5. The Awkwardness

5.9K 892 81
                                    

“Masuk ke mobilku”




Jaemin mengerjab cepat mengembalikan kesadarannya dari tidur singkatnya, “oh? Seito kaicho?”

“kutinggal ya”

Dengan reaksi lambannya, jaemin berlari mengikuti pria yang telah lebih dulu berjalan cepat kearah mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya. Bukannya apa, tapi ketua osis itu membawa serta tasnya

Perjalanan itu entah mengapa terasa begitu canggung, jika biasanya mereka akan saling melempar umpatan atau setidaknya obrolan tidak jelas, kini mereka berdua terlihat tidak mampu membuka mulutnya. Jika dipikir pikir mark memang tidak suka banyak bicara, tapi jaemin… pria itu tiba tiba saja menjadi sosok pendiam?, diatas kursi kemudinya, mark tak bisa fokus sama sekali, ia tidak berani memeriksa langsung pria disebelahnya, malu, namun disaat yang sama ia ingin tahu

Saat kendaraan itu telah sampai di tempat tinggalnya, mau tidak mau ia menoleh kearah kursi disebelahnya dan menemukan bahwa ternyata pria itu kembali tertidur sembari mengenggam seat belt dengan kedua tangannya. Lucu juga jika diperhatikan, bagaimana sosok yang biasanya suka melawan dan menonjolkan kekerasan diatas segalanya itu kini justru terlihat seperti kucing yang terlantar. Terlihat sekali bahwa ia kelelahan, wajahnya juga sedikit menirus dan terlihat pucat—oh, mark akhirnya tersadar bahwa ia memperhatikan jaemin terlalu lama

Dan mark kembali merasa bimbang, ingin membangunkannya, tapi tak sampai hati, tapi kalau tidak dibangunkan… dia pun ingin segera tidur di ranjangnya. Menggendongnya—sigh, tidak mungkin dia mau melakukan itu, membayangkannya saja sudah sangat mengelikan

Akhirnya mark memilih keluar dari mobilnya setelah sebelumnya mengambil tas hitam jaemin yang ia lempar ke kursi belakang, memutari mobilnya dan langsung membukakan pintu disebelahnya

“Bangun!”

Kelopak yang tertutup itu bergerak beberapa kali sebelum akhirnya terbuka, dalam hati mark merutuk dan mengalihkan pandangannya sesegera mungkin, kenapa juga pria itu terlihat berbeda sih

Tanpa suara mark melangkah menjauhi mobilnya, tak peduli apakah jaemin masih mengumpulkan kesadarannya, lalu, setelah tau bahwa jaemin mengikutinya, mark mengunci mobilnya, berjalan tanpa menoleh kebelakang sekalipun

Tepat saat jaemin merubuhkan dirinya pada sofa yang rasa rasanya telah tak asing lagi itu, mark kembali bersuara, “kau sudah makan?”

Wajah yang sebelumnya terbungkam bantalan sofa mendongak, mencoba tersenyum jahil seperti biasanya meski mark tetap dapat melihat gurat kelelahan disana, “kau jadi terdengar seperti ibuku”

Oh ayolah, mark sedang berusaha menjadi baik sekarang, dan pria ini tetap saja menguji kesabarannya, well, setidaknya mulutnya bisa terbuka setelah sekian lama hanya diam tanpa suara

“Terserah, kau tidak tau diri kan? Kalau mau ambil saja di kulkas”

Lalu mark meninggalkan jaemin sendiri disana, memilih untuk benar benar membersihkan dirinya dan beristirahat dibandingkan harus memulai percakapan random lainnya, ia terlalu lelah, hari ini terasa begitu panjang bagi mark




Keesokan paginya, ia kembali tak menemukan pemuda itu di tempatnya, mark bahkan sempat berfikir bahwa apartemennya mungkin akan berubah seperti penginapan nantinya.

Helaan nafas terdengar saat kopi hitam berhasil diteguknya, sarapannya pagi itu hanya kopi dan roti yang kemarin sempat ia beli di mini market. Ia kembali menatap sofa abu abu miliknya dan kembali berkutat dengan pikirannya, yang ia ketahui, ada satu hal yang pasti… jaemin tidak benar benar pergi, terbukti dari baju bajunya yang tertinggal di atas meja

TROUBLEMAKER [Markmin]Where stories live. Discover now