26. Siapa Pria Tua Itu?

11.9K 1.1K 47
                                    

Up sebelum ngilang lagi berbulan-bulan, awokawokawok.

Happy Reading~

Keesokan harinya Narengga sudah dinyatakan sembuh total, sebenarnya 2 hari lalu juga Narengga ingin pulang. Tapi lagi-lagi keluarganya menentang keinginan Narengga dengan alasan belum sembuh. Narengga heran, siapa yang jadi dokternya disini?

Wajah Narengga menjadi sumringah ketika menapakkan kaki diatas tanah di halaman rumah- ah mansion mewahnya. Di sana terlihat beberapa pelayan tengah menata tanaman dan beberapa bodyguard yang tengah berdiri menjulang di depan gerbang menyibukkan diri dengan tugas mereka masing-masing.

Beberapa hari dirumah sakit membuat Narengga hanya menatap dinding putih dan menghirup aroma obat-obatan saja. Untuk sekedar berjalan di taman rumah sakit saja Narengga harus berupaya membujuk keluarganya agar mendapatkan izin.

Dengan tergesa Narengga berlari memasuki rumahnya dengan semangat, dia sangat merindukan kamar serta boneka pororo miliknya.

"BABY JANGAN LARI-LARI!"

"Iya mommy" sahutnya kemudian langsung memelankan langkahnya.

Ketika melihat kehadiran Tuan kecil mereka, para Bodyguard langsung membungkukkan tubuh mereka hormat dan para pelayan yang memberikan senyuman hangat kepada Narengga.

"SELAMAT DATANG TUAN MUDA" ucap mereka dengan nada tegas.

"Telima kasih, paman!" sahut Narengga riang. Jangan heran kenapa Narengga hanya mengatakan 'Paman' karena disana memang tidak ada wanita. Wanita yang bekerja disini hanya ada maid, mereka bertugas di dapur tentu saja.

Dengan langkah riang dan senyum antusias, Narengga memasuki mansion dengan bodyguard yang sigap membukakan pintu untuk Tuan kecil mereka.

Tubuh Narengga tiba-tiba terdiam di tempat melihat pemandangan di depannya.

Disana, Caroline kakaknya yang sudah beberapa minggu tidak pulang itu kini tengah bersantai di ruangan tamu sembari duduk di atas pangkuan pria tua yang tampak asing di matanya.

Kedua alisnya menyatu dengan tatapan bingung. Siapa pria tua itu?

Pria tua itu menyadari kehadiran seseorang di depan pintu, dia langsung memberi isyarat Caroline yang tengah melontarkan candaan sembari tertawa untuk diam.

Caroline mengikuti arah pandang kakeknya, tatapan matanya seketika berubah menjadi tatapan permusuhan.

"Sudah pulang ternyata anak penyakitan" ucap Caroline dengan pedas.

Narengga menelisik wajah pria yang sudah mulai keriput itu dengan intens. Begitupula dengan pria itu yang terus menatap Narengga dengan tatapan yang sulit diartikan.

Walaupun dimatanya terlihat asing, wajah itu benar-benar mirip dengan Erick dan Frans sehingga Narengga bisa tau jika pria itu adalah kakeknya.

"Ayah?"

Ketika melihat keberadaan ayah mertuanya, Reina langsung memeluk tubuh si bungsu.

Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi. Dan Narengga yang memang pada dasarnya takut terhadap pria tua itu langsung membalas pelukan Reina.

"Mommy.. itu kakek ya?" tanyanya yang hanya dibalas anggukan dari Reina.

"Kenapa wajah kakek menyelamkan sekali" bisiknya kepada Reina tapi walaupun begitu suaranya tetap terdengar oleh pria yang tengah duduk sembari terus menatap tubuh pendek Narengga.

Sedangkan Erick saat ini masih berada di luar gerbang, tadi tiba-tiba ia di telpon oleh tangan kanannya yang sudah ia beri kepercayaan untuk mengurus pekerjaan ketika ia sedang memiliki kepentingan lain dan menyuruh agar Reina segera menyusul si bungsu.

Narengga||✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang