9

15.6K 740 1
                                    

**************

Bau obat-obatan menyeruak di penciuman Ali. Sejak 2 jam yang lalu, dengan setia Ali duduk di samping Prilly yang terbaring lemah. Orang tua Prilly meminta Ali menjaga Prilly,karena mereka sedang mengambil pakaian Prilly di rumah.
Sedari tadi Ali diam,memandangi wajah Prilly yang pucat pasi. Luka Prilly cukup parah. Terdapat perban di kepala Prilly. Namun,kecantikan Prilly tidak pudar walaupun sedang ia sakit.
Ali merasakan tangan Prilly bergerak.
"Prill..Prilly lo sadar," ujar Ali lirih. Hati Ali merasa senang karena Prilly perlahan sudah mulai membuka matanya.
"Enggh," Prilly melenguh. Ia merasakan sakit di kepala.
"A..aku..dimana?" tanya Prilly, menyesuaikan matanya dengan cahaya di sekitar.
"Lo sekarang di rumah sakit,tadi lo kecelakaan," jawab Ali.
"Gue pangilin dokter dulu," ujar Ali. Saat ingin beranjak, Prilly meraih tangan Ali.
"Gak usah," cegah Prilly.
Ali kembali duduk di samping Prilly.
"Li," panggil Prilly lirih.
"Apa?" jawab Ali.
"Haus..." ujar Prilly merasakan tenggorokannya kering.
Ali tersenyum kecil. Kemudian, Ali segera mengambil air putih dan tidak lupa sedotan untuk memudahkan Prilly minum.
Kemudian Ali membantu Prilly untuk minum.
"Udah?" tanya Ali sabar.
Prilly tersenyum dan mengangguk.
"Ya udah lo istirahat lagi,biar cepet sembuh," ujar Ali.
"Li...kakiku kok sakit ya?" tanya Prilly polos.
"Iya,kata dokter kaki lo sedikit retak,tapi.."
"Jadi aku gak bisa jalan lagi dan gak bisa ikut festival piano," potong Prilly ingin menangis.
"Lo itu,gue belum selesai ngomong,lo main potong aja,gini tapi kata dokter kaki lo bisa cepet sembuh kalau lo rajin terapi dan latih kaki lo..," jelas Ali untuk menenangkan Prilly.
"Lo jangan nangis dong...cengeng banget," ujar Ali sambil menghapus air mata Prilly.
"Tapi kan jadi susah nanti jalannya.." ujar Prilly masih terisak.
Ali langsung memeluk Prilly. Aroma maskulin menyeruak dihidung Prilly. Ketenangan terasa dihati Prilly saat Ali memeluknya.
"Gue bilang,lo bisa sembuh,gue akan selalu support dan jagain lo..." ujar Ali tetap memeluk Prilly.
"Dan maaf,gue gak bisa nolongin lo waktu itu..." lanjut Ali menyesal.
Prilly hanya mengangguk dalam dekapan Ali.
Hari itu sedikit perasaan mereka berdua terungkap. Kekhawatiran,kesedihan,dan kebahagian mereka ungkapkan hari tu. Dan juga perasaan ingin menjaga dengan kasih sayang selalu terpatri di hati Ali dan Prilly. Mungkin juga ada cinta di sela hati mereka...
******
Seminggu berlalu. Setelah diperbolehkan pulang Prilly sedikit demi sedikit menjalani aktivitas seperti semula.
Sepulang sekolah Ali selalu mampir ke rumah sakit untuk menemani Prilly. Ali juga selalu menemani Prilly saat terapi.
Ali masih penasaran siapa yang tega mencelakai Prilly. Kata Revan,warga sempat melihat mobil Audy putih yang menabrak Prilly. 'Apa Prilly punya musuh di sekolah?' batin Ali. 'Atau jangan-jangan pelakunya...' batin Ali menduga.
******
Hari ini Prilly mulai masuk sekolah lagi. Prilly berangkat ke sekolah bersama Ali. Ia sedang menunggu Ali di teras rumahnya.
Tak berapa lama,sebuah Camaro putih terparkir di halaman rumah Prilly.
"Pagi..." ujar Prilly semangat.
Ali hanya menanggapinya dengan senyuman.
"Ayo entar telat,mama lo mana?" tanya Ali.
Prilly kemudiam memanggil mamanya.
"Mama...aku mau berangkat sama Ali..." teriak Prilly.
Mama Prilly keluar dengan membawa sebuah kotak.
"Sebentar,ini bekalnya,kamu harus jaga makanan kamu.." ujar mama Prilly sambil menyerahkan kotak bekal Prilly.
"Ih..mama kaya Raja aja bawa bekal," ujar Prilly cemberut,dan memasukkan bekalnya ke tas Prilly.
"Udah nurut aja...tante gak usah khawatir,kalo Prilly gak mau makan,nanti Prilly saya yang nyuapin," ujar Ali kompak dengan mama Prilly.
Mama Prilly tersenyum senang,sedangkan anaknya,Prilly semakin cemberut.
Setelah Ali dan Prilly pamit,mereka bergegas berangkat ke sekolah.
******
Ali membantu Prilly turun setelah mereka sampai di sekolah. Menggunakan krug Prilly menjadi susah berjalan. Tetapi,Ali selalu setia di samping Prilly.
Dari kejauhan,terlihat Rose yang berlari menghampiri Prilly dan Ali.
"Illy...gue kangen.." teriak Rose dengan panggilan sayangnya.
"Rosi...aku juga kangen," ujar Prilly dengan panggilan sayang juga,lalu mereka berpelukan layaknya saudara yang tak berjumpa bertahun-tahun.
Ali tersenyum kecil melihat kelakuan dua anak manusia ini.
"Udah pelukannya,keburu bel nanti," ujar Ali mengingatkan mereka.
Mereka bertiga segera menuju kelas dan untungnya kelas mereka berada di lantai dasar,sehingga Prilly tidak harus bersusah payah untuk naik ke lantai 2.
******
Teng...teng...teng...
Bel istirahat berbunyi. Prilly mengeluarkan kotak bekalnya dengan malasnya. Teman-temannya sudah ke kantin untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Namun berbeda dengan Ali,ia masih setia menjaga Prilly. Ali berjanji kepada orang tua Prilly dan dirinya sendiri untuk selalu menjaga Prilly.
"Hei," ujar Ali sambil menepuk pundak Prilly.
Prilly hanya menoleh sesaat.
"Jangan diliatin aja,makan napa,itukan buatan mama lo," ujar Ali. Ali beranjak duduk di samping Prilly.
Prilly hanya diam melihat bekal di depannya.
"Lo tau gak,lo itu masih untung diperhatiin seorang mama,nah kalau gue..."
"Ssst...udah,iya aku makan,tapi kamu juga harus makan," potong Prilly sambil menempelkan telujuknya di bibir Ali. Prilly sudah tau kemana arah pembicaraan Ali. Prilly tidak mau Ali sedih karena mengenang mamanya.
Prilly mulai membuka bekalnya.
"Ali sini,kamu makan juga," ujar Prilly.
"Gak,gue gak laper," balas Ali singkat.
"Oo..ya udah,aku juga gak mau makan," rajuk Prilly meletakkan sendoknya.
Ali menghela nafas. Entah kenapa akhir-akhir ini Ali sulit sekali menolak permintaan Prilly.
"Iya,gue ikut makan,tapi lo dulu yang makan," ujar Ali sambil menyuapkan makanan ke Prilly.
"Ayo..aa.." lanjut Ali menyuruh Prilly membuka mulut.
Akhirnya Prilly memakan bekalnya dengan disuapi Ali.
"Sini gantian," ujar Prilly merebut sendok ditangan Ali.
"Gantian juga harus makan..." lanjut Prilly dan melakukan hal yang sama seperti Ali ke Prilly,yaitu menyuapi Ali.
Prilly akhirnya makan sendiri. Ali mengamati Prilly memakan bekalnya. Terlihat menggemaskan,pikir Ali. Sampai akhirnya, Ali menyadari ada sesuatu di wajah cantik Prilly.
"Lo itu bisa makan yang bener gak sih...makan kok belepotan," ujar Ali gemas sambil menghapus saos yang ada di sudut bibir Prilly.
Ali dan Prilly sempat bertatapan. Namun karena saking gemasnya Ali malah mencubit pipi Prilly yang chubby setelah membersihkan sudut bibir Prilly.
"Aaaw...Ali..." teriak Prilly kesakitan.
Tawa Ali pecah seiring teriak Prilly yang nyaring.
Kemudian,mereka berdua melanjutkan makan siangnya dengan tawa yang masih menghiasi bibir keduanya.
Satu hal yang belum mereka sadari adalah tatapan mata mereka. Tatapan yang bukan sekedar teman,sahabat,atau saudara. Melainkan tatapan mata saling menyayangi dan mencintai. Walaupun demikian,biarlah waktu yang menjawab semuanya.
******
Sepulang sekolah, Ali dan Prilly menuju tempat latihan piano. Prilly merasa senang karena sekarang Ali mau bermain piano lagi. Itu berarti ia sudah bisa menepati janjinya kepada papa Ali.Kini, Prilly sedang menunggu Ali yang sedang mengambil mobilnya. Namun,dari belakang ada yang menjegal krug Prilly. Alhasil Prilly jatuh karena masih terasa sakit untuk menopang tubuh dengan kakinya.
"Oo..maaf ya Prill," ujar Jessi dengan nada yang di buat-buat.
"Sini-sini gue bantu," ujar Jessi sambil mengulurkan tangan.
Prilly menatap Jessi ragu. Tetapi Prilly berusaha berpikir positiv. Dan,saat Prilly akan meraih tangan Jessi,Jessi menarik lagi tangannya. Akhirnya Prilly kembali jatuh terduduk.
"Ups...jangan harap gue bantu lo," ujar Jessi sinis kemudian melenggang pergi.
"Huh...kenapa sih Jessi itu...apa salah aku coba," gumam Prilly sambil berusaha berdiri.
"Ini lagi...kaki aku pake sakit segala,bikin susah aja," umpat Prilly.
Saat Prilly masih berusaha untuk berdiri,mobil camaro Ali berhenti di depan Prilly. Ali yang melihat Prilly bersusah payah untuk berdiri segera keluar untuk membantu Prilly.
"Ya ampun Prilly...,ngapain sih lo pake duduk-duduk di bawah segala," ujar Ali sedikit bercanda.
Prilly mendengus kesal.
"Duduk-duduk...kamu gak lihat aku ini jatuh," kesal Prilly.
Ali tertawa karena berhasil menggoda Prilly.
"Udah-udah ayo latihan,entar telat di marahin miss Merry loh," ujar Ali. Lalu membantu Prilly yang masih cemberut masuk ke mobilnya.
******

I Feel You RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang