01. Kembali

69.8K 6.1K 644
                                    

Vote and komen, makasih

Enjoy~

Jam sudah menujukkan tepat jam 12 tengah hari. Matahari berada tepat di atas kepala. Namun teriknya matahari tak mematahkan semangat seorang bocah yang berusaha mengumpulkan barang bekas dari tempat sampah.

Keringat bercucuran deras mengalir di wajah manisnya. Narengga mencebikkan bibirnya kala tidak menemukan sedikit pun makanan atau minuman yang tersisa di tempat sampah. Sungguh ia merasa sangat lapar serta haus.

"Huh! Tak apa! Nalen halus semangat! Nalen halus jadi anak yang mandili"

Narengga mengepalkan kedua tangannya ke atas menyemangati dirinya sendiri. Senyum manis terbit di bibir plumnya.

"NAREN"

Narengga melihat kesana kemari untuk menemukan asal suara yang memanggilnya tadi. Namun ketika menemukan siapa orang yang memanggilnya, Narengga memundurkan langkahnya.

"B-bang Yuda ngapain di sini?"

"Lo laperkan? Ikut gue sekarang, kebetulan gue juga belum makan"

Yuda mendekati Narengga, dan lagi-lagi Narengga memundurkan langkahnya kebelakang.

Narengga menundukkan kepala takut-takut.

"Ngga usah abang. Telima kasih, Nalen pelgi dulu"

Narengga mengambil ancang-ancang untuk berlari menjauhi Yuda. Tangan Yuda terangkat untuk menggapai tubuh Narengga tetapi kalah cepat dengan pergerakkan Narengga yang lincah. Yuda menatap sendu tubuh Narengga yang berlari berusaha menghindarinya. "Ya tuhan, jaga dia dari hal-hal yang tidak diingkan. Dia terlalu lugu untuk dunia yang keras"

Yuda meninggalkan tempat itu dengan perasaan campur aduk.

Sedangkan di sisi lain Narengga menumpuhkan kedua tangannya ke lutut, napasnya memburu.

"Hahh hahh.. untung monstel-nya ngga kejal Nalen balik"

Narengga mendudukkan pantatnya ke tanah. Ia mencengkram perutnya yang terasa perih.

"Nalen lapal.. pelut Nalen sakit hiks nenek.. Nalen halus kemana lagi"

Narengga menyeka air matanya ketika melihat seorang pria lansia hendak menyebrang jalan. Narengga berdiri dan menghampiri pria lansia itu.

"Kakek biar Nalen bantu ya!"

Narengga tersenyum manis di balik wajahnya yang dipenuhi oleh tanah serta debu. Wajah putih bersih itu terlihat sangat kusam sekarang.

"Terima kasih nak"

"Okeii!"

Sampai di seberang jalan, kakek itu tersenyum kearah Narengga dan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah kepada Narengga.

"Ambillah"

"Eh? Kakek banyak uang kenapa tidak naik angkot saja?" narengga menatap polos pria lansia itu.

Pria lansia itu mengelus pucuk kepala Narengga.

"Aduh! Kenapa kakek cabut lambut Nalen?"

Narengga melindungi kepalanya menggunakan kedua tangannya. Narengga menatap kakek itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kakek olang jahat ya..?"

"Tidak, di rambutmu ada daun tadi. Ambillah uang ini nak, tidak baik menolak rezeki"

Narengga mengangguk percaya begitu saja dengan alasan mengapa kakek itu mencabut rambutnya. Narengga menatap uang itu dan kakek bergantian.

"Tapi nanti uang kakek habis bagaimana?"

Narengga||✓ [END]Where stories live. Discover now