17. Cinta dan Fakta

5.3K 399 174
                                    

Assalamualaikum semua nyaa...

Squel cerita 'imam untuk Ara'

Selamat datang di cerita Nadil...
Tinggalkan jejak vote dan komen kalian di chapter ini...

Jangan jadi readers gelap!

**

kita berdua adalah dua orang yang masih terikat dengan masa lalu -Syakila Amira Quena-

"Farel!" pekik ning Amira yang terbangun dari tidur siang nya, gus Fatih terlonjat kaget mendengar teriakan ning Amira, di hampirinya istri nya yang nafas nya tidak beraturan seperti sudah lari maraton.

Melihat kehadiran gus Fatih, ning Amira memegang lengan suami nya yang berada di pundak nya, wajah nya terlihat begitu cemas "g-gus, a-aku mimpi kan? F-farel masih hidup kan?" tanya ning Amira mendesak jawaban gus Fatih.

Gus Fatih terdiam, laki-laki itu bingung "maaf, namun sayang nya itu bukanlah mimpi" tubuh ning Amira membeku mendengar jawaban yang ia harap adalah sebuah kebohongan, detik berikutnya tubuh ning Amira bergetar dan isakan terdengar  jelas di telinga gus Fatih.

"Dimana Farel?" tanya ning Amira.

"Ning-."

"Dimana Farel, gus?!" desak ning Amira, gus Fatih menghela nafas nya lalu menjawab "pesantren Ar-Rasyid, dikarenakan keluarga Farel tidak ingin menerima jasad nya yang sudah menjadi seorang muslim" jawab gus Fatih dengan berat hati.

"Astaghfirullah" lirih ning Amira.

Ning Amira bergegas bangkit dari kasur nya dan mengambil hijab serta cadar nya namun tangan gus Fatih menghalangi langkah nya untuk keluar dari kamar "kenapa?" tanya ning Amira lirih.

"Kamu melupakan sesuatu" ucap gus Fatih yang tidak di pahami ning Amira.

"Apa itu?."

"Kamu tidak izin kepada saya dan menangisi jenazah laki-laki lain, itu sikap kamu sebagai seorang istri? bahkan kamu tidak peduli dengan kesehatan kamu sendiri yang sudah pingsan selama hampir tiga jam lamanya! sebentar lagi dzuhur dan jenazah nya akan di makamkan, disana penuh dengan laki-laki, ning" jelas gus Fatih yang menatap tajam ning Amira.

Ning Amira menunduk "aku mau melihat nya gus, tolong... " lirih ning Amira.

"Untuk apa?."

"Salah aku melihat laki-laki yang aku cintai untuk terakhir kalinya?."

Bugh.

"AARRGGHH."

Ning Amira berteriak begitu gus Fatih memukul tembok yang berada di samping nya hingga tangan laki-laki itu beradarah dan kini mencengkram bahu nya dengan erat "pertanyaan yang tidak perlu di tanyakan bagi seorang ustadzah seperti kamu, ning" ucap gus Fatih yang menguatkan cengkraman tangannya.

"G-gus, s-sakit" lirih ning Amira hampir menangis.

"Saya tau kalian saling mencintai dan saya tahu kamu ingin melihat laki-laki yang kamu cintai tapi bukan berarti kamu pergi kesana membelah barisan para lelaki tanpa malu! kamu istri saya! istri Muhammad Fatih Abqari! dan saya tidak ridho kamu pergi kesana meski dengan cadar yang menutupi wajah kamu!" pecah tangisan ning Amira begitu mendengar bentakan dari gus Fatih, bersama abah nya ning Amira tidak pernah mendengar bentakan apalagi di sakiti seperti ini.

Ikhtiar CintaWhere stories live. Discover now