Prolog

27.1K 1.5K 65
                                    

Laki-laki itu tampan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Laki-laki itu tampan. Sungguh, sesuai dengan namanya. Sirius Demetrio. Bintang paling terang yang menaungi bumi. Itu artinya.

Sekali lagi, Bintang membenarkan duduknya. Menatap gaun warna peach yang dipilihkan mama untuknya. Mencoba mencari udara untuk dihirupnya. Karena dia begitu gugup saat ini. Semuanya berawal dari satu Minggu yang lalu.

Saat papa memanggilnya untuk berbicara 4 mata. Berbeda dengan kedua kakaknya. Bintang memang masih hidup dengan kedua orang tuanya. Kalau kakaknya Adrian sudah hidup terpisah sejak menikah, atau Kakaknya Bulan bahkan sudah hidup mandiri setelah lulus SMA.

Bintang memutuskan untuk tetap di rumah. Bahkan sampai dia dinyatakan lulus dalam bangku kuliah. Dia sudah di wisuda dan sudah mulai bekerja di perusahaan papanya. Bintang terlalu takut untuk hidup sendiri.

Dia memang manja terhadap kedua orang tuanya. Terlalu bergantung. Maka dari itu inilah yang mengawali semuanya.

"Papa sama Mama kan sudah tua Bin. Tidak bisa selamanya menjaga kamu. Cepat atau lambat kamu harus hidup mandiri. Tapi papa belum tega harus melepasmu. Jadi jalan satu-satunya adalah menikahkanmu."

Ucapan papanya kala itu membuat Bintang terkejut. Dia sama sekali tidak menduga sang papa bisa mengatakan hal itu.

"Papa tidak melihat kamu serius dengan seorang pria. Atau katakanlah kamu memang tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang pria. Jadi papa sudah mencarikannya untukmu."

Ucapan papa terngiang lagi. Bintang memang berbeda. Kalau Kak Adrian bisa percaya diri dengan pesonanya, atau Kak Bulan bisa menjadi bunga kampus. Bintang hampir tidak terlihat di segala kehidupan sosialnya.

Dia cantik. Sama dengan Kak Bulan dan juga Mamanya. Tapi Bintang tidak pernah merasa percaya diri. Bahkan dia terlalu takut untuk mengakui kalau dirinya cantik.

Dia sendiri bertubuh paling bongsor daripada Bulan. Tingginya hampir sama dengan papa dan Kak Adrian. Tubuhnya sintal, meski tidak gemuk, tapi Bulan mempunyai bentuk tubuh yang juga tidak bisa dikatakan langsing. Atau tinggi semampai seperti kakaknya.

"Namanya Sirius Demetrio. Anaknya dari Om Reynand. Sahabat papa paling dekat. Papa sudah menyelidiki Sirius. Dia pintar, lulusan luar negeri dan sekarang aktif menjadi manajer di perusahaannya sendiri. Dia sudah mapan Bintang. Papa ingin kamu bisa bersamanya."

Bintang tidak bisa menjawab bahkan menolak. Karena begitu sang papa menyodorkan foto sosok Sirius. Dia langsung merasa kalau itulah pria impiannya.

"Malam."
Bintang akhirnya tersadar dari lamunan nya. Dia membasahi bibirnya saat menatap pria yang berdiri di depannya.

Setelan jas warna hitam itu pas memeluk tubuh yang indah. Jahitannya sangat halus dan mencerminkan kalau pria di depannya ini sangat menjaga penampilan.

Di sini, dia diberi waktu oleh sang papa untuk berkenalan sendiri dengan Sirius. Meski Bintang awalnya canggung dan gugup. Tapi saat melihat senyum yang tersungging di wajah tampan itu membuat Bintang akhirnya bernafas lega.

Sirius. Seperti arti namanya. Terlihat sangat terang di antara semua pria yang ada di dalam cafe ini.
Rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan itu membuat sosoknya makin terlihat maskulin.

"Bintang kan? Aku senang kamu akhirnya mau menemuiku." Sirius mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Bintang yang dingin.

Bintang hampir melayang hanya merasakan kehangatan dari jabatan tangan Sirius yang hangat dan mantap.

Sirius duduk di depannya. Lalu tersenyum kepadanya lagi.

"Kamu cantik."
Pujian itu membuat Bintang tersipu. Dia belum pernah berinteraksi dengan seorang pria dalam artian yang romantis. Teman-temannya memang kebanyakan cowok. Tapi dia yang tomboy tidak pernah dianggap cewek oleh semua temannya.

"Aku harus panggil apa?" Akhirnya Bintang memberanikan dirinya untuk bertanya. Dan pria di depannya itu langsung tersenyum lagi.

"Panggil saja Rio. Namaku memang terlalu susah. Papaku dulu penyuka rasi Bintang, dan yah inilah aku. Berjodoh dengan Bintang juga."

Sikap ramah Sirius membuat Bintang ikut tersenyum.

"Sudah pesan makanan?" Akhirnya Sirius membuka buku menu. Tapi Bintang menggelengkan kepalanya.

"Aku di sini hanya ingin bertanya kepadamu. Kamu kenapa setuju dijodohkan denganku?"

Ada tatapan terkejut dari Sirius saat wajah tampan itu mendongak dari buku menu.
Sekilas, Bintang bisa menangkap tatapan kegelisahan dari Sirius.

Tapi sesaat kemudian pria itu sudah tersenyum lagi. Senyum yang mampu meluluhkan keraguan hatinya.

"Aku rasa, aku ingin punya bayi."

Jawaban Sirius yang blak-blakan itu membuat Bintang mengerutkan keningnya.

"Memangnya aku mesin pencetak bayi?"

Dan derai tawa yang renyahlah yang di dengar Bintang kali ini. Sirius mengulurkan tangan untuk menyentil hidungnya membuat Bintang terkejut.

"Kamu lucu. Ehem. Bukan begitu. Hanya saja..." Sirius mengalihkan pandangan ke arah jendela besar yang ada di samping mereka. Jendela dengan pemandangan jalan raya yang padat di malam hari begini.

Untuk sesaat tatapan Sirius menerawang. Seperti tidak ada di sini bersamanya. Bintang masih menunggu dengan sabar. Menatap lekat alis tebal yang kini mulai bertaut di wajah Sirius. Menambah kesan misterius di sana.

Sebenarnya apa yang sedang dipikirkannya?

"Maksudku aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Dan ketika papa menawarkan perjodohan ini, aku terima dengan baik. Apalagi kamu cantik dan sehat. Cocok untuk menjadi istriku."

Bintang tidak puas dengan jawaban Sirius. Dia masih menduga ada yang disembunyikan dari pria yang baru dikenalnya ini.

"Kamu tidak punya pacar? Mustahil kamu kan tampan..
" Bintang langsung merona saat mengatakan itu.

Dia menutup mulutnya seketika dan melihat Sirius tersenyum.
"Tak semua pria tampan itu punya pacar. Atau tak semua pria tampan itu punya pacar yang sempurna." ucapan terakhir itu diucapkan sedikit lirih. Tapi Bintang bisa menangkapnya.

"Jadi kamu tidak punya pacar?"

Bintang melihat Sirius langsung mengangguk. Dan mengulurkan tangan untuk menggenggam jemarinya. Lalu tiba-tiba terseliplah sesuatu yang berkilau di jari manisnya.

"Bintang. Menikahlah denganku dan jadilah ibu dari anak-anakku."

Bersambung

Cerita Bintang dimulai niiihhh..

H@NY@ S@TU BINTANGWhere stories live. Discover now