20. Other Side

6.6K 895 256
                                    

“Kau tau kau bersikap aneh sejak kembali dari sekolah bukan?” tanya jeno akhirnya, lelah melihat kelakuan jaemin yang kembali membuatnya menyipitkan matanya ragu—ragu atas kewarasan jaemin yang masih tersisa



Rambut biru jaemin hampir terlihat seperti sarang burung karena pemuda itu tidak berhenti mengacak acaknya brutal. Sementara jeno bahkan tidak bisa mendeskripsikan ekspresi wajah yang jaemin gunakan saat ini. Dia terlihat frustasi, tapi ada sesuatu yang ditahannya—melihat bagaimana pria itu terus saja menggigit bibir bawahnya



Apa terjadi sesuatu? Apa jaemin berhasil menjadi kriminal di sekolah lagi? Lalu hal gila apa yang dilakukannya? Membakar nilai ulangan satu sekolah? Atau lebih buruk lagi, membakar rambut kepala sekolah yang bahkan tidak memiliki rambut sehelaipun?



Getaran ponselnya mengalihkan perhatiannya sejenak, untunglah, jeno juga mulai sebal melihat wajah itu.



Senyumannya menggembang mengetahui siapa yang mengiriminya pesan. Dengan berbunga bunga ia membuka pesan dari sang pujaan hati yang sejujurnya jarang sekali memulai percakapan seperti ini, tapi ia langsung mengernyit bingung ketika ia hanya menemukan satu kata dalam pesan itu





Maaf’






Apa? Renjun meminta maaf?!


Pikirannya langsung kalut. Adegan adegan film yang biasanya terputar dimana pesan seperti ini dimaksudkan karena sang tokoh ingin pergi ke luar negri, atau lebih buruk lagi keluar dunia untuk selama lamanya membuat jeno langsung bangkit dari sofa panjangnya, keluar ruangan dengan ponsel yang ia letakkan di telinganya.


Lucas yang sedari tadi memperhatikan hanya menggelengkan kepalanya, kalau boleh jujur dirinya bersyukur tidak masuk kedalam hal hal berbau cinta, oh dan tidak akan pernah. Lihat saja dua orang yang sejak tadi berperilaku aneh hanya karena hal bulshit bernama cinta itu.



Atensinya kembali pada bintang utama malam ini. Jaemin masih sibuk melilitkan perban pada telapak tangannya, dengan pikiran yang entah kemana jauhnya, lucas juga tidak mau mengerti.



“Kau masih bisa mundur sekarang kalau kau mau”



Mata itu melirik sedikit, lalu kembali lagi pada pekerjaannya, menyikapi rasa khawatir sahabat sekaligus pemakan uang itu dengan santai.




“kenapa aku harus?”



Hanya ada helaan nafas dari mulut yang lebih tua sebelum dirinya bangkit dari kursi panjangnya untuk menghampiri sang pemeran utama dalam permainan nanti malam





“Karena kau bisa saja mati menghadapi bajingan penuh dendam itu”





“matipun aku tidak peduli lagi”



Ah, seharusnya lucas tidak pernah mencoba. Bertahun tahun ia mengenal jaemin, dan tidak pernah sekalipun dirinya sanggup melawan mulut besarnya.





Baru saja bibirnya akan terbuka untuk memberikan semangat terakhir sebelum jaemin masuk kedalam ring, suara teriakan dan sesuatu yang terbanting dari luar pintu mengintrupsinya. Membuat kedua lelaki itu menatap kearah satu satunya pintu diruangan itu dengan heran




BRRAKKK’



Pintu kayu itu hampir saja lepas dari pengaitnya, menampilkan sosok yang tidak pernah diduga akan muncul di tempat kotor seperti ini.




Dibelakangnya, jeno menyusul dengan nafas yang tidak karuan, mencoba menggapai lengan yang telah mengeras itu agar tidak masuk lebih jauh



TROUBLEMAKER [Markmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang