19. Lion And Pray

5.3K 376 39
                                    


***

"Kenapa?! Kenapa Tuhan melakukan ini kepadaku?! Kenapa?!" aung Lucas lalu bertekuk lutut di lantai. Mereka kini tengah berada di ruang bersantai hotel milik Munakata. Hampir semua pria di sana sedang menikmati rokok, dan mengapa Lucas sampai sebegitunya?

Hasil rampasan Lucas dari gudang Munakata, yaitu rokok terbaik yang pernah ia hisap. Kini sudah dirampas orang lain, Leon dan John mengambil secara paksa darinya dan membagikan rokok itu ke seisi Damocles yang ingin menikmati.

"Akan aku kutuk kalian!" Lucas menunjuk Leon dan John yang duduk di sofa tanpa peduli kehadiran Lucas. "Akan aku kutuk kalian menjadi batu!"

Duakh!

Leon menendang Lucas dan tanpa perasaan bersalah dirinya menginjak punggung Lucas. Bagaikan preman jalanan yang berhasil memenangkan pertempuran sengit.

"Tolong saja Tuan Orieth Lucas Ulta, aku jauh lebih tua darimu," ujar Leon datar.

"Dasar Duda tua! Kau dan Munakata sama-sama orang tua yang single!" ujar Lucas dan satu kaki kembali mendarat di punggungnya.

"Apa kau bilang tadi?" Munakata muncul dengan wajah sengit. "Bagusnya aku bukanlah seorang duda."

"Tapi kau masih belum menikah!" sahut Lucas.

Duakh!

"Oh lihat betapa kasihannya asistenku ini. Bukankah nyaman diberi kaki oleh dua orang yang tampan?" ujar Munakata.

"Oh maaf saja, tolong bebaskan aku. Latricia tolong aku!" Lucas menatap Latricia tak jauh darinya.

'Apa benar dia pacarku-_-' batin Latricia.

John menghela nafas panjang lalu menatap Nazaki di sampingnya. "Kemana bocah itu?"

Nazaki menaikkan alis dan melirik sekitar. "Maksudmu, Luke?"

"Dan juga Mila." John menghisap rokoknya.

"Entahlah, aku yakin Luke pergi menjauh karena asap rokok ini. Kau tau bukan, dia anti rokok?" jawab Nazaki.

***

Mila berjalan menyusuri lapangan parkir hotel, berharap menemukan sosok Luke. Rasanya barusan tadi ia melihat Luke berjalan di parkiran. Mila terdiam ketika seorang pemuda muncul dari balik dinding.

"Freink? Apa yang kau lakukan disini?" Mila mengernyit heran.

Freink berjalan kearah Mila, tentu saja wajah datar itu tak lepas darinya. Tangannya terulur mencubit pipi Mila lembut.

"Ayo pulang," ujarnya.

Mila menepis tangan Freink. "Hah? Pulang? Rumah kita di tempat yang berbeda Tuan Halmer."

"Ah, maksudnya pulang ke konseling," ujar Freink.

"Kau bawa mobil?"

"Ya tentu saja." Freink menggenggam tangan Mila. "Ayo."

Mila terdiam mengikuti langkah Freink yang pelan. Tidak seperti biasanya, langkahnya biasanya cepat.

Apa yang terjadi pada pemuda ini? Mengapa juga ia menggenggam tanganku? Otak Mila berputar, memikirkan jin jenis apa yang merasuki Freink. Kemarin Freink mengatakan jika ia adalah miliknya, dan Mila merinding seketika. Lalu sekarang, oh Mila yakin Freink memang sangat senang mempermainkan perasaan perempuan.

Seperti biasa, Freink menggunakan mobil pribadi miliknya yang sempat membuat Mila berdecak kagum. Hasil dari tabungan bukan? Ia akan menabung juga untuk mendapatkan perpustakaan pribadi, atau mungkin helikopter pribadi. Ah apapun itu, setidaknya jangan menghayal dulu.

My Psychopath BoyfriendWhere stories live. Discover now