10. Tidak sengaja?

44.1K 4.4K 156
                                    

Mau sieh rajin up, tapi mager nulis woyy. Belum lagi banyak yang siders😌

Enjoy~

Sementara Adira ikut bersama suami-Nya keluar kota untuk mengurus beberapa pekerjaan penting, jadi sekarang Reina lah yang akan menjadi ratu di dapur untuk sementara. Biasanya yang akan mengurus dapur itu mereka berdua.

Reina sedang membuat kue coklat kering untuk anak-anak dan keponakannya. Tapi memang sesekali ia akan meminta bantuan kepada para maid agar cepat selesai karena waktu sebentar lagi hendak menunjukkan pukul 1 siang, berarti anak-anak akan pulang dari sekolah dan juga jam ini adalah waktu makan siang untuk anak-anak yang tengah bekerja mengurus perusahaan mereka masing-masing.

"HUWAAA MOMMY!"

Reina menghentikan kegiatannya memanggang kue di oven dan pekerjaannya di ambil alih oleh para maid. Reina sedikit berlari menghampiri suara cempreng anak bungsunya yang sedang menangis.

Sampai di depan pintu masuk mansion, Reina menemukan putranya benar-benar sedang menangis di gendongan Ernest. Reina mendekati mereka dengan raut khawatir, takut-takut sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

"Mommy hikss mommy..."

"Iyaa sayang... kenapa menangis hm?"

Pertanyaan Reina hanya dijawab sesenggukan oleh Narengga, ia menelentangkan kedua tangan agar mommy mau menggendongnya. Reina dengan senang hati menggendong Narengga.

"B-bekalnya hikss huwaaa hikss.."

"Tenang dulu baby, jangan menangis lagi ya nanti sesak nafas" Reina mengelus punggung mungil Narengga dan membawa bocah itu ke ruang keluarga, terdapat televisi besar di sana. Reina langsung menghidupkan televisi dan mengganti ke film kartun kesukaan Narengga.

Setelah di rasa putranya tenang, Reina kembali berjalan menghampiri anak-anak dan keponakannya.

"Ada apa dengan adik kalian?"

Ernest yang tengah melepas sepatu mendongak karena posisinya sekarang sedang duduk di kursi sofa. Ernest menggeleng tanda tak tau, sebab adiknya itu tadi masih enteng-enteng saja tetapi ketika sudah memasuki mansion Narengga malah menangis.

"Itu tuh si Caroline mom! Sengaja banget bikin adek celaka!" Adu Nia dengan mata yang menyorotkan kemarahan.

"Lalu, di mana Caroline adik kalian?" Reina berjalan ke arah pintu mansion dan mengedarkan penglihatannya mencari anak perempuan satu-satunya itu.

"Nggak tau mom, dia pergi gitu aja tanpa pamit ke kami. Nggak tau diri memang"

"Ada apa ini?" Sebuah suara yang terkesan dingin itu membuat atensi mereka semua teralihkan ke arah satu objek yang sama.

Di sana Erick menuruni tangga dengan wajah datar andalannya dan lengkap dengan pakaian formal, jas berwarna hitam dengan celana dasar yang berwarna senada dengan jas, dan dalaman kemeja berwarna putih. Sudah di bilang jika mereka bekerja dan mengelola perusahaan dari dalam mansion, mereka akan keluar jika itu benar-benar penting.

"Narengga menangis" Garren menjawab dengan nada tak kalah dingin, ia berjalan melewati Erick diikuti oleh para sodaranya yang lain untuk menuju kamar mereka masing-masing.

Tatapan Erick tertuju pada istrinya. Reina menghela nafas pelan.

"Caroline"

Erick mendesis tertahan, sorot matanya semakin menajam. Ia akan keluar mencari anak itu kalau saja Reina tak menghentikan langkahnya.

"Mungkin Caroline tidak sengaja mas"

Erick mengangguk. Jika istrinya berusaha membela Caroline maka dia akan memakluminya, Reina adalah ibu dari Caroline. Tetapi jika sudah melewati batas, ia tetap akan memberi perhitungan tanpa pandang bulu.

Narengga||✓ [END]Where stories live. Discover now