MI(A)RA - Source of Happiness

2.2K 132 2
                                    

-Author Pov-

Di kasur miliknya, Mira memeluk Ara dengan erat sambil menciumi pipi gadis yang lebih muda darinya itu.

"Mmhh.. Miirr, udah aah. Geli tau..." Ara mengelak dari serangan Mira yang bertubi itu.

"Gue suka wangi lo, Ra." ucap Mira jujur. Ia benar-benar merasa candu akan aroma tubuh Ara.

Tanpa sehelai benang pun, Mira terus memeluk Ara dari belakang layaknya guling.

"Jangan-jangan lo masih nafsu ya Mir?" tanya Ara curiga.

"Ga mungkin kalo gue gak nafsu sama lo, Ra." Mira menghentikan ciumannya, beralih menyandarkan pipinya ke bahu Ara.

Ia kembali membuka suaranya, "tapi gue tau lo udah capek, jadi masih bisa gue tahan."

Ara membalikkan badannya menghadap Mira. Tangannya terulur merapikan rambut Mira yang sedikit berantakan. "Dasar nafsuan." ucapnya.

Mira hanya terkekeh mendengar ejekan Ara. "Yang penting bisa bikin lo keluar lima kali dong." balasnya sambil memainkan alisnya.

Ara tersenyum malu mendengarnya. Ia langsung menutupi sebagian wajahnya dengan selimut.

"Mira nyebelin, sumpaah..." rengeknya.

Menanggapi rengekan Ara, Mira tertawa ringan.

"Mumpung hari ini libur, lo mau kita jalan-jalan kemana gitu gak?" tawar Ara mengalihkan pembicaraan.

Mira tampak berpikir sejenak, "emang ada ya, tempat yang lebih nyaman selain di pelukan lo?" tanyanya iseng.

Ara mendorong bahu Mira pelan, "apaan sih ah, katro banget dah ahahaha..." ucapnya sambil tertawa.

"Ra?" panggil Mira.

"Mhmm?"

"Gue sayang sama lo."

Cup...

Ara mengecup bibir Mira singkat. "Gue juga sayang sama lo, Mir."

"Kalo gitu gausah tebar pesona ke Chika dong."

Ara meringis mendengar permintaan Mira. Jarang sekali gadis itu dalam mode ingin dimanja seperti ini. Ara jadi tidak yakin apa Mira benar-benar lebih tua darinya.

"Kamu juga gausah nempel-nempel ke Badrun, tau sendiri dia buaya." balas Ara dengan lebih lembut.

Mira menaikkan sebelah alisnya, menatap heran Ara. Memangnya apakah gadis di pelukannya ini tidak sadar kalau dia juga satu spesies dengan Vivi? Tapi, bukannya mengomentari hal itu, Mira justru merespon tentang gaya bicara Ara yang tiba-tiba sedikit berubah.

"Ngakak banget pake aku kamu segala." celetuk Mira.

Ara mendengus sebal, "lagi serius juga ah." balasnya sambil mendorong bahu Mira.

"Jangan kasih harapan ke Fiony." ucap Mira setelah beberapa saat mereka saling diam.

Ara membuka suaranya, "jangan jauh-jauh banget sama Chika, ntar fans pada ngira kalian ada hubungan yang disembunyiin."

"Deket-deket sama orang salah, jauh-jauh sama orang juga salah. Maunya gimana sih, Ra?" celetuk Mira heran.

"Yaa pokoknya biasa aja dong."

Mira menghembuskan nafasnya lelah, "iya, iyaa... Nurut kok, nurut." ia kembali mengeratkan pelukannya kepada Ara.

Masih betah dalam posisi seperti itu, Ara dengan santai meraih ponselnya di atas nakas dan membuka sosial medianya.

"Mau ngetwit apaan?" tanya Mira penasaran.

"Mira semalem nginep di rumah aku. Orangnya masih betah di dalem selimut." ucap Ara sambil membacakan twit yang baru dikirim olehnya.

"Emang lo gak?"

Ara tampak berpikir, "hmmm... Ganti deh. Gini kali ya, Mira semalem tidurnya ngorok, gais."

Mira menoyor pelan kepala Ara, "jangan ngadi-ngadi ya."

Ara terkekeh, ia menghapus beberapa tulisannya dan kembali menuliskan tulisan lainnya.

"Mira tidurnya suka peluk-peluk aku nih, jadi pengen peluk balik kan ya?" Ara kembali membacakan rancangan twitnya.

"Awas aja pada minta pap di reply-an." celetuk Mira.

"Yuk kita pap."

"Heh, gila!"

Ara tertawa renyah, "hahahaha buat koleksi pribadi gak papa lah ya."

"Ngapain pake koleksi pribadi segala, orang lo minta jatah aja langsung gue kasih."

"Aduh gimana nihh hahahah..."

Mira membenamkan kelapanya di ceruk leher Ara, mengendus aroma tubuh Ara dengan lebih leluasa.

"Miraaa geli ah! Udah dibilangin juga. Mira mesum!" Ara bergerak tak nyaman. Selain geli, ia juga tidak mau terpancing melakukan itu lagi setelah semalaman telah melakukannya.

"Gue mau tidur, Ra. Enak kalo tidur di sini. Ntar bangun-bangun, gue bisa liat itu lo pertama kali." ucap Mira santai.

"Orang biasanya seneng kalo yang diliat pertama kali tuh muka pacarnya, kalo lo tuh... Aaargh— pusing gue ah." Ara memijat pelipisnya.

Kali ini Ara yakin betul kalau syaraf Mira sudah konslet. Ia hanya menghembuskan nafasnya panjang, membiarkan Mira melakukan apapun yang ia mau selama itu tidak mengganggunya.

Hanya perlu beberapa saat hingga Mira tertidur, mengabaikan sinar matahari yang mulai menembus jendela kamar. Ara tersenyum tipis sambil mengusap rambut Mira pelan.

Mira yang manja dan mesum seperti ini, nyatanya hanya bisa dilihat olehnya seorang. Di luar, gadis itu akan menjadi gadis yang dewasa dan mengayomi adik-adiknya, juga sebagai teman yang asik bagi setiap member.

Ara memeluk Mira dengan lembut. Matanya mulai terasa berat. Perlahan namun pasti, ia mengikuti Mira menuju alam mimpi.

"Lo itu... Sumber kebahagiaan gue, Mir." bisik Ara dengan sisa-sisa kesadarannya sebelum terlelap.

-END-

Katanya Sih OSWhere stories live. Discover now