11

15.7K 714 2
                                    

********

Sepulang sekolah Prilly segera menyuruh supirnya untuk melajukan mobil ke rumah Ali. Ia sangat khawatir dan penasaran tentang keadaan Ali.
30 menit perjalanan, Prilly pun sampai di rumah Ali.
Ting tong...ting tong...
Prilly memencet bel rumah Ali. Bik Inah membukakan pintu.
"Bik, Alinya ada? " tanya Prilly cemas.
"Ada, dari semalem den Ali belum keluar dari kamarnya, " jawab bik Inah.
"Dari semalam bik? " tanya Prilly lagi.
"Iya non, semalem den Ali pulang malam terus kehujanan, hampir saja pingsan," jelas bik Inah.
Tanpa bertanya lagi, Prilly segera menuju kamar Ali.
"Makasih bik, Prilly ke kamar Ali dulu, " ujar Prilly pamit.
Prilly segera melangkahkan kakinya ke kamar Ali.
Tok...tok...tok...
Prilly mengetuk pintu kamar Ali beberapa kali, tetapi belum ada respon dari Ali.
Prilly memegang daun pintu dan menekannya. Ternyata kamar Ali tidak di kunci. Prilly membuka perlahan pintu kamar Ali. Namun ternyata, Ali tidak nampak di kamarnya.
"Ali...kamu di dalam? " tanya Prilly. Namun tidak ada jawaban. Ia juga tidak mendengar suara dari arah kamar mandi. Prilly menutup kembali kamar Ali. Kemudian ia mencari ke seluruh rumah. Kekhawatiran Prilly ke Ali bertambah saat ia tidak juga menemukan Ali. Sampai akhirnya, di sebuah taman milik keluarga Ali, terlihat sosok pria yang ia kenal, dengan memainkan gitar coklat miliknya, pria itu memandang lurus ke depan.
"Ali," ujar Prilly lirih.
Prilly segera beranjak dari tempatnya  berpijak, menuju ke seorang pria yang membuatnya khawatir seharian ini.
"Ali... " panggil Prilly.
Otomatis yang mempunyai nama itu menoleh menatap Prilly. Namun, ia kembali memalingkan wajahnya ke gitar coklat yang sedang ia pegang.
"Lo ngapain ke sini? " tanya Ali dingin.
Prilly merasa kesal dengan sikap Ali.
"Ngapain...kamu bilang ngapain, aku tuh ke sini karena khawatir sama kamu, kemarin kamu cuma ngirim pesan singkat kalo kamu gak bisa jemput, hari ini...kamu gak ada kabar sama sekali, " jawab Prilly dengan berusaha kuat untuk menahan air matanya yang hampir tumpah.
Ali meletakkan gitarnya. Kemudian berdiri menghadap Prilly.
"Bukannya lo kemaren, lagi seneng-seneng sama teman lo itu, " ujar Ali sambil terus menatap Prilly.
Tes...air mata Prilly pun sudah tidak dapat terbendung lagi. Ia merasa sia-sia mengkhawatirkan seorang pria yang sama sekali tidak menghargai dirinya.
"Kamu...kamu gak tau gimana paniknya aku waktu kata bik Inah kamu pulang larut terus ke...kehujanan dan hampir pingsan..." ujar Prilly sambil terisak. Memang benar Prilly sangat khawatir.
"Sumpah....sumpah ya li, aku itu gak ngerti sama sikap kamu...kadang baik, cuek, dan ini...marah-marah gak jelas..." ujar Prilly sambil mengusap air matanya.
Ali hanya terdiam. Ali juga bingung kenapa sikapnya seperti ini. Perasaannya sudah tidak dapat dibendung lagi.
Hati Ali tersentuh dengan kata-kata Prilly. Ditambah ia melihat Prilly menangis...menangis karena dirinya.
"Bukannya seperti itu, tapi..." ujar Ali belum selesai.
"Lebih baik aku pulang, daripada khawatirin orang, tepatnya Patung Es..., " potong Prilly kesal menekan kata-kata 'patung es'.
Prilly sudah kecewa dengan sikap Ali. Kadangkala, Ali bersikap manis kepada Prilly, tapi sikapnya bisa berubah 180° karena suatu hal yang sepele.
Dan itu sangat amat menyebalkan bagi Prilly.
Prilly beranjak berbalik ingin pergi dari hadapan Ali. Namun, belum sampai Prilly melangkah, tiba-tiba lengan Prilly ditarik oleh Ali. Dan...
*****
Ali dan Prilly sedang bermain piano milik mama Ali dulu. Mereka juga sekalian berlatih untuk kompetisi piano yang kurang dua minggu lagi mereka akan tampil.
Ali dan Prilly duduk bersebelahan, karena pianonya hanya satu. Tiba-tiba, Prilly bersandar dipundak Ali. Dengan sikap Prilly yang seperti itu, Ali hanya tersenyum senang.
"Ali...," panggil Prilly lembut yang tetap bersandar dipundak Ali.
"Emm...," yah...cuma itu jawaban Ali.
Prilly segera duduk kembali seperti semula. Dan Ali menoleh menatap Prilly.
"Kok gak senderan lagi? " tanya Ali.
Prilly melipat kedua tangan di depan dada. Prilly memalingkan wajahnya ke arah lain.
Ali tersenyum simpul dan menarik dagu Prilly untuk kembali  menatap Prilly.
"Kok cemberut? " tanya Ali lagi.
"Kamu sih...masa dipanggil jawabnya cuma 'emm', dasar kebiasaan," rajuk Prilly.
Ali tak bisa menahan tawanya.
"Kok ketawa? " tanya Prilly sambil memukul pundak Ali.
"Aduh...lagian kamu, apa-apa ngambek, dasar barbie, " jawab Ali yang tetap tertawa.
Mendengar jawaban Ali, Prilly langsung menoleh menatap Ali.
"Apa...apa tadi, 'kamu'? " tanya Prilly lagi. Prilly heran plus senang karena Ali memanggil 'kamu' bukan 'lo-gue'.
"Apa...apa, emangnya gak boleh panggilnya 'aku-kamu'? " tanya balik Ali sambil menekan pipi Prilly yang chubby.
"Ih...sakit, ya boleh aja, " jawab Prilly sambil mengelus pipi yang kesakitan.
Namun, dalam hati Prilly memang bahagia. Sekarang Ali sudah berubah menjadi seorang yang menyenangkan...bukan menyebalkan. ^_^
Tapi....status mereka jadi apa ya??
*****
30 minutes before....
"Lebih baik aku pulang, daripada khawatirin orang, tepatnya Patung Es..., " potong Prilly kesal menekan kata-kata 'patung es'.
Prilly sudah kecewa dengan sikap Ali. Kadangkala, Ali bersikap manis kepada Prilly, tapi sikapnya bisa berubah 180° karena suatu hal yang sepele.
Dan itu sangat amat menyebalkan bagi Prilly.
Prilly beranjak berbalik ingin pergi dari hadapan Ali. Namun, belum sampai Prilly melangkah, tiba-tiba lengan Prilly ditarik oleh Ali. Dan...
Ali menarik Prilly dalam pelukannya. Itu membuat Prilly semakin menangis. Ali mengelus kepala Prilly dengan lembut.
"Maaf... " satu kata yang keluar dari mulut Ali.
Dan satu kata itu membuat Prilly memperkuat pelukannya dengan Ali. Mereka sama-sama mendengar dan merasakan dentak jantung satu sama lain. Detak jantung yang berdetak kencang melebihi normal.
Ali mulai merenggangkan pelukannya. Dan menatap Prilly dalam. Ia mengusap air mata Prilly dengan kedua ibu jarinya.
"Maaf...karena buat lo nangis dan kecewa, " ujar Ali.
Prilly menatap tepat pada manik mata Ali. Terpancar ketulusan di sana.
Prilly hanya mengangguk. Ali kembali memeluk Prilly. Memberikan kenyamanan dan ketenangan untuk Prilly.
Namun, Prilly baru menyadari satu hal, Ali masih demam. Ia merasa saat Ali memeluknya. Prilly segera melepaskan pelukannya.
"Kok dilepas, " tanya Ali heran.
"Dasar laki-laki maunya, kamu itu masih demam, malah main di luar gak istirahat," jawab Prilly.
Ali tersenyum bahagia. Ia merasa seperti diperhatikan oleh mamanya dulu.
"Cie...perhatian, " goda Ali sambil mencolek pipi Prilly.
Dan ekspresi Prilly yang senyum-senyum cemberut membuatnya salah tingkah.
"Ih...apaan coba, aku gak perhatian, cuma khawatir aja, " elak Prilly.
Ali memutar bola matanya, dan mencubit pipi kanan Prilly.
"Itu sama aja..." ujar Ali gemas. Kemudian, Ali berlari ke dalam rumah, tak lupa ia membawa gitar coklatnya.
"Itu beda...Ali...tunggu..." teriak Prilly sambil mengejar Ali.
*****

I Feel You RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang