The Day Full of Surprises

2.6K 374 118
                                    

Akhirnya aku kembali~


Happy reading!^^



~°~°~



"Oppa ... bangun." Aku sedikit mengguncang tubuhnya yang masih betah bergulat di balik selimut.

"Hmm?" dehemnya tanpa membuka mata atau bergerak.

Aku menghela napas, merasa lelah membangunkannya. Bukan apa-apa sih, aneh saja dia bangun terlambat dan sulit dibangunkan. Biasanya dia yang membangunkanku serta menyiapkan ini dan itu. Atau ini masih terlalu pagi?

"Oppa ... aku ingin minta tolong," ujarku seraya menusuk-nusuk pipinya dengan jari telunjuk. Berharap itu akan membantu menarik dirinya dari alam mimpi.

"Kenapa?" tanyanya pelan, masih terpejam dan tak bergerak.

Aku memutar bola mataku, cukup kesal dengan tanggapannya. Aku yang duduk di sisi ranjangnya itu kemudian membungkuk dan mengecup pipinya. "Bangun dulu."

Ia tiba-tiba tersenyum lebar. Ia mulai bergerak meregangkan otot-otot tangannya sebelum membuka mata, memberiku senyuman lebar.

"Dicium baru bangun," sindirku.

"Itu membuatku merasa harus pergi dari alam mimpi karena seorang bidadari menungguku di dunia nyata," ujarnya.

"Ya, ya, ya, terserah Oppa saja tapi kuharap Oppa bisa segera mandi karena aku memerlukan bantuanmu untuk membeli pembalut. Aku tidak bisa ke mana-mana karena itu dan harus bersiap kerja."

"Ohh ... okk," ujarnya lalu beranjak duduk. Tapi, ia kemudian membulatkan matanya. "Pembalut?!"

Ia langsung menghadap ke arahku, kedua tangannya menyentuh bahuku. "Kau memintaku membeli pembalut? Berarti kau tidak–"

Ia tak melanjutkan pertanyaannya. Aku hanya memberikan anggukan sebagai jawabannya. Tapi, wajah terkejut itu tak juga berubah.

"Kau tidak senang?"

"Aku ... tidak tahu," ujarnya lalu melepaskan tangannya dari bahuku dan menggaruk tengkuk. "Harusnya aku senang karena waktu itu artinya aku tidak melakukan hal buruk padamu. Tapi ... ya, begitulah."

Aku tertawa pelan kemudian memeluknya, menyandarkan kepalaku pada bahunya. "Kita kan bisa punya anak sungguhan tanpa perlu khawatir setelah menikah. Kemarin itu mungkin asam lambungku naik karena aku beberapa kali terlambat makan. Malam itu juga aku tidak makan dan malah minum wine."

"Benar juga." Ia tertawa pelan menanggapi perkataanku. Aku tersenyum lebar lalu melepaskan pelukan itu dan menatapnya. "Makanya, lain kali jangan terlambat makan lagi. Kau ini harus diingatkan terus. Padahal itu untuk dirimu sendiri."

Aku mengerucurkat bibirku, berusaha memasang wajah memelas.  "Cepatlah tolong aku, ini darurat."

"Baiklah, aku akan cuci muka dan segera pergi. Sekarang, kau mandi saja dan bersiap. Aku akan sekalian pergi mencari sarapan," ujarnya seraya mengusap kepalaku. Aku hanya memberikan anggukan sebelum akhirnya beranjak dan kembali ke kamarku. Aku menghela napas dan mempersiapkan perlengkapan untuk mandi beserta pakaian yang akan kukenakan untuk bekerja hari ini.

Brother in Law [Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now