37. Kindness

3.4K 262 39
                                    


***

"Mila bisa bermain billiard?" tanya Roibeart. Mila menggeleng pelan, Roi dan Elias tertawa.

"Baiklah, silahkan kau memilih tutor untuk membantu," ujar Elias.

"Dia tidak akan memilihmu dengan wajah konyolmu itu," sahut Izumo ketus. "Tentu saja hanya Freink."

"Apa kau ingin bermain?" tanya Freink kepada Mila. Mila menjawab dengan menggeleng. "Baiklah kalau begitu. Siapa giliran pertama?"

Mila duduk di kursi tak jauh dari sana ditemani Carmia. Mila melirik gadis kecil yang duduk di sampingnya. "Apa kau albino?" Mila sebenarnya sudah tahu jawabannya. Tapi ia ingin melakukan pendekatan kepada gadis itu. Ia heran mengapa seorang gadis kecil bisa bersama penjahat kelas atas.

Carmia mengangguk pelan.

"Apa mereka membuatmu nyaman?" tanya Mila lagi.

"Mereka selalu menemaniku di jam tidurku, membacakan dongeng, lalu memastikan agar aku tertidur setiap malam." Carmia tersenyum kearah Mila. "Aku tak ingin meminta banyak. Aku tahu kok, kalau mereka itu penjahat. Bahkan bukan penjahat biasa. Tapi dulu, yang telah membuatku tersiksa bukan para penjahat. Mereka yang menjaga toko laundry, pengusaha kaya, bahkan anak kecil yang bermain lompat tali, merekalah yang membuat hidupku menderita."

Mila terperangah.

"Dulu aku tinggal di gang kecil. Aku albino jadi tidak bisa terkena sinar matahari. Tempat aku berlindung dari panas dan hujan adalah kerdus-kerdus yang kujadikan atap. Kalau kerdus-kerdus itu sudah tidak bisa dipakai, maka aku terpaksa mencari lagi yang baru."

Mila menatap dengan prihatin. Cara Carmia berbicara, bahkan tatapannya, ia seperti orang dewasa yang melalui banyak hal.

"Lalu akan ada beberapa laki-laki yang datang dan memberiku makan. Lalu mengajakku bermain dan memastikan aku selamat. Mereka juga memberikanku baju. Aku tahu siapa mereka, mereka itu berandalan. Mereka sering tawuran, dan aku melihat banyak keburukan mereka." Carmia memasang wajah bingung. "Tapi mengapa sampah masyarakat seperti mereka mempedulikanku?"

Mila tersenyum kecil. Menyedihkan rasanya, ketika ia bekerja di bidang penegak hukum dan selalu mencela para pelanggarnya. Tapi kini melihat sisi lain dari dunia membuatnya sadar. Seorang rakyat biasa, pengusaha kaya, dan anak-anak kecil yang senang bermain membuat hidup seorang gadis kecil menderita. Dan gadis itu dijadikan sampah masyarakat.

Dan para perusuh yang juga dianggap sampah masyarakatlah yang menolongnya. Semua orang menganggap buruk sampah masyarakat, dan bagi mereka yang menyandang nama itu hanya akan diperlakukan bagaikan sampah pada umumnya.

Hanya sampah masyarakat yang dapat menolong sampah masyarakat. Mereka yang tidak dianggap berguna bagi orang lain, akan berguna bagi orang-orang yang merasakan hal sama. Menyedihkan.

Mila tidak mengerti hubungan di antara mereka semua, para anggota Dresden. Ia pikir, sang pemimpin Dresden akan memimpin mereka layaknya raja yang tidak boleh ditentang. Namun disini, Mikoto seakan tak peduli akan kehadirannya yang merupakan musuh. Atau mungkin hanya dari luar saja.

"Kita harus menentukan hukuman untuk yang kalah," sahut Roibeart.

"Mencium Mikoto!" Elias berteriak.

"Ide bagus!" Lucia menyumpali mulut Roibeart dengan roti.

"Itu tidak bagus," ujar Demian. "Dia tidak akan memberi kita minuman gratis lagi."

"Oh ya, Mikoto." Izumo bersiap membidik. "Aku menemukan anak-anak di Galenda, Provinsi Siena. Apa kau ingin membantu mereka?"

"Silahkan saja," jawab Mikoto.

My Psychopath BoyfriendWhere stories live. Discover now