Happy Ever After (The End)

20K 738 18
                                    

Di sebuah taman bunga, terpadat dua sejoli yang sedang menikmati pemandangan di sana. Si perempuan bersandar di dada si laki-laki dengan nyaman sambil si laki-laki mengelus rambut si perempuan.

"Sayang," panggil si laki-laki pelan.
"Ya," jawab si perempuan singkat.
Si perempuan menegakkan tubuhnya, kemudian menatap sang kekasih.
"Kamu tahu, kamu sangat berarti di hidupku, kamu menjadi alasan aku tersenyum kembali saat ini," ujar si laki-laki memegang tangan si perempuan.
"Sama-sama, aku juga tidak menyangka, tapi seperti es, jika cuaca sekitar mulai menghangat lama-lama es itu akan mencair juga," jelas si perempuan.
"Dan terima kasih kamu telah ingat kembali siapa aku, tapi maaf sayang...aku harus pergi," ujar si laki-laki kemudian melepas genggamannya. Si perempuan menatap heran kekasihnya itu.
"Pergi?"
"Ya, aku pergi, aku harus melanjutkan hidupku, aku lelah menunggumu, menunggu saat kamu sakit, koma, saat kamu lupa siapa aku, saat aku berusaha mengembalikan ingatanmu, tapi kamu tetap tidak tahu siapa diriku," jelas si laki-laki panjang lebar. Dengan mengebu-gebu ia menjelaskan tersiksanya ia menunggu kesadaran kekasihnya itu.
"Tapi Ali, aku juga sulit untuk mengingatnya, mengingat semua kenangan kita, aku minta maaf karena sudah membuatmu menunggu, kumohon jangan pergi," pinta Prilly kepada Ali. Ya, mereka berdua adalah Ali dan Prilly. Prilly menangis sekarang, meminta Ali untuk tidak meninggalkan dirinya.
"Aku tetap harus pergi," Ali mulai melangkah meninggalkan Ali. Namun langkahnya terhenti karena pelukan Prilly dari belakang. Sangat erat.
"Tolong jangan pergi...aku sekarang sudah ingat siapa kamu, kenangan kita, dan segala memori yang telah kita alami...jangan pergi sayang..." air mata Prilly sudah membasahi punggung Ali. Ali tetap pada pendiriannya. Dengan perlahan ia melepas pelukan Prilly. Ali membalikan tubuhnya menghadap Prilly.
"Aku harus pergi," ujar Ali kemudian mengecup kening Prilly lama. Ali melangkah pergi dari hadapan Prilly.
"Ali..." teriak Prilly kencang. Tubuhnya sudah terduduk di tanah.
"Ali..."
"Ali..."

Dokter yang menangani Prilly keluar. Keluarga Prilly dan Ali segera berdiri untuk bertanya bagaimana keadaan Prilly.

"Gimana dok keadaan anak saya?" tanya papa Prilly.

"Keadaan sedikit menurun, karena Prilly sepertinya mengingat sesuatu yang membuat otaknya bekerja keras untuk mengingatnya," jelas dokter itu. Ali kembali terduduk. Ia merasa bersalah karena ia mengajak Prilly ke rumahnya. Rumah Ali yang penuh kenangan ia bersama Prilly.

"Maaf, apa di sini ada yang bernama Ali?" tanya dokter itu. Seketika Ali berdiri. Jantungnya berdebar. Apa Prilly sudah mengingatnya.

"Saya...saya Ali dok," jawab Ali cepat.

"Prilly terus mengigau memanggil nama 'Ali', tolong anda ikut saya," Ali tersenyum senang. Ia meminta ijin kepada papa Prilly dan papa Prilly mengijinkannya. Ali kemudian segera masuk untuk menemui Prilly.

"Ali..." panggil Prilly lirih. Namun, matanya masih terpejam. Ali segera duduk di samping Prilly.

"Prilly sayang...bangun aku ada di sini..." Ali mengeggam tangan Prilly erat.

"Ali..." panggil Prilly lagi. Ali baru menyadari Prilly sedang menangis dalam pingsannya. Ali segera mengusap air mata itu.

"Kenapa kamu menangis sayang...aku di sini, ayo bangun..." ujar Ali lembut. Tiba-tiba Ali merasakan tangan Prilly yang ia genggam membalas genggamannya tak kalah erat. Ali merasa Prilly tidak mau di tinggalkan olehnya.

"Aku di sini Prilly, aku tidak akan pergi..." Ali berbicara sambil mengecup punggung tangan Prilly yang ia genggam.

"Ali..." Prilly mulai membuka mata. Prilly mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan dengan sinar sekitar. Ia menoleh ke arah Ali yang tersenyum senang.

"Ali jangan pergi," Prilly seketika bangun dan memeluk Ali. Memeluk Ali erat, ia tak ingin Ali pergi.

"Aku di sini sayang, aku tidak pergi," Ali mengusap punggung Prilly untuk menenangkannya karena sekarang Prilly menangis.

"Hei...kamu kenapa nangis," ujar Ali heran. Tapi, ia juga bahagia karena Prilly sudah ingat sekarang. Prilly melepas pelukannya.

"Aku tadi mimpi kamu mau pergi karena kamu sudah lelah menungguku, pokoknya aku nggak mau kamu pergi," jelas Prilly terisak. Ali merengkuh Prilly ke dalam pelukannya.

"Makasih Prilly karena kamu udah ingat lagi sama aku, ingat kembali semua tentang kita," ujar Ali tulus kemudian ia mencium kening Prilly. Prilly juga tiba-tiba mencium pipi kanan Ali cepat, kemudian ia langsung menutup wajahnya dengan selimut. Pasti sekarang wajah Prilly seperti kepiting rebus. Prilly malu karena bersikap sefrontal itu. Sebaliknya Ali, ia terkekeh pelan melihat tingkah Prilly dan...juga senang karena mendapat ciuman dari Prilly.

Ali memanggil keluarga Prilly dan papanya. Mereka sangat bahagia karena Prilly sudah ingat semuanya.

Semuanya kembali seperti dulu. Tetapi semua ini lebih indah. Lebih indah dan mengharukan karena Ali telah sabar menunggu ingatan Prilly kembali. Dan sebaliknya tanpa kesengajaan Prilly telah ingat semua kenangannya dengan Ali.

Kenangan yang tidak akan pernah mereka lupakan. Dari mulai awal mereka bertemu, sampai mereka hampir dipisahkan oleh takdir, dan sekarang mereka bersama kembali karena takdir yang merestui mereka bersama. Cinta yang tulus akan selalu menjaga satu sama lain agar tetap terus dalam kebersamaan. Dengan pengorbanan cinta itu akan kembali kepada pemilik yang sebenarnya. Kepada cinta sejati yang terjalin di antara dua insan. Ali dan Prilly.

The End.

Haah...akhirnya selesai juga ni cerita...panjang banget chapternyaaa.....
Absurd banget ye...
Maaf endingnya seperti ini, maklum ya baru belajar nulis...✌✌
Tidak ada epilog ya..

Thanks for reading and waiting my story...
Jangan lupa vote and comment tentang endingnya...
Jangan lupa baca ceritaku yang lain...
Expired Love? Dan The Prince and

Hugkiss
❤❤❤

I Feel You RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang