24. Mengukir mimpi indah

2.3K 223 230
                                    

Assalamualaikum semua nyaa...

Spinn off 'imam untuk Ara'

Selamat datang di cerita Nadil...
Tinggalkan jejak vote dan komen kalian di chapter ini...

Vote nya naikin dong, kalian minta up tapi ga pernah tembus Mulu... Kali ini kalau ga tembus target ga bakal aku up🙂

Jangan jadi readers gelap!

**

kebencian hanya akan membuat segalanya menjadi berantakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

kebencian hanya akan membuat segalanya menjadi berantakan.
-21 April 2024-

Flashback on:

"Gus, misal... kalau aku gagal melahirkan anak kita sama seperti ummi aku yang meninggal saat melahirkan aku, bagaiman-"

"Apa maksud kamu?!" tanya gus Fatih tidak suka dengan ucapan istrinya.

Amira menunduk, ia hanya sedang cemas beberapa hari ini dan mulai berpikir hal negatif yang belum tentu akan terjadi padanya. Gus Fatih saat ini menatap tajam istrinya yang berkata seolah ingin meninggalkannya padahal itu hanya sebagian dari ketakutan Amira saja.

"K-kalau aku ga berhasil-"

"Bisa... saya yakin kamu akan berhasil dan kita akan membesarkan anak ini bersama-sama" ucap gus Fatih sambil meletakkan kepalanya di bahu istrinya, ia tidak sanggup jika harus kehilangan istrinya.

Wanita yang mengenakan dress selutut itu tersenyum kecil, tangannya terulur mengusap surai hitam suami nya bahkan sesekali mengusap rahang tegas suami nya "aku ga janji untuk menemani kamu... namun aku usahakan anak ini lahir untuk menemani dan membantu kamu di pesantren ini" sahut Amira dengan lembut.

Sekesal dan sebenci apapun ia dengan suaminya... nyatanya gus Fatih memiliki sifat yang begitu manja dan lembut jika menyangkut kehilangan dan ketakutan. "Tetap bersama saya, wallahi saya lebih memilih kamu-"

"Bukannya aku pilihan kedua kamu setelah santriwati kamu meninggal-"

Pletak.

"Aww" Amira meringis sambil mengusap dahi nya, suaminya ini memukul dahi nya dengan pelan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari nya. Ia menatap kearah suaminya yang kini duduk sambil bersandar di kasur.

"Jika kamu pilihan kedua saya, lantas saya siapa bagi kamu?" tanya gus Fatih serius. Sejujurnya ia masih sedikit khawatir tentang dirinya di hati istrinya karena masa lalu istrinya sendiri.

Amira terdiam, ditanya seperti itu membuat nya ragu, ia memilih menunduk sambil mengusap perut buncit nya. "kamu belum bisa menerima saya, ya?" pertanyaan itu terdengar penuh sendu di dalamnya.

Amira menatap kesamping saat suaminya memilih tidur sambil memunggungi nya, "gus-"

"Hm."

Ikhtiar CintaWhere stories live. Discover now