💌 43: Game!

689 57 12
                                    

“Oke, sekarang kita akan main game. Gue kasih lima pertanyaan. Satu gak bisa dijawab, satu jari lo hilang. ” ucap Nadine, mengulas senyuman smirk.

Seluruh tubuh Gio menjadi gemetar tak karuan, keringat kian bercucuran membasahi tubuhnya. Gila! Ini benar-benar gila. Nadine yang dipikirnya sudah meninggal, tiba-tiba sekarang muncul didepannya dengan wujud berbeda dan berniat membalas dendam. Sungguh plot twist yang tidak terduga.

“Let's start the game. Get ready, don't be ready, have to be ready! ” ujar Nadine lantang. Senyuman devil terukir di bibirnya.

“Pertanyaan pertama? ”

Pria yang kini berada disamping Nadine itu kini membacakan sebuah pertanyaan pertama.

“Dengerin baik-baik, ”

“Apa warna kesukaan Fera? ”

Gio memejamkan matanya. Pertanyaan ini mustahil bisa dijawabnya.

“Pink? ” Tebak Gio.

Nadine menghela napas, mengambil lima lembar kertas yang diantarkan oleh bodyguard nya, dan mulai menunjukan jawaban yang benar pada pertanyaan pertama.

Di kertas tersebut, yang terpampang adalah warna ungu.

“Pertanyaan pertama salah, jempol lo hilang, ”

“AAARGHHH!!! " Teriakan histeris mulai menggema memenuhi ruangan itu.

Gio tidak bisa berkata-kata lagi saat ibu jarinya dipotong begitu saja oleh bodyguard Nadine dengan gergaji. Ini sangat kejam. Seolah rasa sakit itu tak bisa dijabarkan oleh kata-kata.

"Ampun Nadine ampun, tolong bebasin gue. Gue minta maaf---” ujar Gio, seraya menunduk pasrah dengan raut wajah kesakitan.

Nadine tak mengindahkan ucapan Gio, dia dan pria disebelahnya itu malah mengukir senyum kemenangan. Inilah adegan penyiksaan nyata yang mereka tunggu-tunggu.

“Pertanyaan kedua, ” Pria itu kemudian lanjut membaca pertanyaan kedua di lembaran kertas yang dipegangnya. “Nadine mimpi apa semalam? "

Gila! Pertanyaan macam apa ini? Sungguh tidak logis.

“Gue gak tau, ”

“Bodyguard, hilangkan telunjuknya! ” ucap Nadine memerintah, dan langsung dipatuhi oleh bodyguard nya itu.

“AAAARGHHH, NADINE CUKUP!!! ” Teriak Gio tatkala jari telunjuknya dipotong. Darah segar langsung meluncur begitu saja.

“Nad, mending lo langsung bunuh gue Nad, daripada gue harus disiksa kayak gini, gue gak sanggup, ” ucap Gio penuh kepasrahan.

“Oh, tentu tidak semudah itu ferguso. Membunuh orang itu urusan gampang. Yang tidak gampang itu, menyiksa orang sebelum membunuhnya. ” tutur pria yang berdiri disebelah Nadine sejak tadi.

“Dan, gue gak akan biarin lo mati begitu aja sebelum gue bantai mental, dan fisik lo habis-habisan, Gio! "

****

PLAK!!

“Apa Papa pernah mengajari kamu untuk mencelakai orang? IYA!? ” Teriak Saga didepan wajah putrinya. Dia tidak peduli meski dirinya ditonton oleh beberapa guru yang ada diruangan tersebut.

Nasha menunduk, tidak dapat menahan bulir-bulir bening yang mengalir dari kelopak matanya tanpa henti.

“Maafin Nasha, Pa. Tapi dia yang salah, ” ujar Nasha.

“Kesalahan apa yang diperbuat oleh Vena sampai-sampai kamu tega menusuk teman kamu sendiri, Nasha? ” tanya bu Lia kepada muridnya itu.

Jujur, mereka tidak menyangka. Siswi pintar seperti Nasha bisa melakukan hal sedemikian.

NOT A FOREIGN GIRL [END+COMPLETED]Where stories live. Discover now