21. Terungkap

17.7K 1.9K 85
                                    

Hai, udah lama banget ya ga update. Follow, vote, komen ya^^

Happy Reading~

"Angel!"

Gadis dengan warna mata hazel dan rambut hitam tergerai itu membalikkan badannya ketika suara orang yang sangat familiar ditelinganya memanggil namanya.

Matanya terbelalak senang kala Ray berjalan mendekat kearahnya, mimpi apa dia semalam? Kenapa tiba-tiba orang yang ia sukai kini menghampirinya?

"Ray? Kamu?"

"Di mana Caroline?" Tanpa basa basi Ray langsung menanyakan keberadaan adik perempuannya itu, membuat Angel yang semula bahagia perlahan merubah raut wajahnya menjadi kesal.

Bukan tanpa alasan Ray bertanya kepada Angel di mana keberadaan Caroline, Angel itu adalah teman Caroline. Mereka sangat dekat.

"Ray? Aku udah ngarep banget kalau kamu nyariin aku" Balasnya tanpa melihat atmosfer disekitar terasa gelap.

"Gak perlu basa-basi, gue tanya sekali lagi lu tau keberadaan Caroline? Jawab iya atau tidak!" Tegasnya dengan mencengkram kuat pergelangan tangan Angel.

Angel meringis sakit, cengkraman dari tangan Ray benar-benar kuat dan ia yakin itu nanti akan meninggalkan bekas.

Sebenarnya ia bisa saja berteriak untuk meminta pertolongan dari murid yang berlalu-lalang, tapi karena Ray adalah orang yang dia suka dan selain itu juga wajah Ray juga tampak lebih serius dengan rahang mengeras dan urat-urat lehernya menonjol. Menyeramkan, jadi ia mengurungkan niatnya.

"Awwsss... R-ray sakit... terakhir kali aku liat Caroline di ruangan Labolaturium a-awss sakit Ray!"

Ray melepaskan pergelangan tangan Angel begitu saja tanpa memperdulikan ringisan dari bibir Angel, tanpa babibu ia langsung menuju ruangan yang Angel sebut tadi.

"RAY! Ishh! Sebel banget sumpah, dari dulu dia gak pernah ngelirik gue dan semenjak ada anak pungut itu gue semakin gak terlihat. Narengga, pantes aja Caroline benci banget sama lu. Lu merebut perhatian semua orang, awas aja lu bangsat" Monolognya dengan tatapan tajam sembari mengelus pergelangan tangannya.

Balik lagi ke Ray, cowok itu dengan langkah lebar memasuki ruangan Labolaturium yang membuat semua perhatian murid termasuk guru di sana terpusat kearahnya.

"Caroline, Ikut gue!" Lagi, Ray mencengkram pergelangan tangan Caroline dengan kuat lalu menariknya keluar dari ruangan.

Guru juga tidak berani untuk bertanya kenapa karena dia tau orang tua Ray sangat berpengaruh di sekolah ini.

"Bang! Apa-apaan sih gak usah kali narik-narik gue, sakit!" Caroline mengikuti langkah lebar Ray dengan susah payah, tak jarang ia menabrak bahu beberapa murid yang lewat, "bang! Kok lu jadi kasar gini sih!"

"Diam!"

Caroline bungkam. Jika ia melawan lagi maka Ray akan benar-benar marah. Saat ini mereka berdua berada di parkiran. Ray menyuruhnya masuk kedalam mobil dan Caroline langsung menurutinya.

"Bang, kita mau kemana sih?!"

Ray terdiam sejenak. Ia melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, "lu boleh tanyakan sendiri ke daddy kalau udah sampai di mansion"

Caroline tiba-tiba merasa sesuatu akan terjadi, dan itu tidaklah baik untuknya.

Sampai di mansion, mereka berdua langsung memasuki mansion dengan Ray yang berjalan lebih dulu dengan raut datar dan Caroline yang mengekor di belakang sembari menggigit bibir bawahnya cemas.

"Kenapa? Lu takut? Di mana keberanian lu pas nyelakain adik kandung lu sendiri hm?" Tanya Ray dengan nada rendah, tetapi Caroline masih bisa mendengarnya.

Narengga||✓ [END]Where stories live. Discover now