Bagian 21

808 67 0
                                    

California,
Senin, 04 April 10.03 AM

Diam-diam Annabeth terus melirik ke arah Max yang memasang wajah kusut. Seakan pembicaraan yang sedang berlangsung tidak dapat menarik minatnya. Saat ini mereka sedang berada di kantor dengan lima detektif lainnya untuk mendiskusikan mengenai pembunuh para model. Detektif Kincaid yang menjadi kepala mereka, mengatakan teorinya di depan mereka beserta foto-foto para model yang sudah terbunuh. Tak terhitung berada model yang sudah meninggal dalam waktu dekat ini, mungkin sembilan belas atau tidak dua puluh lebih. Ah, Annabeth benar-benar pusing!

Annabeth juga dapat menangkap Max yang terus menatapnya dengan wajah harap cemas. Seakan sesuatu yang buruk akan terjadi kepada dalam waktu dekat. Annabeth berusaha memutar ingatannya, apa saja yang sudah terjadi kepadanya beberapa minggu belakangan ini. Terakhir yang ia ingat hanyalah surat yang tertempel di tiang listrik. Setelahnya ia pergi ke gereja, berdoa dan pulang ke rumah dengan kerjaan yang menumpuk. Tidak ada hal bur---tunggu dulu---tentu saja ada! Surat yang didapatkannya, hal itu terasa ganjil bagi Annabeth. Ia seolah merasa surat itu ditunjukkan kepadanya, untuknya. Jika saja orang bodoh yang berpikir, mungkin mereka menganggap itu hanyalah omong kosong. Tapi tidak untuk Annabeth, ia tau ada hal yang tidak beres setelah ia menemukan surat itu. Seakan surat itu dari seseorang yang dicarinya.

Tapi, tunggu dulu!

Sialan! Kenapa ia tidak memikirkan ini sebelumnya? tanpa sadar Annabeth memukulkan tangannya ke atas meja, membuat semua orang yang berada di sekitarnya, menatap bingung ke arahnya, terutama detektif Hunter.

"Ada apa, Sutherland?" tanya detektif Kincaid.

"Tentu saja ini dia, aku yakin!"

Gumaman yang di keluarkan Annabeth dari mulutnya semakin membuat orang-orang bingung dengan apa yang dibicarakan wanita itu.

"Apa maksudmu?"

"Skin Face, dia yang melakukannya." Annabeth mengangkat kepalanya, menatap satu persatu orang-orang yang berdiri di sekelilingnya, terutama Max yang terus menatapnya dengan tatapan sendu tak berarti.

Detektif Hopper menyahut, "Tentu saja dia. Siapa lagi yang melakukan pembunuhan itu selain dirinya, kita sudah membicarakan hal ini, detektif Sutherland.”"

"Tidak! Bukan itu maksudku."

Annabeth mengambil dompetnya di atas meja, dompet yang ia gunakan saat menghadiri misa. Semoga saja kertas itu masih ada, doanya dalam hati.

Annabeth membongkar isi tasnya, mengeluarkan apa saja yang berada di dalamnya. Terutama lipstik dan bedak, bawaan khas seorang wanita. Saat selembar kertas kecil melayang-layang di udara, Annabeth tersenyum. Ia segera menangkapnya, memperlihatkan kertas yang bertuliskan tiga kata tersebut.

Detektif Kincaid mengambilnya, "Apa ini?"

"Aku menemukannya di tiang listrik ketika aku akan pergi ke gereja untuk menghadiri misa."

"Bagaimana bisa?" akhirnya setelah berada satu jam lebih di dalam ruangan ini, Annabeth dapat mendengar suara Max yang terkesan khawatir. Memangnya ada apa?

"Well, kertas itu tertempel di tiang listrik yang berada beberapa blok dari apartemenku. Tapi aku yakin sebelum aku melewatinya, aku tidak menemukan kertas itu. Lalu aku berbalik, dan kertas itu sudah tertempel di depanku. Seakan benda itu ditempel memang untuk ditemukan."

"Mengapa kau berbalik?" tanya Drew Hopper penuh selidik.

"Aku merasa ada yang mengikutiku." Annabeth menyempatkan untuk melihat raut wajah Max yang berubah menjadi pucat pias. Ekspresi pria itu terlihat bercampur antara takut, khawatir dan rasa marah yang besar.

