7. The Useless Job

5.8K 834 63
                                    

“Mau kemana?”


Tanpa menghentikan kegiatannya yang tengah mengikat tali sepatu ataupun repot repot menoleh, jaemin menjawabnya, “apa lagi? Tentu saja bekerja”


“Tidak perlu”

Barulah ia terdiam, menoleh singkat lalu menatap mark yang justru terlihat dengan santainya memakan nasi goreng buatannya tadi

“maksudmu aku tidak perlu makan begitu?”

“Di kulkas ada makanan”

Helaan nafas kasar terdengar, jaemin tidak mau berdebat lagi, cukup sudah nanti dia akan berdebat dengan bos mata duitannya itu, “terserah, aku pergi”


“kubilang tidak perlu, lagi pula kau sudah tidak bekerja disana”, gerakan jaemin yang akan memutar knop pintu terhenti, membalik badannya, lalu menatap mark curiga

“apa?”

Bibirnya menyesap pelan kopi hitam di cangkir putih miliknya, lalu berdehm sedikit, “aku sudah mengirim surat pengunduran dirimu”

Bola mata jaemin sukses membulat sempurna, “KAU APA?!”

“aku tidak suka kau bekerja disana, shift-mu tidak sesuai dengan jadwal sekolah”

Tawa sarkastik mulai terdengar, jaemin mengepalkan tangannya guna meredam amarahnya,”ya, dan kupikir itu bukan urusanmu tuan”

Mark menatap jaemin tak kalah nyalang, lalu ia berdiri, hendak pergi kekamarnya agar tidak berakhir menjadi perkelahian sungguhan,“kau berada di rumahku, jadi ikuti aturanku”, setelah itu ia melangkah, menjauhi meja makan juga menghindari perdebatan.

“Kau pikir aku ini istrimu?!”

Langkahnya seketika terhenti, bahunya terlihat naik turun, masih mencoba meredam emosinya,”kalau kau berfikir begitu, silahkan saja”

Pintu kamar tertutup, meninggalkan jaemin yang tengah panas bukan main, terbakar oleh amarahnya

“Hei! Tunggu!—aaghh” jaemin mengacak rambutnya asal, tidak taukah bahwa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan?!


Menjelang siang, hawa panas mulai menguasai kamar meski mark telah menyalakan aircon, laptop yang tengah ia pangku juga membuatnya lebih buruk, ayahnya tidak main main saat memberinya pekerjaan

Ah ya, mark bekerja, atau lebih tepatnya membantu ayahnya mengelola perusahaan dari jarak jauh begini, katanya sih hitung hitung belajar agar saat lulus nanti mark bisa langsung menempati posisi ayahnya

Well, tentu mark menolaknya, ia membantu pekerjaan ayahnya murni karena gaji, dan tidak mau hidup enak tanpa melakukan apapun, padahal ayahnya telah menantikan saat saat dimana mark lulus dan menjadi penerusnya. Tapi pemikiran mark berbeda, ia ingin kuliah, mendapatkan ilmu sebanyak banyaknya, dan mungkin akan pindah ke tempat kelahirannya untuk membangun perusahaannya sendiri

Merasa tidak kuat, mark beranjak dari kasurnya, gerah bukan main, bahkan beberapa bulir keringat terlihat di dahinya. Tungkainya berjalan, sementara tangannya sibuk mengipasi diri, oh ia butuh sesuatu yang dingin

‘cklek’


“Yah! Apa yang kau lakukan?!”

Memang tidak sesuai harapan, bukannya sesuatu yang dingin, justru ia dihadapkan dengan sesuatu yang lebih panas

“Kenapa sih—oh… maaf maaf, aku lupa kau sensitif pada tubuhku”

Dengan santai jaemin mengenakkan pakaiannya kembali setelah sebelumnya bertelanjang dada serta bercelana sangat pendek, bersandar dengan nyaman dengan kotak es krim di pangkuannya, menonton siaran kartun di layar televisi

Mark mendekat, menatap tak percaya pada dua kotak es krim miliknya yang telah tandas,“hei! Kau memakan semua es krimku?”


Tidak terganggu, pria itu justru kembali sibuk mengganti channel televisi menggunakan remote yang sejak tadi berada di genggamannya, “Hmm”


Mata bulat mark menyipit kesal, “apa ini balas dendam?”


“kalau kau berfikir begitu, silahkan saja”

Sial, apa anak ini baru saja membalikkan kata katanya?, ia memang bodoh sudah melawan jaemin dan mulut besarnya

Lagi lagi mark memilih untuk mengalah, lebih baik ia berjalan menuju kulkasnya—melihat apa ada makanan atau minuman dingin lainnya—daripada harus meladeni jaemin dan mulut pintarnya

Kulkas besar itu dibuka, Hanya ada air dingin dan beberapa snack, bibir mark tanpa sadar melengkung kebawah, tolong jangan adukan pada seseorang yang masih berada di ruang televisi atau bisa bisa mark kembali dijadikan bahan candaan

Dengan pasrah ia meraih botol air dingin dan membawanya bergabung bersama pemuda yang kini telah menjadi penghuni baru apartemennya yang biasanya tentram itu

Minuman itu diteguk secara dramatis, jangan salahkan, cuacanya memang terlalu panas sampai sampai mark memiliki pemikiran untuk masuk kedalam lemari pendingin dan membuat tenda disana

Disebelahnya jaemin terus memencet mencet remote tivi, sampai akhirnya ia menyerah dan melempar remote itu asal kesebelahnya,“AHH BOSAAAN!”

Bola mata mark memutar malas, setelah menguasai ruang tivinya, melempar remotenya, dan menelan semua es krimnya pria ini masih saja banyak mengeluh

“apa yang bisa kau kerjakan hanya mengacau dan mengeluh?”

Jaemin mendelik kesal, merebut snack yang tadi dibawa oleh mark dari lemari pendingin, “Iya, karena seseorang telah membuatku keluar dari pekerjaanku”

Mark menghembuskan nafas kesal, “jangan mulai”

Tak mau kalah, jaemin justru menegakkan tubuhnya, terlihat menantang yang lebih tua,”Oh?! Jadi aku yang mulai?! Kalau kau tidak—”

“oke oke! Tidak perlu dijelaskan lagi! Cuacanya sedang panas, jadi jangan membuat kepalaku ikutan panas”, setelahnya mark berdiri, masuk kembali kedalam kamarnya setelah merebut kembali snack yang sebelumnya telah dimakan oleh jaemin

Bermenit menit berlalu, dan jaemin benar benar merasa bosan, biasanya jika tidak bekerja, ia akan pergi bersama jeno ke tempat menyenangkan—baginya, seperti club atau tempat pelatihan tinju abal abal di ujung kota, tapi akhir akhir ini dia memang tengah berusaha menghindari tempat semacam itu, sekaligus menghindari jeno juga, entahlah, hanya jaemin yang tau alasannya

Tapi kali ini dia sungguh tidak kuat oleh kebosanan, sebelumnya ia telah mengecek beberapa situs untuk kembali bekerja— meski tentu tidak mungkin didapatkan hanya dalam sehari, tentu saja pekerjaan keras seperti kasir atau pramusaji yang menjadi incarannya, memangnya pekerjaan apalagi yang bisa menerima lulusan sekolah menengah pertama

Sedang asik dalam lamunannya, jaemin tidak menyadari bahwa mark telah keluar dari kamarnya, lebih rapi dibanding terakhir kali ia keluar.

“mau ikut tidak?”

Tersadar, jaemin mendongak dan menemukan mark tengah berkacak pinggang, pria itu menggunakan jaket biru tua serta jeans hitam, menunggu jawabam darinya

Tapi jaemin terlihat tidak tertarik, ia jistru kembali meraih bungkusan keripik kentang yang masih terisia,“Kemana?, kalau itu ke perpustakaan lebih baik aku mati”

Mark memutar bola matanya malas, “begitukah kau memandangkku?”

“lalu bagaimana aku harus memandangmu? Ketua osis dengan peringkat siswa tertinggi?”

Oh benar, berdebat dengan jaemin tidak akan pernah ada gunanya,“tidak usah banyak bicara, sudah ikut saja—aku tunggu di mobil”

Bibir jaemin maju beberapa senti, menatap kepergian mark yang telah berjalan kearah pintu, meninggalkannya sendiri dengan tatapan dan pemikiran penuh curiga




TROUBLEMAKER [Markmin]Where stories live. Discover now