Bagian 3

1.8K 145 8
                                    

California, Beverly Hills
Sabtu, 20 Maret 15.00 PM

Annabeth keluar dari van berwarna hitam milik Max tanpa menunggu pria itu keluar terlebih dahulu. Menghabiskan waktu kurang lebih satu jam berada di dalam mobil yang sama dengan Max membuat wanita itu menggerang kesal.

Sebenarnya bisa saja ia menggunakan mobilnya sendiri, mengingat bahwa Annabeth sangat membenci pria itu. Jika saja mereka tidak harus pergi ke Beverly Hills, Annabeth bersumpah, ia tidak akan sudi satu mobil dengan pria itu. Di tambah Max yang memaksanya untuk ikut dengan pria itu. Agar tidak terlalu menyulitkan, itu katanya.

Annabeth membunyikan bel yang tertempel di dapat pintu berwarna putih. Beberapa waktu ia menunggu, dari ekor matanya Annabeth dapat melihat Max yang melangkah kearahnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Tak lama pintu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya berambut tembaga serta wajah latin yang sangat kentara. Wanita tersebut menampilkan wajah bingung sekaligus waspada ketika mendapati Annabeth dan Max di depan rumahnya.

"Apa aku mengenal kalian?" tanyanya langsung.

"Aku detektif Hunter. Dan ini rekan ku detektif Sutherland." ucap Max mendekati wanita paruh baya di depan pintu.

"Paige Richardson." mereka saling berjabat tangan.

"Syukurlah kalian segera datang. Masuklah, aku akan menjelaskan apa yang kutahu." Paige berucap sedikit berbisik. Wanita itu menuntun Annabeth dan Max ke ruang tamu di rumahnya.

"Mrs. Richardson, bisakah aku mengajukan beberapa pertanyaan? Apa kau sudah siap menceritakannya?" tanya Max saat mereka sudah duduk di sofa berbentuk L berwarna merah maroon.

"Tentu saja." Paige berbicara tapi bibirnya hampir saja tidak bergerak.

"Apa kau mengenal korban?" tanya Annabeth.

Paige hanya mengangguk. "Aku sangat mengenalnya. Tentu saja karna profesiku sebagai tukang rias mereka."

"Maafkan aku, Mrs. Richardson. Aku tahu ini sangat menyulitkanmu. Kau yang menemukannya?" tanya Max, dan wanita itu kembali mengangguk.

"Kapan? Bagaimana kronologinya?"

"Aku menemukannya sekitar jam tujuh kurang beberapa menit. Saat itu aku berniat mengambil kotak make up ku yang tertinggal diruang rias. Saat aku membuka pintu, hal yang pertama kulihat adalah seorang perempuan yang tergeletak di bangku tanpa mengenakan kulit. Tubuhnya yang dibalut pakaian putih sudah bercampur dengan warna darah."

Paige menarik nafas. "Saat itu aku benar-benar terkejut. Beberapa saat kemudian aku baru menyadari bahwa orang itu adalah Kenya. Aku lantas berteriak sekencang-kencangnya dan membuat semua orang yang masih berada di gedung pemotretan menghampiriku." wajah merah muda Paige, kini berubah memucat ketika menceritakannya.

"Kapan kau terakhir kali terlihat bersama korban?"

"Tadi malam. Aku masih bersamanya tadi malam di tempat yang sama. Saat itu aku menawarkan untuk merias wajahnya. Namun Kenya menolakku dengan alasan tidak ingin merepotkanku. Wanita itu benar-benar wanita yang baik. Selama ini ia menjadi tulang
punggung di keluarganya." Paige menitikkan air mata. Wanita itu menangis sejadi-jadinya.

"Apa kau melihat sesuatu setelah keluar dari ruang rias Kenya Holloway?"

Paige diam dalam waktu yang lama. Max dan Annabeth hanya bisa saling memandang sambil menunggu Paige membuka suara.

"Aku tau ini benar-benar membuatmu sedih Mrs. Richardson. Tapi kau harus berkerja sama dengan kami. Kai pasti tidak ingin ada kematian para model lagi bukan." ucap Max memaksa.

"Jika aku mengatakannya, apa aku tidak akan bernasib sama seperti Kenya Holloway?" tanya Paige tiba-tiba dan pandangan Paige tertuju pada mereka.

