENDWhere stories live. Discover now