Bab 43 pilihanmu!

9.8K 1K 25
                                    

Bintang menatap Rio yang kini tengah asyik membaca buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang menatap Rio yang kini tengah asyik membaca buku. Dia tampak santai dan nyaman sepertinya
Tapi Bintang masih belum mengerti akan apa yang ada di otak Rio saat ini. Setelah tadi Bintang menangis karena mendengar Keysha kritis, dan meminta Rio untuk pulang ke Jakarta. Tapi suaminya itu tetap bersikeras tidak akan meninggalkannya di sini. Apapun yang terjadi.

Hati Bintang sebenarnya menghangat. Itu membuktikan kalau Rio memilihnya lebih daripada Keysha. Tapi hati kecil Keysha tercabik. Sisi kemanusiaannya terusik. Dia tidak bisa kejam tidak. Keysha hanya seorang wanita yang menderita. Dia bisa merasakan penderitaan Keysha.

"Yo."

Rio hanya meliriknya sekilas. Malam ini dia memang tidak bisa tidur dan hanya berbaring di atas kasur dengan gelisah. Sedangkan Rio masih terduduk di sebelahnya dengan bersandar pada dinding di belakangnya.

"Apa sayang?"

Rio mengucapkan itu tapi matanya tidak menatap Bintang.

"Aku ingin telepon sama Mama boleh kan?"

Rio lalu menurunkan buku yang sedang di bacanya dan sekarang mengambilkan ponselnya dan menyerahkan ponsel itu kepada Bintang.

"Aku boleh menelepon Mama?"

Bintang menerima ponsel Rio dan membuat pria itu kali ini menatapnya dengan senyum tulusnya.

"Iya. Boleh. Kamu telepon papa kamu juga boleh kok."

Rio kembali menekuni bukunya. Mengacuhkan Bintang yang kini mengernyitkan keningnya.

Dia akhirnya mengangkat bahu. Lalu bergeser untuk turun dari atas kasur.

"Mau kemana Bin?"

Pertanyaan itu membuat Bintang menoleh ke arah Rio.

"Mau ke balkon. Aku pingin ngerasain angin laut."

Rio hanya mengangguk lagi dan kini mengacuhkan Bintag lagi.

Ada yang salah dengan Rio malam ini. Benarkah Rio tidak memikirkan Keysha?

Bintang akhirnya menggeser pintu kaca itu. Dan kini merasakan angin laut malam ini terasa hangat menerpa wajahnya. Dia memilih untuk duduk di sebuah sofa bundar berwarna merah itu. Lalu memencet nomor ponsel mamanya. Dia kangen dan butuh mamanya itu.

Suara nada sambung membuat Bintang menunggu. Lalu kemudian suara lembut mamanya terdengar.

"Assalammualaikum."

"Mama. Ini Bintang mah. Kangen."

"Ini adek ya? Aih Mama khawatir sama kamu dek. Kenapa ponselnya gak aktif? Papa kamu tiap malam ngigau tentang kamu."

Bintang ingin menangis saat mendengar suara mamanya. Bagaimanapun juga dia belum pernah jauh dari sang Mama selama ini.

"Iya ma. Maafin Bintang ya. Sekarang Bintang gak boleh balik lagi ke Jakarta dalam waktu dekat. Kandungan Bintang lemah ma. Jadi sepertinya Bintang akan menetap di sini dan melahirkan di Yogya ini."

H@NY@ S@TU BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang