16

13K 602 2
                                    

********

Sudah 3 hari Prilly belum juga sadar. Walaupun ia sudah melewati masa kritisnya, tetapi dokter mengatakan bahwa Prilly dikatakan koma dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.
Setiap hari, sepulang sekolah Ali selalu menemani Prilly di rumah sakit. Ali hampir tidak pernah pulang ke rumahnya karena ia ingin jika Prilly sadar nanti yang pertama Prilly lihat adalah dirinya.
Ali memasuki ruangan Prilly. Terlihat berbagai alat bantu untuk membantu kesembuhan dan kehidupan Prilly. Ali duduk di kursi yang tersedia di samping ranjang Prilly. Ia mengelus puncak kepala Prilly lembut.
"Sayang, kamu kenapa belum bangun juga...emangnya kamu gak kangen sama aku?" Ali selalu mengajak berbicara Prilly, ia yakin bahwa Prilly akan mendengar semua perkataannya.
"Prilly, aku kangen sama permainan piano kamu, aku ingin belajar berdua lagi sama kamu..." Ali berbicara sambil menggenggam tangan Prilly erat. Prilly yang pada dasarnya mempunyai kulit putih semakin terlihat pucat pasi dengan sakit yang dideritanya.
"Kamu tahu, aku kemarin udah belajar satu lagu yang aku persembahkan buat kamu..." kata Ali sambil menyeka air matanya yang sedari tadi keluar. Bukan, bukan sejak dari tadi air mata Ali keluar, tetapi sejak Prilly mengalami kecelakaan untuk kesekian kalinya.
"Kamu mau mendengarnya?, kamu mau kan, makanya kamu harus bangun...bangun sayang..." Ali mencium tangan Prilly berkali-kali, menggenggamnya erat, berharap Prilly bangun dengan sentuhan Ali.
Tiba-tiba Ali berdiri dan membungkuk, mendekatkan bibirnya ke telinga Prilly, kemudian berbisik sesuatu.
"Aku harap kamu bangun sayang...aku cinta kamu...melebihi cinta yang pernah ada di dunia ini," bisik Ali penuh harap dan ketulusan. Kemudian Ali mengecup kening Prilly lama. Berharap Prilly merasakannya. Merasakan harapan Ali agar ia. terbangun dan bisa bersama Ali lagi, selamanya.
Tiba-tiba Ali merasakan jemari Prilly bergerak.
"Prilly kamu...kamu sadar sayang..." ujar Ali senang. Perlahan Prilly terlihat membuka mata dan menatap Ali yang berada di sampingnya.
"Ka..kamu....siapa...?" ujar Prilly lirih, sampai-sampai Ali tidak mendengarnya.
"Apa?, apa sayang, kamu bilang apa?" tanya Ali.
Prilly menarik nafas berat, terlihat ia berusaha mengumpulkan tenaga untuk berbicara.
"Kamu siapa?" tanya Prilly untuk kedua kalinya.
Ali kaget luar biasa. Bagaimana bisa Prilly tidak mengenali dirinya. Seketika air mata Ali mengalir kembali. Sakit. Sekarang ia merasakan sakit mendengar pertanyaan Prilly. Ia merasa senang melihat Prilly siuman, tetapi kenapa Prilly tidak mengenali Ali sebagai kekasihnya?

********

Kalian tahu bagaimana rasanya dilupakan. Walaupun dengan orang yang belum lama kita kenal. Apalagi dilupakan oleh orang yang kita cintai. Itu terasa sakit tepat di ulu hati. Dan, ini yang Ali rasakan sekarang. Prilly. Orang yang sangat Ali cintai tidak tahu siapa Ali lagi. Kekasihnya. Dia tidak lagi mengenal Ali. Apa ini karena kecelakaan ini, operasi beberapa hari yang lalu? batin Ali berkecamuk.
Bagaimana jika ini berlangsung lama atau bersifat permanen? batin Ali lagi.
Setelah beberapa saat dokter memeriksa keadaan Prilly, dokter Primus keluar menemui keluarga Prilly.
"Bagaimana dok?" tanya papa Prilly penasaran.
"Mari bapak ikut keruangan saya," pinta dokter Primus.
"Om, Ali boleh ikut?" tanya Ali yang ingin juga mengetahui keadaan Prilly secara langsung.
"Boleh, ayo," ajak papa Prilly. Kemudian, mereka bertiga berjalan menuju ruangan dokter yang menangani Prilly. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di ruangan tersebut.
"Silahkan duduk," dokter Primus mempersilahkan papa Prilly dan Ali duduk.
"Dok, apa Prilly hilang ingatan?" sambar Ali tidak sabaran dengan keadaan Prilly.
"Itu yang saya ingin bicarakan, keadaan Prilly sekarang mulai stabil setelah dia siuman, namun saya memeriksa bahwa Prilly mengalami kehilangan memori jangka pendeknya akibat benturan di kepalanya," jelas dokter Primus.
Tak terasa air mata Ali mengalir kembali. Pikiran yang menganggu selama Prilly koma seperti dikabulkan oleh Tuhan.
Memori jangka pendek, berarti kebersamaannya dengan Prilly beberapa bulan yang akan hilang?
Ali tidak sanggup lagi mendengar ucapan dokter. Ali keluar dari ruangan itu. Ia berlari menuju kamar perawatan Prilly. Ali menatap nanar wanita yang ia cintai terbaring lemah. 'Kenapa ini semua harus terjadi?, apa aku tidak berhak bahagia?, apakah aku tidak berhak hidup bersama wanita yang aku cintai?, batin Ali bertanya dalam kesedihan.
Ali mendekati ranjang Prilly. Mengusap kepalanya dan mencium kening Prilly. Tiba-tiba Prilly membuka matanya perlahan. Ali segera mengusap air matanya. Ia tidak mau terlihat menangis di depan Prilly.
"Hai..." sapa Ali lirih. Prilly hanya menatap Ali bingung.
"Kamu siapa?" tanya Prilly lemah. Ali menghela nafas berat. Ia berusaha tegar, namun air matanya menetes tanpa dikomando.
"Kamu kenapa menangis?" tanya Prilly lagi heran. Ali tersenyum perih.
"Gak, gak papa, aku...aku Ali," ujar Ali. Berat rasanya mengucapkan kata itu. Ia seperti orang asing yang baru saja berkenalan dengan Prilly.
"Ali?" heran Prilly. Prilly tidak ingat jika ia mempunyai teman atau saudara bernana Ali.
"Iya Ali, kamu ingat?" tanya Ali. Prilly hanya menggeleng pelan.
"Ya udah kalo tidak ingat, lambat lau pasti kamu ingat sama aku," Ali berusaha bersabar. Bersabar untuk jangka waktu yang lama.
"Kamu tidur lagi ya, aku temenin di sini," ujar Ali lembut. Prilly tersenyum manis. Walaupun ia sedang sakit, namun ia tetap terlihat cantik dan manis.
Prilly mulai memejamkan mata kembali. Ali dengan setia menunggu sambil mengusap kepala Prilly pelan.
"Semoga kamu cepat ingat sama aku ya sayang..." gumam Ali menggenggam tangan Prilly dan mengecupnya singkat.

********

I Feel You RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang