Chapter 51

95.7K 4.1K 204
                                    

"Aww"  Karina mencabuti duri duri yang menusuk tangannya cukup menyesal untuk Karina karena tidak melihatnya dulu, bagaimana lagi kotak itu terlalu besar melebihi tinggi badannya. Ia tadi malah meremas kaktus itu yang dia sangka boneka tedy bear besar.

"Aww aduhh."

"Emakkk."

Parah Vincent emang, tangan Karina sampai berdarah untuk sedikit.

"Karina kamu kenapa." Andri yang melintasi ruangan Karina segera menghampiri gadis itu mendengar ringgikan Karina.

Tanpa diduga Andri meraih tangan Karina. Karina terkejut, matanya terbelalak. Mata mereka berdua bertemu, mata seseorang yang  membuat Karina merasa bersalah.

"Kamu tidak apa apa." ujar Andri.

Karina mengelengkan tangannya masih terpaku dengan keberadaan Andri. Pria itu tersenyum.

"Aku akan mencabutnya dengan hati hati." Andri mencabut duri duri yang menusuk tangan halus Karina, dibuat terbelalak lagi Karina karena Andri yang langsung menghisap darah yang keluar.

"Andri jangan itu jorok, kamu nggak jijik."

"Nggak kok, cinta nggak pernah kenal nama jijik jika itu orang yang disayangi." Andri tersenyum tulus, please Andri stop berbuat baik seperti itu Karina malah makin membuat Karina merasa bersalah karena Ia sudah menyakiti hati pria tersebut.

"Maafin Aku ya kemarin udah njauhin kamu, Aku tahu Aku egois, Aku minta maaf." Andri mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Huhuhuhu Andri cukup kamu enggak salah, Ini semua salahku Aku yang udah ngasih harapan buat kamu, tapi Aku nggak bisa kalo harus didiemin kamu kayak kemarin kemarin, makan siang sendiri, nggak ada temen curhat, nggak ada temen ngobrol Aku kesepian hampa rasanya, Aku lebay ya ngomong kayak gini ke kamu." Karina menunduk malu.

Andri meraih dagu Karina membuat gadis itu mendongak.

Andri melengkungkan sudutnya membentuk sebuah senyuman "Kita lupain kejadian kemarin kita bisa sahabatan lagi kan."

Karina tersenyum bahagia lalu reflek memeluk pria itu. Andri terkejut, susah payah Ia berusaha menelan salivanya. Lalu Andri mengusap punggung Karina menenangkan.

"Bughhh.""" Entah kapan datangnya, darimana Vincent dengan kemarahan membara dihatinya melihat mereka berdua berpelukan, tanpa aba aba mendorong badan Andri sampai membentur tembok.

"Vincent, keterlaluan kamu kenapa sih." sungut Karina. Dia langsung menghampiri Andri yang tersungkur dilantai.

"Andri kamu nggak kenapa napa kan, ada yang sakit?, tangan kamu kebentur sakit nggak sini Aku pijat." Karina meraih tangan Andri yang terbentur, "Aku nggak papa." Andri mengeleng namun Karina memaksa untuk tetap memijatnya. "Nggak mungkin nggak sakit tadi Aku lihat tangan kamu ke bentur keras banget ke tembok."

"Karina!!, singkirin tangan kamu dari Andri, kamu nggak bisa sentuh sentuh pria sembarangan kecuali Aku." Vincent segera menarik tangan Karina dari lengan Andri.

"Ih Vincent kamu kenapa sih jadi kasar kayak gini." Karina berdiri menghampiri Vincent dengan guratan marah diwajah cantiknya.

"Kamu yang apa apaan main peluk pelukan, pegang pegangan tangan segala mesra kayak gitu, Kamu pikir Aku nggak lihat tadi kalian mesra mesraan." ujar Vincent.

"Kapan Aku mesra mesraan sama Andri, Dia cuma ngobati luka tanganku ini juga gara gara kamu yang malah ngasih kaktus ke Aku." sahut Karina dengan dada naik turun menahan emosi.

"Terus ngapain main peluk pelukan segala kalo cuma ngobatin." Vincent menaikan sebelah alisnya.

"Kamu nggak tau apa apa Vin,Aku sama  Andri baru aja baikan, kita selama sahabatan emang saling pelukan dalam artian saling kasih sayang dan menguatkan satu sama lain nggak ada maksud lain." Karina melipat tangan didada.

"Hah ck mulai sekarang kamu nggak usah lagi ketemu sama dia." Vincent menunjuk Andri dengan telunjuknya "dan buat kamu jangan pernah temui calon istriku lagi ingat itu."

"Maaf pak saya salah." ujar Andri.

"Nggak Ndri kamu nggak salah Aku yang  meluk kamu duluan."

"Kamu apa apaan sih, kamu nggak ada hak buat ngelarang ngelarang Aku mau ketemu sama siapa, ngapain aja itu terserah Aku dong." Karina berkacak pinggang dengan matanya yang menatap tajam Vincent.

"Dahlah males Aku." Karina mengambil ponselnya yang ada di meja.

"Mau kemana?." tanya Vincent datar.

"Bukan urusan kamu." sahut  Karina singkat jelas.

"Aaaaa Vincent turunin." Karina memukul punggung Vincent saat pria itu tanpa diduga langsung mengendongnya ala brigt style tanpa   izin maupun permisi  terlebih dahulu.

"Udah kamu diem, biar nggak nambah berat."

Vincent mendudukan Karina di kursi kerjanya.

"Mana tangannya."

"Buat apa."

"Yang  sakit tadi."

Karina menjulurkan tangan kanannya yang tertusuk  duri masih meneteskan darah sedikit. Vincent mengeluarkan plester dengan gambar lucu dari sakunya, Karina tidak menyangka Vincent punya benda seperti itu.

"Maaf." ujar Vincent lirih.

"Hah?." tanya Karina sebenarnya Ia dengar tapi dia ingin mengoda Vincent agar mengucapkannya lebih keras lagi.

"Maaf." ulang Vincent.

"Apa kamu bicara apa Vin." sahut Karina.

"Aduh cantik cantik bolotnya minta ampun." batin Vincent.

"Iya iya Aku salah, Aku minta maaf."

"Kamu tahu salah kamu apa."

"Iya Aku yang udah kirim kaktus buat kamu sampe kamu terluka kayak gini Aku minta maaf." Vincent meletakan tangan Karina dipipinya sendiri menatap Karina dengan mata elangnya agar gadis itu memaafkan dirinya.

"Kamu ada masalah apa sih Vin, sampe segitunya ngerjain Aku kirim kaktus segala." tanya Karina dirinya penasaran akut kenapa Vincent memberinya kado yang sangat tidak diduga.

"Sayang Aku nggak ada niatan sekalipun buat ngerjain kamu, kamu kan nggak bisa nerima bunga dari Aku gara gara alergi kamu sama bunga jadi Aku kasih kamu kaktus." jawab Vincent.

Karina menutup mulutnya yang sejenak tadi mengangga dibuat tercenggang oleh Vincent, sedikit masuk akal sih menurut Karina.

"Kamu nggak suka?." tanya Vincent.

Karina mengelengkan kepala. "Nggak kok, Aku suka apapun pemberian kamu soalnya kamu tulus mau nyenengin Aku."  Karina menerbitkan senyumannya.

Anjir bucin/plakk..

🌹🌹🌹

MANTANKU BOSKU [COMPLETED]Where stories live. Discover now