Bagian 12

1.1K 73 10
                                    

Playlist
Adele - Hello

******


California, Los Angeles
Selasa 23 Maret, 07.30 AM

Max mengerjapkan matanya ketika sinar matahari mengenai matanya. Sedikit demi sedikit ia membuka matanya, menyesuaikan cahaya putih yang datang dengan retina mata cokelatnya. Tiba-tiba saja hidungnya terasa gatal, beberapa kali Max menggosoknya sampai hidungnya bersin beberapa kali.

Ketika matanya membuka sempurna, Max mengamati sekelilingnya. Keningnya berlipat ketika sadar ia berada di tempat yang asing. Tempat tidur yang berdebu serta langit-langit kamar yang dipenuhi sarang laba-laba.

Ketika Max berusaha bangun dari tempat tidur, tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut-denyut nyeri. Perutnya terasa mual dalam waktu bersamaan. Ketika matanya menangkap sebotol aspirin dengan air minum di atas nakas, dengan cepat Max mengambilnya. Meminum dua butir aspirin sekaligus untuk meredakan rasa pusingnya.

"Sebenarnya aku dimana?" tanya Max pada dirinya sendiri.

Matanya kembali menatap sekitarnya. Cahaya matahari yang masuk dari celah-celah gorden berwarna coklat membuat matanya sakit ketika tanpa sengaja cahaya matahari menusuk salah satu matanya.

Seingatnya kemarin malam ia berada di club dan menghabiskan dua botol bourbon sekaligus. Pasti minuman itu yang menyebabkan kepalanya sesakit ini. Benar-benar minuman yang membunuh manusia secara perlahan.

Max berusaha bangkit dari tempat tidur. Berjalan kearah pintu yang berjarak satu meter lebih dari tempatnya tertidur. Matanya menangkap sebuah bayangan ketika tangannya ingin membuka knop pintu. Bayangan seorang wanita yang mengenakan celana serta rambut yang diikat secara asal.

Ketika ia membuka pintu, betapa terkejutnya Max ketika mendapati Annabeth berdiri di hadapannya dengan nampan yang berisi roti isi serta segelas susu hangat berwarna putih. Pandangan Max beralih ke penampilan Annabeth. Seperti bayangan yang dilihatnya, wanita itu mengenakan celana pendek yang memperlihatkan sebagian pahanya. Rambutnya diikat asal tanpa disisir, mungkin. Annabeth mengenakan kaus berwarna putih bertuliskan 'I'm strong, woman' seakan memperlihatkan kepribadian wanita itu.

"Mengapa aku ada di sini---maksudku aku dan dirimu. Mengapa kita ada di sini?" tanya Max saat mereka masih berada di ambang pintu.

Max dapat melihat sorot mata kebencian yang bercampur rindu dari mata Annabeth. Wanita itu menatapnya sedatar mungkin.

"Tanyakan saja pada dirimu yang hampir menabrak mobilku ketika kau mabuk! Kau pikir mudah membawamu kesini, ke flat lamaku saat kau sedang mabuk. Kau menyusahkan ku saja!" walaupun suara Annabeth mengandung sarkasme tidak dapat dipungkiri ada rasa khawatir di suara wanita itu.

Max tersenyum senang. Ia senang saat Annabeth masih memperdulikannya. Ia tidak tau bagaimana Annabeth bisa berada di kota ini. Yang ia tahu, Annabeth kembali ke Manhattan Beach setelah mereka menemui William.

"Jika kau memiliki tenaga sebaiknya kita makan di lantai bawah." ucap Annabeth sebelum pergi meninggalkan Max seorang diri.

Max tersenyum penuh arti. Mungkin masih ada kesempatan untuk kembali bersama Annabeth. Inilah waktu yang tempat untuk membicarakan masa lalu. Mereka dapat kembali seperti dulu, tidak akan ada lagi dinding pemisah. Max turun dengan langkah berat. Kepalanya masih berputar-putar, namun ia menahannya dengan berpegangan di pembatas tangga. Dari tangga terakhir ia dapat melihat Annabeth yang memakan sarapannya dengan diam.

Max berjalan menghampiri Annabeth. Ia tersenyum ketika wanita itu menatapnya. Max menarik kursi yang berada di hadapan Annabeth. Ia memakan sarapannya dengan mata yang tak lepas dari wajah Annabeth. Wajah itu masih sama dengan yang diingatnya setahun yang lalu. Tidak banyak yang berubah. Mungkin hanya alis yang lebih tebal serta bibir Annabeth yang terlihat lebih menggiurkan dari sebelumnya.

 A Lady of Killer (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now