Bagian 25

1K 60 0
                                    

New York, Amerika Serikat
Sabtu, 09 April  10.23 AM

Di sebuah motel kumuh berukuran kecil, seseorang berdiri di dekat jendela. Ia menatap orang-orang yang berjalan memenuhi trotoar. Rata-rata mahasiswa dan pekerja kantoran yang lebih memilih berjalan kaki dari pada memenuhi jalanan dengan polusi udara. Sebuah seringai terbit di wajahnya yang dipenuhi dengan amarah kebencian. Bagi Skin Face mereka hanyalah kumpulan orang-orang tak berguna, memenuhi bumi dengan aroma keserakahan, dengki dan kebohongan publik. Ia muak ketika dirinya harus berpura-bura baik dan ramah kepada orang-orang yang mengenalnya. Bahkan rasanya keinginannya untuk merobek senyuman palsu yang terbit di wajah-wajah penuh dosa sudah berada di puncak kemarahannya.

Matanya menangkap sesuatu yang membuatnya harus berada di sini. Buru-buru ia mengambil mantel hitam serta topi yang menutupi rambut pendeknya. Skin Face buru-buru keluar, berlari menuruni anak tangga yang tak layak pakai. Ah, kali ia tidak mau kehilangan jejak targetnya. Sialan! Kenapa wanita itu harus pergi ke New York saat ia membutuhkannya, pikir Skin Face.

Dengan mantel hitam serta topi yang menutupi kepala dan setengah wajahnya, ia berjalan mengikuti seorang wanita berpakaian mahal yang berada beberapa langkah di depannya. Wanita itu memiliki rambut merah menyala, kaca mata membingkai di wajahnya serta syal yang melingkar di lehernya. Mantel cokelat berbahan sutra membalut tubuh sempurnanya, kaki cantik yang jenjang dibalut dengan sepatu mahal seharga sebuah mobil SUV. Wanita itu bernama Shelyn Alexander, dikenal banyak orang dengan nama Alea. Wanita berwajah cantik dengan senyum yang dimiliki oleh orang-orang berwajah oriental khas penduduk Asia.

Skin Face terus berjalan mengikuti targetnya, memasuki banyak toko yang berjajar di jalanan paling terkenal di Amerika Serikat, Fifth Avenue. Lalu keluar dengan tangan kosong tanpa membeli apapun.

Benar-benar menyusahkan!

Senyuman terbit di wajah Skin Face ketika ia membayangkan apa yang akan terjadi dengan wanita itu malam ini. Ia berjanji, kali ini ia akan membuat karya yang tak pernah dilakukan olehnya, sebelumnya. Pasti Alea terlihat cantik dan cocok untuk menjadi bahan percobaannya malan ini. Rambut merah itu, senyum yang manis, kaki jenjang beserta kulit berwarna kuning langsat yang membalut tubuhnya benar-benar komposisi yang sempurna untuk korban berikutnya.

Malam ini Skin Face akan merasa senang dan terpenuhi. Sudah berapa lama ia tidak mengambil jiwa seseorang? Seminggu, dua minggu, atau sebulan? Ah, dia sendiri saja lupa kapan terakhir ia membunuh mereka. Ia sudah merindukan pisau kesayangannya. Rindu untuk mengelupas sedikit demi sedikit kulit yang tertempel di tubuh mereka---para model yang menjadi targetnya. Akhirnya, setelah ia frustasi karena tidak dapat menggunakan pisaunya, ia dapat menggunakannya kembali pada wajah yang berbeda.

Alea berjalan di sepanjang pusat perbelanjaan yang menarik perhatiannya. Sesekali ia tersenyum kepada orang-orang yang menyapanya dan memintanya untuk berfoto bersama. Niatnya hanya berjalan-jalan dan menghibur diri. Mungkin jika ada sesuatu yang dapat menarik perhatiannya, ia akan membelinya nanti. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, membuatnya, menepi untuk menghindari orang-orang yang terus lalu lalang di hadapannya

Alea mengangkat ponselnya dengan salam yang hangat. "Halo, selamat pagi."

"Ah kurasa sebentar lagi akan siang," sahut seseorang di seberang sana sambil terkekeh kecil.

"Yeah, kau benar."

"Apa ada sesuatu yang penting?" lanjut Alea.

"Begini.." orang yang berada di seberang sana menggantung kalimatnya. Ia berjalan kesana kemari sambil memegang pangkal hidungnya. "Fashion Show untuk brand Gucci yang akan kau lakukan, ditunda sampai besok malam."

Alea tentu saja terkejut. Bahkan ia sudah mempersiapkan diri untuk acara malam ini. "Ada apa---maksudku mengapa?"

"Desainer yang membuat karyanya terhalang hadir sampai besok siang."

"Ah, mengapa bisa begitu?" Alea menghembuskan nafasnya kasar.

"Pesawat yang membawanya, terhalang oleh badai besar. Mereka harus berhenti di Alaska, untuk melanjutkan perjalanan sampai keadaan membaik."

"Oke, baiklah."

"Kau tidak apa-apa kan? Kau tidak memiliki rencana lain kan untuk besok malam?"

"Tidak-tidak. Hanya saja, mungkin aku akan beristirahat di hotel malam ini."

"Syukurlah. Kalau begitu sampai berjumpa besok malam."

Entah mengapa perasaan Alea memburuk tiba-tiba. Seakan-akan terjadi sesuatu kepadanya dalam hitungan beberapa jam ke depan. "Ya, sampai jumpa." Alea menutup ponselnya dengan nafas yang berhembus kasar.

Setelah memasukkan ponselnya ke dalam clutch hitam di tangannya, Alea kembali melanjutkan langkahnya. Ia berjalan menyusuri kedai-kedai yang menggugah seleranya. Dari mulai waffle, es krim, sampai berbagai macam kue dan cake yang membuat tenggorokannya menelan air liur.

Astaga. Jika saja ia tidak memikirkan berat tubuhnya yang mudah sekali naik, sudah di yakinkan pasti ia akan membeli semua makanan itu.

Hari semakin siang dengan terik musim semi yang menyinari kota New York. Alea memutuskan untuk kembali ke hotel sebelum kakinya benar-benar sakit karena ia terus saja berjalan sedari tadi. Ketika ia berada tiga blok dari hotel tempatnya menginap, Alea merasakan ada langkah kaki yang mengikutinya. Mungkin perasaannya saja karena trotoar sedang dipenuhi oleh pejalan kali.

Alea melambatkan langkahnya, mendengarkan bunyi sepatu yang bergemeletuk di atas trotoar. Bukan seperti suara orang-orang yang berjalan dengan biasanya, lebih tepatnya seperti langkah pelan dan hati-hati. Seperti sedang mengikuti seseorang. Ia berbalik secara perlahan, namun tidak ada hal mencurigakan yang didapati. Alea hanya melihat orang-orang yang berlalu lalang dengan langkah cepat.

Alea memutuskan untuk melanjutkan langkahnya. Alea sedikit berlari agar ia cepat sampai ke hotel tempatnya menginap . Pemberitaan tentang pembunuhan yang masih merajai saluran televisi membuat Alea merasa tak nyaman. Ia takut, dirinya yang akan menjadi korban selanjutnya.

 A Lady of Killer (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now