💌 44: Night guests

668 50 10
                                    


Beberapa kali Gio meringis merasakan perih pada jari-jarinya yang sudah putus.

Meski begitu, Nadine tidak membiarkan Gio mati kehabisan darah begitu saja. Justru, dia malah mengobati jari-jari Gio dengan menghentikan pendarahannya. Karna masih banyak penyiksaan lain yang dia siapkan untuk Gio. Terutama persiapan yang spesial adalah, Nadine akan mengumpulkan mereka semua, dan mereka akan disiksa bersamaan. Gio harus tetap bernafas sampai dia menyaksikan semua teman-temannya dan dirinya hancur dengan serentak.

Knop pintu tiba-tiba dibuka oleh Nadine, detik itu pula Gio langsung gemetar ketakutan.

"Nggak usah takut, Gi, " ujar Nadine, seraya berjalan mendekati Gio.

"Gua ke sini mau nolongin lo, kok, " Nadine tiba-tiba menyodorkan ponselnya.

Gio mengernyit, tak mengerti maksud perkataan Nadine.

"Lo telpon salah satu temen lo biar nolongin lo di sini, biar entar gue bantu bebasin lo. Kebetulan si *** lagi keluar, jadi lo harus cepat-cepat pergi sebelum dia kembali. Gue juga dari awal sebenarnya nggak mau nyekap lo, cuma gue diperintah aja. Gue juga nggak setega itu nyiksa lo kek tadi, gue masih punya hati, " tutur Nadine, raut wajahnya menyiratkan ketulusan ketika mengatakan itu.

"Nih, ambil, telpon temen lo suruh jemput lo di sini, " Nadine meminta Gio menerima sodaranya itu.

Akhirnya, Gio menerima ponsel dari Nadine dengan tangan kanannya yang masih lengkap mempunyai lima jari, meski ia sedikit heran mengapa gadis itu bisa tiba-tiba baik padanya. Padahal, baru beberapa jam yang lalu dia bertingkah layaknya manusia berhati iblis, tiba-tiba sekarang malah berhati malaikat.

"Tapi ada syaratnya, lo nggak boleh telpon Arion! Nyuruh teman lo datang sendiri buat nolongin lo, dan jangan bilang kalau lo diculik sama gue. Okay? " Peringat Nadine, dan Gio mengangguk patuh.

Lidya. Gadis itu yang pertama kali terlintas di pikiran Gio. Cowok itupun memutuskan untuk menghubungi Lidya. Dia pun memasukan nomor Lidya, kemudian menelpon gadis itu.

"Halo, Lid! " Gio langsung berbicara ketika sambungan telpon itu diangkat oleh Lidya.

"Halo, maaf ini siapa? " balas Lidya dari sebrang sana.

"Ini gue, Lid! Ini gue Gio! " ujar Gio.

"Eh, elo Gi! Kenapa lo? "

"Tolong-tolongin gue, Lid! Gue diculik! " ucap Gio gemetar.

"A--apa? Diculik? Lo yang bener aja, Gi! Jangan bercanda, ah! "

"Sumpah, Lid. Gue lagi nggak bercanda, gue serius, mending cepet lo datang ke sini jemput gue! "

"Eh, iya-iya, deh gue jemput. Lo dimana sekarang, Gi? "

"Bentar, gue sharelok, matiin aja dulu telponnya, "

"Oke, buruan sharelok ya, Gi! "

Gio pun langsung mematikan sambungan telponnya dengan Lidya.

"Nad, tolong kirim alamat ini dimana sekarang, biar Lidya bisa datang jemput gue secepatnya, " Gio kembali menyerahkan ponsel Nadine pada pemiliknya.

Nadine pun mengangguk, "Bentar, ya. "

Setelah beberapa saat.

"Oke, gue udah kirim lokasinya. Lo sabar aja, ya, kalau dia udah dateng, gue bakal lepasin rantai lo dan lo harus pergi dari sini. "

"Ma--makasih, Nad. Ternyata ... lo masih baik sama gue, " ucap Gio, matanya tiba-tiba berkaca-kaca.

"Gapapa, santai. Maaf juga, ya, karena gue ... lo harus kehilangan lima jari, " ucap Nadine dengan raut wajah bersalah.

NOT A FOREIGN GIRL [END+COMPLETED]Where stories live. Discover now