28. Berubah

10.9K 1.1K 81
                                    

Gue sempet lupa kalo masih punya wp, bahkan password akun ini sempet lupa juga:v

300 vote, 50 komen gue lanjut mingdep. Kalau gak sampai mingdepnya lagi. Jangan spam komen dengan kata-kata semangat thor, lanjut thor dan blablabla. Aquh muakkk.

Btw follow yak.

Happy Reading~

BRUGHH!!


Tubuh kecil Narengga terjengkang ke belakang dengan pantat yang mendarat di lantai yang dingin saat tubuhnya tidak sengaja menyenggol tangan kekar milik seseorang.

Sedangkan tubuh yang ditabrak tetap berdiri dengan kokoh tanpa bergeser sedikit pun.

Narengga meringis dengan tangan yang mengusap pantatnya agar sakitnya mereda. Ia mendongak, seketika wajahnya berubah menjadi horror ketika siapa yang ia tabrak.

"K-kakek? Maafin Nalen, Nalen gak liat kalau kakek lewat tadi" ucapnya panik. Namun, dihiraukan oleh pria yang sudah berumur tersebut.

Tadinya Narengga berada di dapur untuk mengambil susu kotaknya yang ada di dalam kulkas. Setelah selesai, Narengga hanya sibuk dengan susu kotaknya hingga lupa agar memperhatikan jalan.

Tom menatap rendah kearah Narengga, bahkan ketika menyenggol tubuhnya sedikit saja bocah itu langsung tumbang.

"Saya merasa heran saat melihat anak dan cucu saya sangat mempertahankan seseorang yang lemah dan jauh dari kata sempurna. Sadarlah posisimu di sini. Hidupmu hanya menempel diantara orang-orang yang kuat, seperti kuman" sarkas Tom kemudian meninggalkan Narengga yang menunduk dalam.

"Adek? Adek ngapain disini, bangun ayok. Itu bajunya basah semua, bekas susu ya?" tanya Mia dengan khawatir.

Dia tadi hendak mengambil air minum tapi malah mendapatkan tubuh adiknya yang terduduk dengan tumpahan susu coklat di bajunya.

Mia berjongkok membantu Narengga untuk berdiri.

Narengga perlahan berdiri dan mengembangkan senyum manisnya kearah Mia, "Nalen tadi kepeleset telus jatoh deh. Nalen gapapa kok, kak. Nalen keatas dulu ya!"

"Gapapa yang bener? Gak sakit pantatnya?"

Narengga menggeleng pelan lalu berjalan santai menuju kamarnya untuk mandi. Tubuhnya terasa sungguh lengket.

Saat berada di kamarnya Narengga langsung mengunci rapat kamarnya agar siapapun tidak bisa masuk ke kamar.

Narengga memasuki kamar mandi dengan langkah tergesa saat buliran air matanya mulai berjatuhan.

Dia bersandar di belakang pintu kamar mandi. Hatinya terasa sesak saat mendengar kata-kata pedas yang keluar dari mulut kakeknya sendiri.

"Kalau bisa aku juga gak mau lahil... sakit banget lasanya" Narengga meremas dadanya saat kesulitan bernafas karna sesak yang menghantam dadanya saat ini.

"Kalian yang membuangku, lalu kembali memungutnya. Iya benel yang kakek bilang kalau Nalen cuma kuman yang halus segela disingkilkan"

Narengga tertawa kecil dengan menahan isak tangisnya. Jangan kira dia tidak memahami semuanya. Dia tahu, dia dibuang karna fisiknya yang tak sesempurna saudaranya yang lain, dan dia juga anak dengan imun yang lemah.

Mungkin orang tuanya tidak menginginkan jika ia dibuang. Dia juga tahu berada di posisi kedua orang tuanya juga tidak mudah. Di dewasakan oleh keadaan membuatnya lebih cepat paham akan masalah yang sekarang terjadi. Cepat atau lambat dia akan kembali dibuang, memang begitukan seharusnya menjadi kuman?

"Tuhan... Maaf Nalen hanya mengingatmu saat Nalen sedang telpuluk, tapi Nalen benelan sedih sekalang. Nalen lebih bahagia saat belsama nenek walaupun hidup selba kekulangan. Nalen mau nenek..."

Narengga||✓ [END]Where stories live. Discover now