Mata wanita itu nampak jernih seperti lautan samudra, biru menusuk tidak mudah dilupakan. Pada saat ini, mata itu nampak terjebak dalam kesedihan, ketakutan, kemarahan serta kegelisahan berlebihan. Tapi mereka tau, mata itu juga dapat memancarkan kasih sayang yang besar.

Annabeth beralih duduk di samping Paige. Salah satu tangannya mengelus lembut punggung wanita itu, nampak kehangatan tulus dipancarkan Annabeth untuk Paige sehingga membuat hati Max kembali tersentuh dengan prilaku wanita itu.

"Kau tidak akan bernasib sama dengannya Mrs. Richardson. Percayalah, kami akan menjagamu."

Paige menatap ke kedalaman bola mata Annabeth yang berwarna coklat terang. "Ak.. aku tidak tau harus memulainya dari mana."

Max menatap Annabeth, begitu pula sebaliknya. Namun tidak berseling lama, Annabeth kembali memfokuskan pandangannya kearah Paige.

"Ceritakanlah dari awal. Kami akan mendengarkannya." Annabeth berusaha terdengar selembut dan sesabar mungkin.

Paige masih terisak, namun wanita itu berusaha membuka suaranya. "Ak.. aku tidak tahu ini akan membantu atau tidak."

"Saat aku keluar dari ruang rias. Aku sempat melihat seseorang memasuki ruang rias setelah aku keluar beberapa meter. Awalnya aku berniat mengambil kotak riasku yang tertinggal. Namun aku berhenti di dekat tangga ketika melihat sebuah bayangan memasuki ruang rias yang di tempati Kenya Holloway. Aku tetap menunggu atas nama kesopanan. Namun lama aku menunggu, aku tidak melihat bayangan itu keluar."

"Lalu, apa yang kau dapatkan?" Max terlihat antusias dengan cerita yang dijabarkan Paige.

Paige menatap Max. "Aku kembali mendekati ruangan itu. Namun aku tak mendengarkan suara apapun selain suara Kenya yang terdengar bahagia. Aku meninggalkan mereka karna tidak berniat menganggu."

Max menatap Paige bingung. Pria itu mengkerutkan alisnya hingga menjadi beberapa lipatan. "Kau tidak mendengar suara apapun selain Kenya?"

"Tidak sama sekali."

"Apa kau tau ciri-ciri orang itu?" kini Annabeth yang mengajukan pertanyaan.

"Aku tidak tahu pasti. Dia mengenakan jubah tebal yang menutupi seluruh tubuh dan kepalanya. Aku tidak dapat melihat apapun selain bayangannya. Yang ku tahu, dia memiliki tubuh yang tinggi"

"Kita hanya mendapatkan tinggi badan." Max kini terlihat kembali tidak bersemangat. Di Amerika banyak orang-orang berbadan tinggi sangat banyak."

"Setidaknya kita mendapatkan gambaran." desis Annabeth sarkastik.

"Selain itu, apa kau tahu. Dia laki-laki atau perempuan?"

"Aku tidak tahu, aku tak bisa melihat wajahnya. Tubuhnya yang terbalut mantel yang sangat tebal. Sehingga tidak dapat membuatku melihat bentuk tubuhnya."

"Aku benar-benar takut. Seharian ini aku merasa seseorang telah mengamatiku. Setiap aku melakukan kegiatan di luar maupun di dalam rumah aku selalu merasa seseorang sedang memperhatikanku. Aku benar-benar takut dia akan memburuku."

Paige kembali terisak. Wanita itu memeluk tubuh Annabeth begitu kuat. Paige menumpahkan hampir seluruh air matanya kepada Annabeth sehingga membuat pakaian wanita itu setengah basah.

Annabeth sangat mengerti keadaan Paige. Wanita itu pasti sangat terguncang. Yang ia takutkan jiwa wanita ini akan terganggu dan menyebabkan mentalnya menurun. Paige sedang berada di titik terendah kehidupannya. Wanita itu seakan kaca tipis yang mudah pecah jika disentuh sedikit saja.

"Aku akan keluar untuk menelepon beberapa polisi untuk berjaga di sekitar kediaman Mrs. Richardson."

Setelah mengatakannya Max keluar dengan ponsel di genggamannya. Sedangkan Annabeth kembali menenangkan Paige yang masih terisak.













 A Lady of Killer (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now