Bab 10 Pantang menyerah!

8.5K 1.1K 46
                                    

Bintang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bintang. Nama itu seharian ini membuatnya tidak bisa fokus. Kenapa Bintang terus mendekat. Pikiran itu terus bersemayam di benak Rio. Dia tidak mau menyakiti Bintang. Tidak dan tidak. Tapi memang kenyataan yang ada tidak pernah bisa ditolaknya. Dia harus berada dalam posisi untuk menjadi penjahatnya. Tidak bisa mundur lagi.

"Sampai kapan kakak akan merahasiakan ku?"

Suara itu membuat Rio terkejut. Dia meletakkan mangkuk buburnya yang sedang dipegangnya. Dia baru saja berpikir akan berpamitan dan meninggalkan tempat ini. Tapi tentu saja tidak semudah itu.

Rio menatap seorang wanita yang sedang duduk di atas kursi roda. Wajahnya tirus dan pucat.

"Aku tidak tahu. Sampai Bintang bisa mengandung anakku, dan juga melahirkan anakku. Aku membutuhkan itu."

Hati Rio mencelus melihat setetes air mata yang mengalir di wajah wanita yang sangat disayanginya itu.

"Aku belum bisa memastikannya. Maaf." Rio langsung beranjak dari duduknya. Tidak tahan kalau terus menerus di dera rasa ini. Dia melangkah mendekati wanita yang kini tampak sangat rapuh itu. Menunduk dan mengecup keningnya dengan lama.

"Bersabarlah!"

****

Rio melangkah masuk ke dalam rumah dengan gontai. Tubuhnya terlalu lelah saat ini. Tapi saat sampai di ambang pintu dia terkejut keadaan rumah terlihat sepi dan gelap.

Menatap jam yang melingkar di tangannya Rio memastikan kalau ini sudah larut malam. Apa Bintang sudah tertidur?

Dan dia mengutuki dirinya saat teringat Bintang masih di rumah sakit. Menjaga sang papa. Bodohnya dia. Pikirannya sempat kacau karena kunjungannya tadi di tempat Keysha.

Rio segera berbalik dan melangkah cepat menuju mobil. Dia langsung masuk ke dalam mobil. Dan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat sang papa di rawat. Kenapa dia bisa lupa begitu saja dengan Bintang?

****

Membuka pintu perawatan kamar sang papa. Rio terkejut karena melihat Bintang yang tertidur di atas kursi di samping sang papa. Sementara mamanya sendiri tampak tidur di atas sofa.

Hati Rio mencelus melihat Bintang dengan susah payah mencoba untuk menjaga papanya.

Rio melangkah perlahan dan mendekati Bintang. Istrinya itu tertidur di atas brankar dengan kepala rebah di atasnya sementara tubuhnya membungkuk di kursi. Sangat tidak nyaman.

"Bin." Rio mengusap bahu Bintang agar istrinya itu terbangun. Tidak butuh waktu lama memang, karena kemudian Bintang mengerjap dan membuka matanya. Rio langsung melangkah mundur untuk memberi jarak diantara mereka.

"Owh. Rio." Bintang masih tampak bingung karena baru terbangun.

"Kamu kenapa tidak pulang? Toh sudah ada Mama." Rio mengatakan itu dengan pelan agar tidak mengganggu sang papa.

Bintang langsung beranjak dari kursinya lalu memberi isyarat untuk keluar dari dalam kamar.

Rio menuruti dan mengikuti Bintang yang melangkah keluar dari kamar.

Setelah sampai di luar, Bintang mengajak duduk di bangku dari besi yang ada di depan kamar. Bintang tampak begitu lelah saat ini. Dan terus menguap.

"Aku hanya merasa kasihan dengan Mama. Beliau sangat lelah, lagipula biar Mama istirahat sementara papa ngobrol sama aku. Lagipula aku juga menunggumu. Owh kamu pasti lelah ya sampai jam segini baru pulang?"

Rio menghela nafasnya mendengar penuturan Bintang yang panjang lebar itu. Intinya Bintang sangat baik hati dengan keluarganya. Sungguh itu diluar ekspektasinya. Membuat Rio makin tidak senang dengan kenyataan ini.

"Kalau begitu kita segera pulang." Rio berbalik dan segera masuk lagi ke dalam kamar. Dia tidak bisa menerima semua ini. Kebaikan Bintang makin menyulitkannya. Harusnya Bintang menjauh, bukannya makin dekat dengan keluarganya.

Setelah berpamitan dengan mamanya. Rio langsung mengajak Bintang segera pulang. Selama perjalanan dari rumah sakit menuju rumah Rio menghindari terlalu dekat dengan Bintang. Dia tidak mau memberi harapan kepada Bintang. Itu akan lebih menyakitkan lagi.

"Rio mau makan apa? Aku masakin kalau kamu lapar?"

Rio terdiam saat meletakkan tasnya di atas meja yang ada di dalam kamar. Dia melihat Bintang kini juga mengambil piyama tidurnya dari dalam lemari pakaian.

Istrinya itu tengah bersiap membersihkan dirinya.

"Aku sudah makan." Rio menjawab dengan dingin. Dengan tujuan Bintang agar menjauh.

"Ehm kalau begitu aku siapkan air hangat ya? Badan lelah pasti akan enak buat tidur kalau mandi air hangat."

Rio menggeram saat mendengar suara yang lembut dan manis itu. Dia segera berbalik dan kini melihat senyum Bintang yang manis menyapa dirinya. Bintang tampak begitu polos dengan handuk berada di bahunya itu. Wanita itu ada di ambang pintu kamar mandi saat ini.

"Aku hanya ingin tidur." Rio bisa melihat kekecewaan di wajah Bintang. Bagus. Rencananya berhasil. Setelah ini Bintang pasti akan bersikap dingin kepadanya. Itu lebih baik.

"Owh ya sudah." Bintang langsung membuka pintu kamar mandi dan kini masuk ke dalamnya. Sementara Rio segera duduk di tepi kasur dan mengepalkan tangannya. Dia merasa buruk untuk saat ini.

Mencoba merebahkan tubuhnya di atas kasur beraroma wangi itu. Ini pasti aroma tubuh Bintang yang ada di sini. Entah kenapa Rio merasa menggigil. Rio terus menatap pintu kamar mandi yang masih tertutup itu. Sedang apakah Bintang di dalam sana?
Menangiskah?

Tapi Rio terkejut saat pintu itu terbuka menampakkan Bintang dengan..

Rio sungguh terpana dengan pemandangan di depannya. Istrinya menggodanya. Bukan piyama yang ditemukan di tubuh istrinya itu. Tapi gaun tidur yang sangat menerawang terlihat jelas. Rio menelan ludah lagi. Saat Bintang melangkah menuju ranjang, Rio sudah merasa kalah. Dia kalah dalam peperangan ini. Dia tidak bisa lagi. Bintang semakin mendekat dan memberikan aroma tubuh yang tidak bisa ditolaknya lagi. Sekali lagi dia akan menjadi pria yang kejam. Bintang terlalu keras kepala untuk di dorongnya menjauh. Dan Rio takut, Bintang akan semakin tersakiti.

Bersambung

Ini ceritanya author lagi naik naik ke puncak gunung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini ceritanya author lagi naik naik ke puncak gunung. Eh kok Nemu tulisan ini nih hanya satu wkwwkkw keren cocok kan ya buat judul Bintang ini. Dan alam pun merestui UI UI....

H@NY@ S@TU BINTANGWhere stories live. Discover now