Apa ada yang salah, mengapa ia seperti itu? gadis batinnya bertanya kepadanya.

Semuanya diam. Tidak ada pembicaraan yang terdengar, orang-orang terlihat berpikir sambil sesekali menatap kertas yang baru saja diberitahukan oleh Annabeth. Berbeda dengan Max yang terus saja menatapnya, seakan sedetik saja ia mengalihkan pandangannya maka Annabeth akan segera menghilang dari pandangan pria itu. Annabeth diam, menatap Max dengan wajah bingung. Ah, ia sangat benci dengan keadaan seperti ini, terlalu tegang dan kaku.

"Jadi kau pikir dia yang melakukannya?" suara detektif Kincaid terdengar, membuat Annabeth mengalihkan pandangannya kepada bosnya itu. "Itu pikiranku. Lagi pula itu yang tepat bukan? Kita mencarinya dan dia bersembunyi, mengatakan bahwa kita tak akan bisa menemukannya."

"Tidak! Kita pasti akan menemukannya!" suara Max terdengar penuh amarah. Suara yang sangat jarang sekali di dengar oleh Annabeth. Cukup waktu lima tahun untuknya mengenal Max, ia yakin ada sesuatu yang membuatnya sangat marah dan itu berhubungan dengannya dan pembunuh.

****

Max menarik tangan Annabeth keluar dari ruangan saat diskusi berakhir. Pria itu terlihat marah dan takut di waktu bersamaan. Annabeth bingung dengan apa yang dilakukan oleh Max, ia memberontak berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang digenggam kuat oleh pria.

"Bisakah kau melepaskanku!" teriak Annabeth di belakang Max.

"kita harus bicara!"

"Tidak ada yang perlu dibicarakan! Aku sudah muak berlaku baik di depanmu selama diskusi berlangsung!" hati Annabeth terasa teriris saat ia mengatakan itu. Bukan itu yang ingin dikatakannya, bukan itu yang seharusnya keluar dari mulutnya. Ia merindukan Max, pria yang dulu selalu melindunginya, pria yang menabrak halaman rumahnya.

"Ini bukan penawaran Annabeth! Kau pikir aku tidak muak selalu berpura-pura. Berpura-pura seakan tidak  ada hal yang penting di antara kita!" Annabeth terkejut. Max tidak pernah membentak dirinya sebelumnya, bahkan saat mereka bertengkar di hari itu.

"Kau menyakitiku, Max, kau membentakku?" suara Annabeth terdengar lirih. Tidak ada wanita yang mengangkat kepalanya tinggi, tidak ada wanita yang selalu keras kepala. Saat ini Annabeth yang lemah telah kembali, kembali bersama kenangan menyakitkan yang selalu hadir di setiap mimpi buruknya.

Sadar apa yang dilakukannya, Max melepaskan cengkeraman tangannya dari pergelangan tangan Annabeth. Sungguh, ia tidak bermaksud untuk menyakiti Annabeth. Ya Tuhan, apa yang sudah dilakukan olehnya.

Max menatap Annabeth yang sedang mengusap pergelangan tangannya. Wanita itu menatapnya, tapi dengan binar yang tak pernah dilihat sekalipun oleh Max. Annabeth ketakutan, wanita itu ketakutan di dekatnya. Apa aku melakukan kesalahan besar?

Max melangkah mendekati, Annabeth. Merengkuh wanita itu ke dalam pelukannya. Berusaha untuk menenangkan Annabeth dengan ciuman hangat di pucuk kepalanya serta usapan lembut di punggung wanita itu. Oh, Max dapat merasakan tubuh Annabeth bergetar. Mungkin ia sangat keterlaluan, ia sudah membuat wanitanya ketakutan. Dan itu semua terjadi karenanya, karena ketakutan berlebihan yang ia rasakan. Max tidak ingin Annabeth kenapa-kenapa, bahkan jika itu seujung kuku pun.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menyakitimu." Max terus menciumi pucuk kepala Annabeth, berusaha memberinya kehangatan untuk menghilangkan rasa takut wanitanya.


















 A Lady of Killer (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now