Let's Falling in Love

3.6K 522 342
                                    

Update lagi yuhu~

Mana yang katanya kemaren merasa digantung?

Yang ini engga kok. Mungkin tapi ya :') wkwkwk


Happy reading!^^



~°~°~



"Sebaiknya kita makan dulu."

Kalimat itu menghantamku. Aku benar-benar benci ini. Aku sudah penasaran setengah mati dengan apa yang akan Jisoo Oppa katakan!

"Oppa..."

Ia memberiku seulas senyum. Senyuman manis yang membuatku tak dapat berkutik.

"Kau tidak ingin tteokboki dingin kan?" tanyanya. "Aku berjanji kita tidak akan pulang dalam suasana canggung seperti yang pernah terjadi sebelumnya."

Shit! Aku benci pramusaji itu! Kenapa dia tidak lihat situasi?!

Aku menghela napas sebelum akhirnya mengangguk dan menunduk. Menatap tteokboki, bokkeumbab, dan juga sup iga di atas meja. Dengan enggan, aku mulai meraih sumpit dan mencicipi tteokboki.

Aku mendongak ketika merasakan tepukan pelan di kepalaku. Jisoo Oppa kembali menarik tangannya dan tersenyum.

"Makan yang banyak ya?"

Sudut bibirku terangkat dengan sendirinya. Aku mengangguk pelan sebelum mulai makan. Jisoo Oppa kembali mengusak kepalaku sebelum akhirnya ikut makan.

Seharusnya ini menjadi canggung. Tapi entah kenapa, sentuhan itu membuatku merasa nyaman. Seperti sebuah sihir yang bisa merubah keadaan dalam sekejap. Aku juga tidak merasa resah seperti sebelumnya. Entahlah... dia memang ajaib.

"Bagaimana? Enak?"

Aku mengangguk. Mulutku terlalu penuh dengan makanan untuk menjawabnya.

Jisoo Oppa kembali tersenyum. "Berarti aku bisa mengajakmu makan di sini lagi lain kali."

"Selama Oppa yang membayar, aku tidak keberatan dibawa ke mana saja," sahutku.

"Berusaha menjadi anak pengusaha kebanyakan yang materialistis huh?" Jisoo Oppa tertawa. Membuatku ikut tertawa.

"Aku hanya menghemat," sahutku setelah berhenti tertawa. "Aku belum mendapat gajih pertama. Jika sudah, aku akan menraktirmu ke Beijing."

"Beijing?" Jisoo Oppa sedikit terkejut. Keningnya berkerut. "Memangnya gajihmu cukup untuk itu? Kau kan baru masuk."

"Tidak," ujarku berjeda, "tapi aku punya cukup uang saku dari Appa yang tersimpan di rekeningku."

"Hey! Itu tidak sah. Kau harus membeli sesuatu dengan uangmu sendiri," protesnya.

"Kalau begitu aku akan gunakan uang itu untuk akomodasi dan menraktirmu makan di Beijing dengan uang gajihku," sahutku lalu memasukkan suapan terakhir ke dalam mulutku.

Jisoo Oppa tertawa pelan dan menggeleng. "Bisa saja..."

Aku tersenyum tipis sebelum mengambil minum. Tetapi, sebelum sempat minum, ponselku berdering. Aku mengurungkan niatku dan mengambil ponsel di dalam tas. Tetapi aku tidak mengangkat telponnya. Aku hanya menolak panggilannya dan mematikan ponselku.

Brother in Law [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang