24. Mermed

20.1K 1.7K 144
                                    

Aku gak bisa sering-sering up, selain kuota terbatas aku nulis sesuai mood.

Btw jangan panggil aku author dong, kesannya kayak kita gak kenal gitu (walaupun sebenernya emang gak kenal) kaku banget. Panggil Riska, Ris, atau kak, dek, terus abang aja sekalian boleh. Jangan panggil author🥺🥺

Enjoy~

Suara bising klakson dari para kendaraan beroda dua maupun beroba empat memecahkan suasana hening pagi, pertanda dimulainya berbagai aktivitas. Suara kicauan burung tidak lagi terdengar.

Matahari mulai menampakan dirinya dengan malu-malu untuk menggantikan tugas sang rembulan. Cahaya perlahan menembus melalui kaca sebuah jendela kamar yang di dalamnya terdapat bocah manis yang masih tertidur dengan damai tanpa terganggu dengan silaunya cahaya matahari.

Reina menggelengkan kepala melihat posisi tidur anak bungsunya terlihat tidak elit.

Di mana bantal kepala dan guling berganti tugas menjadi guling yang diletakkan dibawah kepala dan begitu pula sebaliknya, oh jangan lupakan selimut yang telah jatuh ke lantai.

"Baby wake up"

Reina menghampiri putranya dan duduk dipinggir kasur lalu mengelus sayang surai kecoklatan milik Narengga.

Sang empu hanya mengerang dalam tidurnya sebagai balasan.

"Baby nya mommy bangun sayang, mandi lalu sarapan. Baby bilang semalam ingin pergi jalan-jalan bersama, kan?" Ucapnya lembut sembari mengusap dahi putra bungsunya yang mengkerut dalam.

"Mommy..." retina indahnya perlahan terbuka, Reina tersenyum melihat anaknya itu menggeliatkan tubuh.

Narengga mengerjabkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya dan itu malah membuat Reina menjadi gemas lalu menghujami pipi bakpao Narengga dengan kecupan manis bertubi-tubi.

"Gemes banget sih anak mommy, perasaan pas ngidam kamu dulu mommy sukanya yang diluar nalar. Tapi hasilnya gak main-main" gumamnya sambil mendaratkan ciuman ke hidung Narengga yang memerah.

"Mommy bilang apa tadi?"

"Tidak ada. Ayo mandi, baby bilang semalam ingin pergi jalan-jalan, kan?"

Wajah kusut Narengga tiba-tiba berubah menjadi sumringah. Setelah puas belajar selama dua minggu untuk persiapan ulangan kenaikan semester, ia tiba-tiba ingin pergi jalan-jalan sekeluarga ke pantai sambil menikmati indahnya sunset.

Tapi, daddy nya melarang dan menjanjikan akan menuruti keinginannya itu jika masa ulangan kenaikan kelas sudah selesai. Dan ini harinya.

Tidak terasa sudah lebih dari 5 bulan ia tinggal bersama keluarga kandungnya, di sini ia begitu dijaga seperti berlian yang mudah rapuh. Di sayang serta dimanjakan. Semua yang ia inginkan akan dituruti saat itu juga selagi itu baik untuknya.

Dan selama itu pula tentunya tidak ada yang berjalan dengan mulus, ada saja masalah entah itu masalah sepele atau masalah serius.

Contohnya seperti ia sudah menerima kehadiran Yuda lagi dan ingin berdamai dengan masa lalu yang membuatnya sempat mengalami trauma terhadap Yuda, tapi semua tidak semudah itu, Yuda selalu marah ketika ia berteman dengan abang Derick nya. Padahal Derick adalah teman pertamanya saat pertama kali masuk sekolah.

Menurut Yuda, Narengga hanya pantas berteman dengannya bahkan ia rela turun ke kelas 10 lagi agar bisa satu kelas dengan bocah itu. Bagaimana bisa ia turun ke kelas 10 lagi? Tentu saja dengan uang, dengan uang apapun bisa ia dapatkan dengan mudah.

Narengga tahu keduanya tidak akur, jika berpapasan berdua mereka layaknya seperti kucing dan tikus. Saling melempar tatapan tajam. Sebenarnya mereka bisa saja damai jika Yuda menurunkan ego nya tapi Yuda sudah terlanjur dendam dengan Derick.

Narengga||✓ [END]Where stories live. Discover now