32. Carlo?

16.6K 1.3K 131
                                    

Sedikit lagi ini cerita akan tamat. Ini saya kasih double up, rajin-rajin vote sama komennya biar saya gak kecewa.
💔

Kalo alurnya agak membingungkan maklumin ya, bukan kalian aja yang lupa alur. Saya pun juga.😭😭

300 vote 50 komen saya up mingdep Insyaallah.

Happy Reading~

"Apa?!"

Seketika tubuh Reina langsung lemas dan dengan sigap Adira langsung menahan tubuh adik iparnya itu agar tidak kehilangan keseimbangan tubuhnya.

Adira langsung menuntun tubuh Reina agar duduk di salah satu sofa yang kosong diruangan itu.

Mia dan Nia menghampiri kedua wanita paruh baya tersebut. Mia berlari keluar dari ruangan menuju dapur, hendak mengambilkan air minum untuk sang mommy.

"Reina? Rei, dengar suaraku?"

Reina mengangguk lemas dengan kedua mata terpejam.

Melihat bagaimana kondisi tubuh mommynya langsung melemah, Ray sedikit merasa bersalah karena mengatakan ini dengan tiba-tiba.

"Ini minumnya mommy!" Mia memberikan gelas berisi air tersebut kepada Reina yang langsung diterima oleh Reina.

"Ada apa dengan Reina?" tanya Erick ketika kembali keruangan. Ia terkejut melihat Mia yang berlarian tadi sembari membawa segelas air. Ia langsung saja mengikuti anak dari kakaknya itu dengan berlari juga.

"Mommy... mommy hanya terkejut dad"

"Terkejut bagaimana bisa? Jelaskan dengan benar Ray!"

Ray mengehela nafas berat.

"Narengga hilang dad, Ray tidak menemukannya dirumah nenek yang menjaga Narengga dulu. Orang yang ditugaskan untuk mengawasi Naren dari jauh pun hanya tinggal tubuh tanpa nyawa" jawabnya detail tanpa dikurang dan ditambahi.

Erick memijat pangkal hidungnya lelah, ujian apa lagi yang harus dihadapi oleh keluarganya kali ini.

Satu persatu masalah muncul dan ayahnya adalah biang kerok dari semua masalah ini.

Erick kembali mengunci pintu ruangan dan berjalan mendekat kearah istrinya.

Adira yang mengerti keadaan pun beranjak dari duduknya dan dengan segera Erick duduk di samping istrinya.

"Tenanglah sayang, kesedihanmu nanti akan digantikan dengan kebahagiaan, mas yakin" ucap Erick bersungguh-sungguh dengan mengenggam kedua telapak tangan Reina.

Reina mengangguk lemah. Yang dapat ia lakukan sekarang hanyalah bersabar menantikan saat dimana mereka menjadi kuat. Yang terpenting sekarang dokumen asli tersebut sudah berada di tangan mereka.

Melihat istrinya sedikit merasa tenang, Erick beranjak menuju lemari yang ada di ruangan itu dan mengambil sebuah laptop.

"Untuk apa itu mas?" tanya Reina.

Erick meletakan laptop itu keatas meja dan mengeluarkan sebuah flashdisk dari dalam saku celananya. Semua orang yang berada di sana sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya Ingin Erick lakukan.

"Flashdisk ini yang akan segera menjawab semua rasa penasaran kalian"

***

"Yaelah gua yang luka kok lu yang nangis sih bocah"

Carlo memutar bola matanya malas. Ia bahkan harus menyilangkan kedua tangannya di depan dada seperti gadis yang takut diperkosa karna bocah pendek itu terus saja menangis melihat luka yang ada di tubuhnya.

Narengga||✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang