Bab 45 Bukan sinetron.

8.8K 842 15
                                    

"Sekarang habis Kak Adrian yang ke sini kakak juga mau berantem sama Rio?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sekarang habis Kak Adrian yang ke sini kakak juga mau berantem sama Rio?"

Bintang menatap Marsha yang tengah menyesap teh hangatnya. Bintang memang tidak terkejut saat siang ini membuka pintu rumahnya dan mendapati Marsha sudah tersenyum di depannya.
Kemarin setelah Adrian dan Rio berkelahi, akhirnya pria itu mau pulang. Entah pulang kemana, tapi Bintang tahu kalau kakaknya itu masih di Yogya.

Terbukti dengan kedatangan Marsha siang ini ke rumahnya. Dua sahabat itu pasti bersekongkol.

"Dih kamu sinis banget sih Bin. Kakak ke sini itu kangen sama kamu."

Bintang tersenyum mendengar ucapan Marsha. Pria itu selalu bersikap manis dengannya.

"Bilang aja nganterin Kak Adrian atau mau gantiin Kak Adrian buat hajar Rio. Iya kan?"

Marsha mengangkat alisnya saat mendengar ucapan Bintang. Pria itu tertawa dan menyugar rambutnya.

"Enggak ah. Ngapain ngehajar Rio? Tangan gue entar sakit sendiri."

Marsha kini mengedarkan pandangannya ke arah sawah hijau yang ada di depan mereka.

Bintang memang mengajak Marsha untuk duduk di belakang rumahnya. Di mana pemandangannya sawah luas terbentang di sekitar rumah ini.

"Ehm beneran tempatnya asyik ya Bin. Pantesan kamu betah di sini."

Marsha menoleh kepada Bintang yang langsung mengangguk.

"Iya. Aku juga sangat menyukai tempat ini. Aku ingin di sini Kak."

Marsha kini menghela nafasnya dan menatap Bintang dengan lekat.

"Kamu mau beneran menetap di sini? Gak kangen sama Mama dan papa?"

Bintang langsung menghela nafasnya dan kini menyandarkan tubuhnya di sofa yang sedang di dudukinya

"Kadang Bintang merasa sangat kangen sama papa dan Mama. Kakak kan tahu kalau Bintang belum pernah berpisah sangat lama dengan semuanya. Tapi bagaimana lagi Kak. Bintang sudah menjadi istri Rio. Dan Bintang patuh sama suami. Lagipula papa belum bisa menerima Rio. Jadi ya..."

Bintang kini menatap Marsha yang masih menatapnya itu.

"Kakak paham isi hatimu Bin. Kamu bersabar ya. Mungkin papa kamu masih sangat kecewa dengan Rio. Begitupun Adrian. Sebenarnya aku juga."

Marsha kini mengulurkan tangan untuk menepuk kepala Bintang. Lalu tersenyum.

"Tapi aku ingin kamu bahagia. Kalau kamu bahagia aku juga bahagia."

Bintang tersenyum akhirnya. Kenapa begitu damai mendengar ucapan Marsha saat ini.

"Kak kisahku ini bukan sinetron kak. Jadi yah Bintang jalani aja sesuai apa yang sudah di gariskan. Semoga bisa ya. Ehm kakak sendiri kan sekarang bekerja di rumah sakit papanya kakak kan?"

Marsha langsung mengangguk.

"Ehm banyak dokter cantik dong ya?"

Mendengar itu Marsha langsung tertawa. Dia langsung mengacak rambut Bintang.

"Cantik mah banyak. Tapi yang kayak kamu gak ada."

Bintang kali ini mencibir dan terkekeh.

"Masih bisa gombalin ibu hamil deh."

Marsha kembali tertawa. Tapi Bintang tahu kalau kehadiran Marsha di sini untuk menghiburnya. Dan dia lebih senang seperti ini.

"Rio kalau pulang jam berapa Bin?"

Bintang langsung menatap jam yang melingkar di tangannya.

"Ehm sore kak jam 4 an."

"Owh jadi kamu bisa temenin aku jalan-jalan gitu keliling Yogya? Sama Adrian juga. Dia ada di hotel tuh. Suruh ngerayuin kamu biar mau."

Dan Bintang tahu kalau ini semua memang permintaan sang kakak.

*****

"Lah kak ini buat apa coba?"

Bintang menatap bungkusan yang di berikan kepadanya. Ada berbagai makanan dan juga baju yang tadi di beli Adrian saat mereka akhirnya berkeliling Malioboro.

"Buat kamu semua. Kakak gak bisa bayangin kamu di sini kekurangan. Pokoknya gak boleh di tolak."

Bintang tahu kalau kakaknya itu sangat menyayanginya. Dia langsung menghambur ke dalam pelukan Adrian.

"Kak Bintang sayang sama kakak. Jangan pernah benci Bintang karena mengambil keputusan ini  ya kak."

Tentu saja Adrian langsung mendekapnya erat. Bahkan mengecupi keningnya dengan lembut.

"Kakak sayang sama kamu. Kakak berharap yang terbaik buat kamu. Baik-baik di sini ya."

Bintang mengangguk dan kini melepaskan pelukannya. Lalu menatap ke arah Marsha yang kini menatapnya dengan pandangan sedih.

Pria itu mengulurkan tangan dan mengusap lembut rambutnya.

"Kakak juga sayang sama kamu. Pingin di sini nemenin kamu. Tapi sayang kita harus kembali ke Jakarta saat ini. Jaga kesehatanmu ya cantik?"

Bintang langsung mengangguk. Hatinys terasa hangat saat ini.

"Salam buat mama dan papa ya Kak."

Adrian kembali melangkah maju dan memeluk Bintang. Sepertinya sangat berat untuk meninggalkannya di sini.

"Kami pamit ya. Baik- baik di sini. Kamu udah dewasa. Kakak sayang kamu."

*****
Bintang menangis haru saat ini. Setelah Kak Adrian dan Kak Marsha pamit, dia tidak bisa menahan rasa tangisnya. Dia langsung masuk ke dalam kamarnya dan meringkuk di atas kasur.

"Hei..sayang kamu kenapa?"

Suara Rio membuatnya langsung menghapus air matanya. Tapi Rio sudah melihatnya. Dan pria itu terlihat begitu ketakutan saat mendekati Bintang yang sudah duduk di atas kasur.

"Ada yang sakit?"

Rio langsung mengusap rambut Bintang dengan sayang. Tapi Bintang menggelengkan kepalanya.

"Enggak. Tadi Kak Adrian dan Kak Marsha ke sini buat pamit kembali ke Jakarta. Aku cuma merasa sedih aja."

Rio kini menghela nafasnya dan menatap Bintang dengan sedih. Pria itu langsung beringsut dan memeluk Bintang. Mendekapnya erat.

"Maafkan aku ya Bin. Aku yang membuatmu berpisah dengan keluargamu. Maafkan aku."

Bersambung

Ini bukan cuplikan loh ini lanjutannya versi wattpad...huhuhuhu..

Owh iya.. Penampakan pouch cantik buat versi novel nih

 Penampakan pouch cantik buat versi novel nih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yuk merapat yuukk

H@NY@ S@TU BINTANGWhere stories live. Discover now