Chapter 42

79.3K 4K 141
                                    

Karina turun dari taxi setelah membayar ongkosnya. Dia pergi kedalam taman yang tadi sudah diberitahu Andri lewat Wa. Sampai dirinya sudah berada di dekat komedi putar dengan nuansa gold, sangat menarik. Karina belum menemukan Andri. Ia mengecek kembali ponselnya, benar ini tempat yang diberitahukan Andri tapi dimana orangnya. Karina terus mengedarkan pandangannya mencari Andri. Hingga sepasang tangan menutupi mata Karina dari belakang. Karina meraba tangan yang menutupi wajahnya, hidungnya menangkap wangi parfum yang Ia tahu siapa pemiliknya.

"Andri?"

Karina berbalik menghadap pria itu. benar itu Andri. Andri mengumpulkan keberaniannya hari ini Dia akan mengutarakan perasaaannya kepada Karina yang selama ini Ia pendam.

"Malam ini Aku mau bintang bintang disana menjadi saksi bukti cinta kita." Andri meraih kedua tangan Karina.

"Maksudnya." ujar Karina, tiba tiba saja perasaannya tidak enak.

Andri jongkok, mengeluarkan cincin dari saku celananya. Seketika lampu sekitar padam menyorot pada mereka. Andri berusaha untuk tidak gerogi, Ia akan mengucapkan kalimat yang sedari tadi Ia hapalkan.

"Aku tau ini terlalu cepat untuk kamu tapi Aku pengin hubungan kita lebih dari sekarang, Karina maukah kamu menikah denganku."

Karina terbelalak kaget, Ia menatap mata Andri yang bertemu dengan matanya tidak mungkin dirinya bisa membuat pria itu terluka, namun dari dalam hatinya dirinya belum siap untuk menjalin hubungan lagi setelah sekian lama hidup dengan kesinglean itu menurut Karina sudah cukup nyaman. "Haduh bagaimana cara menolak tanpa melukai." batin Karina.

Belum ada jawaban dari bibir Karina namun kembang api sudah berada dilangit bertaburan sangat Indah menghiasi langit malam. tidak sesuai dengan rencana seharusnya kembang api itu diluncurkan setelah Karina menjawab Iya.

Andri berdiri, masih menatap Karina dengan segala kebisuan gadis itu.

"Tidak apa apa kamu tidak menjawabnya sekarang ,Aku bisa menunggu." Andri mengenggam kedua tangan Karina.

"Sebaiknya kamu jangan menunggu Ndri itu akan menyakitimu, Aku Aku belum siap untuk menyalin hubungan dengan siapapun untuk sekarang, Aku lebih senang hubungan kita sebatas sahabat." Karina melepaskan genggaman pria itu ditangannya.

"Tapi kenapa?, Karina jujur saja Apakah selama ini kamu tidak punya sedikitpun perasaan kepadaku." ujar Andri.

Karina memalingkan pandangan dari Andri, mengambil nafas.

"Maafkan Aku Ndri tapi memang benar Aku tidak pernah menyukaimu lebih dari seorang teman." ujar Karina tanpa menatap Andri.

"Aku tidak ingin kamu terluka, Aku tidak ingin orangtuamu menyesal mempunyai calon menantu sepertiku sudah cukup satu orang saja Aku tidak ingin bernasib seperti itu lagi. Jika bisa memilih pun Aku akan memilih dilahirkan di keluarga yang lengkap bukan sebagai seorang anak yang tidak diharapkan oleh orangtuanya, Aku harap ini keputusan yang tepat agar kita berdua tidak terluka, maafkan Aku yang harus mengakhiri tanpa pernah mencoba untuk mengawali." batin Karina.

"Maaf, Aku pulang duluan." Karina berbalik pergi dari tempat itu. Andri masih diam ditempat tak bergeming.

"Arghhhh.." Andri membuang sembarang cincin yang tadi akan Ia berikan kepada Karina. Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Bodoh."

😢😢😢

🎀🎀🎀

"Den Vincent disuruh Nyonya turun buat sarapan." ujar Bi Lala, salah satu pelayan rumah.

"Iya Bi, terima kasih saya segera turun." sahut Vincent dari dalam kamar.

"Vincent sini nak duduk." teriak Kelly saat melihat anaknya yang turun dari tangga.

"Aku langsung berangkat kerja Ma." ujar Vincent saat mengetahui bahwa Luna juga berada di meja makan bersama dengan Keluarga besarnya, "ngapain tuh cewek pagi pagi udah ngejogrog disini" batin Vincent merasa tidak enak dengan adanya Luna.

Vincent duduk disebelah Marsha dan memilih mengambil sepotong roti dengan selai dari pada makan makanan berat untuk sarapan. Disaat seperti ini entah kenapa dirinya merindukan telur dadar gosong milik buatan Karina.

Vincent berdiri beranjak dari duduk, meraih tasnya.

"Ma, Aku pamit ke kantor." Vincent menyalami adiknya, Neneknya, dan kedua orangtuanya.

"Luna ikut kamu Vin biar kalian makin akrab." ujar Kelly.

"Ma, Aku mau kerja bukan piknik ngapain harus bawa nih cewek sih." sahut Vincent.

"Jangan lupa nanti malam kamu pulangnya agak awal untuk membicarakan proses pertunangan kamu sama Luna." ujar Adijaya, ayah Vincent tanpa peduli dengan persetujuan Vincent.

"Tapi Pah, Aku nggak bakal setuju sama perjodohan ini." Vincent pergi tanpa peduli dengan Adijaya dan Kelly yang masih menasehatinya, bisa dikatakan memaksa daripada menasehati.

"Tenang tante Aku bakal nemenin Vincent hari ini." Luna kemudian beranjak dari duduknya untuk menyusul Vincent.

Pippipipipipipppp.....

Vincent membunyikan klakson mobilnya saat Luna merentangkan kedua tangannya didepan mobil untuk menghalangi Vincent pergi.

Vincent membuka jendela mobilnya "Mau ngapain, pergi." usir Vincent.

"Ikut." ucap Luna dengan ekspresi dibuat buat imut tapi menurut Vincent itu cukup untuk mengusir tikus di gudang.

"Enggak ada enak aja." Vincent langsung menancap gas pergi dengan cepat setelah Luna tidak lagi didepan mobilnya. Tanpa memperdulikan Luna yang memanyunkan bibirnya dan menghentak hentakan kesal kakinya ke bumi.

♥♥♥

Tandai typo sama kesalahan kesalahannya ya biasa otak Authornya sering ngelag.😁😢
Bakal Aku up lagi setelah chapter ini 500 vote.wkwkwk Aku tahu itu bakal lama tapi mudah mudah cepet wkwkw.

MANTANKU BOSKU [COMPLETED]Where stories live. Discover now