Bagian 23

1K 62 7
                                    

California, Long Beach
Senin, 04 April  16.21 PM

Sejak dua puluh lima menit yang lalu, kini Annabeth sudah berada di apartemen milik Max. Bahkan saat ini ia sedang berada di dapur pria itu untuk membuat makanan untuk mereka berdua, secangkir kopi di siang hari tidaklah cukup untuk menganjal perut. Membayangkan yang baru saja terjadi membuatnya benar-benar malu. Jadi selama ini ia hanya salah paham, ah.. mendengarkan fakta yang sesungguhnya membuatnya takut kalau saja fakta itu memang benar adanya. Tapi ternyata ia hanya salah paham. Betapa malu dan bodohnya dia sekarang.

Sambil membumbui daging ayam di hadapannya, Annabeth kembali tersenyum ketika ia mengingat pembicaraannya bersama Max satu jam yang lalu. Pikirannya mengambil alih semuanya. Membuatnya melupakan segala dan beralih kembali mengenang hal paling membahagiakan di dalam hidupnya, di tahun ini.

"Apa? Salah paham, maksudmu? Jelas-jelas aku melihatmu bersama wanita lain. Wanita yang lebih tua dariku! Apa kau pikir kau bisa membodohiku seperti dulu?!" Annabeth berteriak kesal penuh amarah. Orang-orang yang berada di sekitarnya tidak ia pedulikan seakan saat ini waktu sedang menghentikan semua kegiatan yang mereka lakukan.

Max terkesima, "Jadi karna itu kau pergi meninggalkanku?"

"Tentu saja! Untuk apa aku bertahan bersama pria brengsek sepertimu, tidak ada gunanya!"

"Kenapa kau tidak menghampiriku dan meminta penjelasan?"

Mata Annabeth menyalang, menatap Max dengan penuh amarah. "Untuk apa, aku sudah melihatnya. Jika saja aku menghampirimu mungkin kau akan mengelaknya dan berkata dia adalah temanku." Annabeth memegang rambutnya, lalu meremasnya dengan kesal. Ia berusaha mengatakan sesuatu yang membuat hatinya terasa perih. Lidahnya kelu dengan kata-kata yang tersangkut di tenggorokannya. "Teman macam apa yang mengelus rambut, tersenyum bersama dan mencium keningnya ."

Max tersenyum lebar, membuat kekesalan Annabeth semakin bertambah. Ia kesal kenapa pria itu masih bisa tertawa di saat ia sendiri sedang marah besar seperti ini. Hatinya berdenyut sakit ketika bayangan satu tahun yang lalu kembali menguasai pikirannya. Ketika Max bersikap manis kepada wanita lain selain dirinya, membuat Annabeth benar-benar di bakar api cemburu. Ia kesal, marah dan kecewa dengan apa yang dilakukan Max di belakangnya. Mungkin saja wanita itu bukan yang pertama, Max mungkin sudah berselingkuh beberapa kali di belakangnya.

"Dia adikku," jawaban itu sukses membuat rahang Annabeth segera jatuh ke lantai berbahan keramik yang dingin. Annabeth tentu saja terkejut dengan fakta yang di dengarnya.

Tidak! Max pasti berbohong, teriak pikirannya.

Selama ini ia tahu kalau Max tidak memiliki saudara. Lagi pula di saat mereka masih bersama, Annabeth tidak pernah melihat pria itu bersama saudaranya, apa lagi itu seorang perempuan. Annabeth yakin, itu hanya alibi Max untuk melindungi diri, dari perbuatannya dan tentunya untuk kembali membodohi Annabeth. Annabeth yang sekarang bukanlah Annabeth yang dulu, ia tidak akan terperdaya dengan kata-kata manis yang dilontarkan pria itu. Kata-kata manis yang membuatnya tidak memarahi Max ketika pria brengsek itu menabrak halamannya dengan mobil sialan itu.

Tidak! Ia tidak akan mempercayai Max dengan mudah, teguhnya dalam hati.

Annabeth berusaha mengeluarkan tawa sumbangnya lalu berkata, "Kau pikir kau bisa membodohiku."

"Tidak, aku tidak membodohimu. Kau tau apa yang kau lihat bukanlah apa yang kau dengar, Annabeth."

"Bersyukurlah karna aku melihatnya langsung dan tidak mendengarnya dari orang lain, Hunter!"

"Buka matamu, dan dengarkan penjelasanku!"

"Kau pikir aku buta? Aku tidak butuh penjelasanmu!"

 A Lady of Killer (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now