GRESHAN - Stay

1.9K 214 15
                                    

-Author Pov-

Sudah satu jam lamanya sejak Gracia menyenderkan kepalanya ke bahu Shani. Satu jam berlalu dan tidak ada satupun di antara mereka yang memulai pembicaraan serius.

"Haahh...." Gadis itu menghembuskan nafasnya, mencoba menyingkirkan kabut yang ada dalam pikirannya saat ini.

"Tiga puluh dua," ucap Shani tiba-tiba.

Gracia mendongak, melirik Shani heran. "Hmm?"

"Tiga puluh dua kali kamu hembusin nafas, Ge," Shani meraih tangan Gracia dan mengusapnya dengan ibu jarinya.

Gracia memaksakan tawanya, "kamu ngitung, ci?"

"Ge, it's supposed to be your special day, right? Sampe siang tadi kamu masih senyum ceria, kenapa sekarang kamu kaya gini? Apa pun masalah kamu, aku siap dengerin, okay?" Shani mengecup puncak kepala Gracia dengan lembut.

"No, I mean, it's just— haaah... Is it okay to tell you whatever I had in my mind, ci?" Gracia menggigit bibir bawahnya ragu. Shani membaca katakutan Gracia saat itu. Ia merengkuh gadisnya ke dalam pelukan hangatnya.

"Tell me, Ge. I'll definitely listen to you."

Gracia menduselkan kepalanya ke ceruk leher Shani, "apa yang bakal aku omongin mungkin bisa buat ci Shani marah atau kesel sama aku."

"Aku janji gak akan marah atau kesel sama kamu, Ge. Aku gak akan bikin beban kekhawatiranmu nambah, seenggaknya untuk saat ini."

Gracia menghirup nafas dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Gadis itu sedikit mengeratkan pelukannya pada Shani.

"Aku baru aja lulus kuliah."

"Mhmm..." Shani mengangguk pelan, setia menanti apapun yang ingin disampaikan Gracia.

"Sekarang, member gen 3 makin berkurang, aku udah bukan kapten tim lagi, terus gen-gen baru udah mulai ngisi posisi kita sebagai 'Ace'. Rasanya, ini udah bukan eraku lagi, Ci." Setetes air mata Gracia jatuh mengalir melalui pipinya.

Shani membenarkan ucapan Gracia dalam diam. Ia menyetujui apa yang gadis itu utarakan barusan. Ia juga menyadari adanya perbedaan antara dirinya dengan Gracia.

Untuk seseorang yang kini menjabat sebagai kapten JKT48 dan memenangkan piala sousenkyou berkali-kali, banyak orang yang menahannya. Tapi bagi seorang Gracia? Rival Shani dalam sousenkyou, teman segenerasinya, mantan center, mantan kapten tim. Bisa bertahan selama ini saja sudah merupakan dedikasi besar bagi gadis itu.

Akhir-akhir ini, Shani pun menyadari besarnya potensi yang dimiliki junior-juniornya. Bukan hal yang mustahil kalau dalam waktu dekat, ia akan melihat Zee, Christy, Muthe, dan teman-temannya yang lain berkembang lebih pesat dengan menjadi wajah-wajah baru JKT48.

Dengan lembut, Shani membelai wajah Gracia. "Kamu gak sendiri, Ge. Apapun pilihan kamu setelah ini, aku bakal tetep berada di sisi kamu."

"Tapi kita beda, Ci! Aku cuma sebatas member biasa. Bukan kapten dan bukan pemenang sousenkyou. Sementata kamu—"

Shani memotong ucapan Gracia dan mendekapnya erat. "Ssshh... Aku tau, Ge. Aku tau. Kita masuk di sini bareng-bareng, berada di tim yang sama selama bertahun-tahun, dan bahkan nama kita selalu berurutan. Bohong kalo aku bilang aku bisa kuat setelah kamu pergi dari sini. Lagian, GreShan kan emang selalu sepaket," ucapnya diakhiri dengan candaan dan tawa ringan.

"Ci..." Gracia membalas dekapan Shani tak kalah erat. Hatinya bimbang. Keputusannya kembali goyah karena ucapan Shani barusan.

Ia tidak bisa membayangkan seseorang seperti Shani akan mengikuti langkahnya untuk membuat keputusan besar itu. Apakah ia akan membiarkan member seperti Shani keluar dari JKT48 hanya karena mengikuti keputusan orang lain?

"Ge?" Panggil Shani.

Gracia mendongak, menatap Shani yang tersenyum manis meskipun wajahnya basah karena air mata. Tangan Gracia terulut untuk mengusap pipi dan sudut matanya.

Untuk kesekian kalinya, ia memuji mata indah Shani yang membuatnya terpikat dalam pesona gadis itu.

"Tebak-tebakan yuk, setelah kita grad nanti, menurutmu siapa yang bakal dipilih sebagai kapten?" Tanya Shani. Ia mencoba membuat mood Gracia kembali baik.

"Hmm... Chika? Dia kayanya udah cukup dewasa, ditambah dia selalu mau belajar dari kesalahan dan bisa berdamai dengan diri sendiri. Kalo menurut cici?" balas Gracia.

Shani terlihat berpikir sejenak, "mungkin Eli? Aku yakin dia pasti bisa nyebarin aura positif ke semua member sih."

Gracia mengangguk setuju. Bagaimana pun juga muncul nama lain yang tiba-tiba terlintas, "sebenernya aku juga mau jawab Mpen, ci."

"Iya! Feni sebenernya juga punya potensi jadi kapten selanjutnya. Yang penting pendiriannya gak goyah setelah pengumuman kita. Tapi aku percaya sih kalo dia layak pegang posisi itu." Shani menatap jauh ke luar jendela. Menggenggam tangan Gracia erat sambil menguatkan keyakinannya.

Setelah ini, JKT48 akan bersinar bahkan jauh lebih terang dibanding masa sebelumnya. Dan saat hal itu terjadi, Shani dan Gracia akan melihatnya, kemudian dengan bangga menunjukkan kalau upaya dan jerih payah masa mudanya telah membantu memupuk grup idola itu menjadi besar.

Dan sampai saat itu tiba...

"Ge, kamu kepikiran mau ngapain setelah lulus nanti?"

Gracia menyandarkan kepalanya di bahu Shani, kembali pada posisi yang sama seperti semula.

"Mungkin, aku mau mulai bisnis lagi deh. Tapi kali ini, aku yang handle banyak hal. Bukan bergantung sama orang tua aku lagi." Gracia menatap Shani, "kalo cici gimana? Bakal...balik ke Jogja?" tanyanya.

Shani menggeleng, ia mengalungkan lengannya ke leher Gracia dan memeluknya lagi. "Papa sama kakak masih ada di Jakarta. Jadi aku juga gak masalah untuk tinggal di sini lebih lama."

Mata Gracia berbinar mendengarnya, "jadi, gimana kalo kita bangun bisnisnya berdua, ci? Kita bisa mulai nentuin konsep bisnisnya, cari tempat sewa, terus—"

...aku mau kita terus bersama seperti apa yang selalu terjadi.

-End-

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Katanya Sih OSWhere stories live. Discover now