Bagian 1

2.9K 162 2
                                    

California, Los Angeles
Sabtu, 20 Maret, 07.16 AM

Detektif Maxiwell Hunter mengamati kerumunan kecil yang berkumpul di belakang pita kuning yang melingkari tempat kejadian perkara. Sebagian mereka masih mengenakan pakaian kerja, sebagian menangis, dan sebagian lagi meringkuk ketakutan.

Max berusaha mendekat ke kerumunan itu untuk mendengarkan sambil berjalan menuju TKP. Ketika telinganya bersiap untuk mendengarkan sumpah serapah yang dilontarkan orang-orang di sekitarnya, telinganya menangkap suatu percakapan.

"Binatang macam apa yang membunuh seorang wanita seperti ini." kata seorang wanita muda berpakaian minim.

"Kurasa Kenya baik kepada siapa pun, hanya orang tidak waras yang melakukannya."

Tiga opsir berseragam berdiri di tempat berbeda. Satu berjaga di depan pintu untuk menghalangi orang-orang memasukinya. Dan dua lagi berjaga bersebelahan di dalam lingkaran pita TKP. Bersama-sama mereka menjadi dinding penghalang, menutupi sebaik mungkin agar tubuh korban yang mengenaskan tidak terlihat orang-orang itu.

Para CSU telah tiba sebelum ia datang, mengambil beberapa foto dan menyelidiki TKP. Di antara para polisi dan anggota CSU ia tidak melihat sedikit pun wajah rekannya, detektif Revan yang selalu datang lebih awal darinya.

Max hanya melihat beberapa opsir, dua sherif, para anggota CSU, beberapa orang yang dikirim dari ME dan wanita yang berada dekat dengan korban, berdiri membelakanginya. Max berjalan menghampiri Drew Hopper seorang anggota polisi yang menduduki divisi yang sama dengannya.

"Drew, dimana Revan?" Max menguatkan diri untuk sesuatu yang akan dilihatnya.

Korban duduk di sebuah kursi di depan meja rias. Tubuhnya di kuliti, jiwanya seakan tak pernah bersarang di tubuh wanita tersebut, layu seperti bunga yang pernah diberi air. Tenggorokan yang hampir putus dengan tubuhnya membuat perut Max melilit mual, serta wajah yang ditutupi sapu tangan putih bercampur darah. Siapa yang akan melakukan hal keji seperti ini, di tempat ramai?

Korban mengenakan dress panjang yang menjuntai hingga mata kakinya. Rambutnya yang mungkin telah tertata rapi tadi malam, kini berubah seakan di potong asal oleh anak kecil yang tak tahu cara menggunakan gunting. Tangannya mengantung begitu saja, dengan kepala yang mendongkak memperlihatkan darah kering yang sudah keluar dengan deras tadi malam.

"Revan dipindahkan ke bagian obat-obatan terlarang dan narkoba di Chicago."

Max terkejut. "Mengapa aku tidak tau?!"

"Mungkin bos lupa memberitahumu. Ah ya, sekarang kau mendapatkan rekan baru." Drew menunjuk seorang wanita yang masih berdiri membelakanginya.

"Seorang wanita?" dahi Max berkerut ketika melihat wanita tersebut. Bukannya ia tidak suka berkerja sama dengan wanita, tapi ia tahu wanita akan selalu merepotkan.

"Yeah. Sebaiknya ku perkenalkan kau dengannya, detektif." Max dan Drew berjalan lebih dekat kearah korban. Tangan Drew menyentuh bahu seorang wanita yang disebut sebagai rekan barunya, membuat wanita itu dengan cepat berpaling.

Bola mata Max melebar sempurna. Ia terkejut ketika mendapati wajah yang sangat di kenalnya. Wajah yang selalu menghantui pikirannya, wajah yang tak pernah dilihatnya setahun belakangan ini. Wanita yang meninggalkannya tanpa memberi alasan apapun. Rasa penasaran masih tertanam di pikirannya, mengapa wanita itu meninggalkannya.

Dengan cepat Max mengubah raut wajah terkejutnya dengan ekspresi santai. Begitu pula yang dilakukan dengan wanita di depannya.

"Detektif Sutherland, perkenalkan ini rekanmu detektif Maxiwell Hunter." Max mengulurkan tangan berniat sopan ketika berkenalan dengan rekannya.

Ketika tangan wanita itu menyentuh telapak tangannya, Max masih dapat merasakah darahnya yang desir kuat serta jantungnya yang berdegup kencang. Tangannya masih sama seperti dulu, selembut sutra mahal yang tak akan pernah didapatkannya.

"Maxiwell Hunter, panggil saja aku Max."

"Annabeth Sutherland. Kalau begitu kau dapat memanggilku Anna."

"Semoga kita dapat berkerja sama dengan baik detektif Sutherland." perkataan yang diucapkan Max seakan terdengar misterius, sulit dimengerti serta terdengar ambisius.

"Semoga saja."

"Baiklah teman-teman. Berhenti mengobrol dan kembali lah berkerja." sela Drew lalu berjalan meninggalkan mereka berdua.

Max mendekati seorang opsir yang berdiri menghalangi korban. "Siapa namanya?"

"Kenya Holloway. Dia baru saja memenangkan kontes Top Model beberapa bulan yang lalu. Namanya selalu di bicarakan orang banyak karna kecantikan serta keindahan tubuhnya." jawab opsir bertubuh tambun tersebut.

Max mendekati korban diikuti Anna yang berjalan di belakangnya. Ia mendapati wajah korban yang tertutup sapu tangan putih bertanda Rose di bagian pinggir.

"Pembunuhan di lakukan oleh orang yang sama dengan kasus yang sama seperti sebelumnya, wajah dirusak serta tubuh dikuliti seperti hewan." komentar Max.

Dari sudut matanya, ia dapat melihat Anna yang berjalan mendekat. Wanita itu meneliti tubuh korban tanpa rasa takut dan jijik seperti yang diperlihatkan para wanita yang berada di sekitar lokasi pembunuhan.

"Pembunuh yang sangat cerdas dan teliti. Dia hampir merusak seluruh tubuh korban tanpa meninggalkan jejak maupun sidik jari." ucap Anna setelah lama diam dengan pikirannya.

"Aku yakin dia bukan orang biasa. Hanya orang-orang yang menguasai betul di bidang kimia dan memahami anatomi tubuh manusia yang dapat membuat tubuh korban layu seakan tak pernah hidup sebelumnya."

Dahi Anna mengkerut, "Kau mengira pembunuhnya seorang yang ahli dengan hal itu, seorang dokter."

"Bisa jadi, tapi kita tidak dapat mengambil kesimpulan begitu saja. Beberapa bulan yang lalu pihak FBI sudah memeriksa dan menginterogasi beberapa dokter dengan bidang yang sama, namun tidak ada yang mendekati dengan pelaku. Mereka semua pandai dalam anatomi tubuh manusia, namun membuat manusia layu seperti ini, mereka tidak dapat menguasainya."

Max menatap Drew yang sedang berbicara dengan CSU. "Drew amankan sapu tangannya, kita harus cepat menemukan barang bukti selanjutnya. Kita tidak bisa membiarkan Rose berkeliaran dan membunuh model-model lainnya. Ini sudah keterlaluan."

"Baiklah, aku akan segera melakukannya." Drew berbisik sebentar sebelum pergi menunggalkan petugas CSU.

"Pelaku selalu membunuh para model." itu bukanlah sebuah pertanyaan melainkan sebuah pernyataan mutlak yang terdengar dari mulut Anna.

"Ya seperti yang kau dengar dan diberitakan. Dia adalah model ke sembilan belas yang dibunuh. Benar-benar mengejutkan."

"Aku yakin dia meletakkan sapu tangan itu dengan tangannya. Tapi, bagaimana bisa hal itu tidak menunjukkan sidik jari."

"Dia memang cerdas," seperti dirimu. Sambung Max dalam hati.

"Siapa yang akan menangani jasad korban?" tanya Anna.

"Dr. William Specer."

"Kapan kita dapat bertemu dengannya?"

"Sore ini jam dua."

Anna terlihat menghembuskan nafas. "Baiklah, kita akan bertemu di rumah sakit."

Dan setelahnya Max dan Anna kembali fokus kepada perkerjaan mereka. Pada reporter semakin banyak berdatangan sehingga membuat mereka semua kewalahan untuk menghadapi orang-orang penjilat yang membutuhkan berita.

.
.
.
.
To Be Continued

CSU^ Crime Scene Unit (Unit Pemeriksa TKP).

ME^ Medical Examiner (Para pemeriksa Medis).

FBI^ Federal Bureau of Investigation (Badan penyelidik pusat di Amerika Serikat).







 A Lady of Killer (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now