09. Pangeran Yang Diberkati

48.5K 8.3K 15.6K
                                    


Wahai Roh Bulan, Wahai Roh Matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wahai Roh Bulan, Wahai Roh Matahari

Berkatilah Sang Ksatria dua sisi

Sebuah kelahiran berarti

Yang membangkitkan kemarahan surgawi


Selamat membaca~


Wang Jae tidak tahu orang aneh darimana yang berada di depannya saat itu. Gadis berbaju putih itu sama sekali tidak berteriak atau ketakutan, sebagai gantinya, sepasang matanya yang gelap itu menatap Wang Jae dengan bingung.

Melihatnya, Sang Pangeran menjadi jengkel, namun dia cepat-cepat menarik Pedang Yang miliknya, menyarungkannya kembali di belakang punggung.

"Tuan, anda memiliki masalah?"

'Apa katanya? Memiliki masalah?' Kening Wang Jae langsung mengernyit hingga membuatnya nampak kusut, tatapannya yang sejak tadi suntuk kini semakin menggelap. Ada apa dengan perempuan gila ini? Apa-apaan dengan pertanyaannya?

Mendengar panggilan 'Tuan' itu, Wang Jae berasumsi bahwa gadis ini tidak tahu jika dirinya adalah seorang Pangeran.

"Apa yang kau lakukan di hutan seperti ini?" Suara pria itu menyeru, begitu tajam.

Son Je Ha yang ditanya seperti itu, kebingungannya naik menjadi dua kali lipat. Dia menatap dengan tidak mengerti, "ini kan... jalan umum? Ini hutan yang biasa dilalui warga, bukan? Hutan ini tidak seberbahaya itu untuk Tuan tanyai sedang apa saya berada di sini."

Sepertinya Wang Jae agak linglung, dia ber-oh dalam hatinya, baru menyadari mengenai pertanyaan bodohnya. Tentu saja hutan yang terang benderang ini tidak berbahaya. Lalu perempuan ini tentu baru saja dari sungai sehabis mencuci baju.

Yah apapun itu Wang Jae tidak peduli, dia sekarang mengerang tertahan sembari mencengkeram luka di perutnya dengan tangan kiri yang tiba-tiba berdenyut.

Sementara Son Je Ha juga baru tersadar jika dia masih bersimpuh seperti orang bodoh, lalu pandangannya bergulir ke cengkeraman Wang Jae. Bagaimanapun, muka pria itu terlihat sangat datar. Kelewat datar!

Jadi sebenarnya dia sedang kesakitan atau tidak?

Je Ha ragu untuk bertanya. Tapi pada akhirnya dia tetap bertanya tanpa rasa takut sedikit pun. Tanpa perasaan curiga ataupun was-was bahwasanya pria dengan ekspresi semasam cuka itu bisa saja seorang pembunuh berdarah dingin.

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang