11. His Shield

5.9K 902 239
                                    


Suara denting sendok yang menyentuh piring terdengar bersahutan di ruang makan yang terhubung dengan dapur. Keduanya tidak ada yang berbicara, sibuk dengan makanannya. Apalagi mark, anak presdir lee itu paling tidak suka jika ia diganggu jika tengah menyantap makannanya, jadi jangan heran ketika suasana seperti inilah yang akan terjadi di meja makan setiap harinya. Disebrangnya jaemin terlihat telah terlebih dahulu selesai. Berandal itu menumpukkan kepalanya dengan satu tangan, lalu tangan yang satunya meraih gelas berisi air putih untuk kemudian dia minum.

Setelah suapan terakhir penuh kenikmatan bagi mark, ia baru tersadar sesuatu yang membuatnya mengerutkan dahinya sembari menatap piringnya yang telah kosong




“sepertinya akhir akhir ini kau memasak lauk yang sama”


Jaemin melirik malas tanpa mengubah posisinya, “memang”

Dahi mark semakin mengerut tak puas dengan jawaban lawan bicaranya, dia meletakkan sendok keatas piring kotor yang sebelumnya berisi telur omellete, “ini enak, tapi aku mau menu lain”


“buka kulkas besarmu itu, kau bisa meletakkan semua buku bukumu didalam sana”



“apa maksudmu?”


Jaemin menghela nafasnya sembari tangannya memain mainkan sendok diatas piring kotornya, “itu kosong, seito kaicho… hanya ada telur, jadi tidak usah protes”

Wajah mark semakin keheranan, “yasudah beli bahan makanan”


Dengan itu jaemin menyentak sendoknya keras kearah meja sampai menimbulkan bunyi yang cukup keras, lalu ia menegakkan tubuhnya, menatap mark kesal, “kau lupa bahwa aku pengangguran?!, aku tidak mau mengedipkan mataku pada om om kasir untuk membayar bahan makanan.— Jadi suamiku… kau harus menafkahi aku!”


“Kenapa tidak mengatakannya?”


Matanya memutar malas mendengar pertanyaan lain dari mulut lawan bocaranya, “yang ada di otakmu hanya belajar, bekerja dan makan. Tentu saja tidak ada ruang untukku lagi”—oke yang ini terdengar seperti curhatan, karena seminggu kebelakang, jaemin bosan melihat mark hanya mondar mandir untuk keperluannya. Sedikit banyak pemuda na itu merasa diabaikan.

Mark menghela nafasnya, akhirnya ia tau apa yang membuat jaemin terlihat mengamuk seperti ini. Yang lebih tua lalu beranjak dari kursinya, sambil menatap jaemin. “bersiaplah, kita ke supermarket”


Senyum cerah di bibir jaemin timbul setelah seingatnya selama seminggu lebih tertekuk kesal, membuat mark yang ingin berjalan ke kamarnya mengurungkan niat, “SUNGGUH?!”

Mark tidak langsung menjawab, matanya tak berkedip menatap si preman sekolah yang berbinar kesenangan, lalu mengangguk kaku atas pertanyaan yang lebih muda

Senyum jaemin semakin mengembang, ia bangkit lalu memeluk tubuh kaku mark dengan cepat

“YES! OKE SUAMIKU… BERSIAPLAH UNTUK BANGKRUT” Ucap pemuda itu sambil melenggang pergi dari sana, meninggalkan mark yang masih berdiri dengan pikiran kacaunya


‘ah sial, dessert macam apa barusan itu?’

.
.
.





Mark mendorong trolley yang telah terisi setengah sementara jaemin berjalan kesana kemari mencari barang barang.



Matanya tidak pernah lepas dari si surai biru yang terlihat sangat antusias hanya karena berbelanja.



TROUBLEMAKER [Markmin]Where stories live. Discover now