15. Siapa Pelakunya?

36.2K 4.1K 242
                                    

Ai sat 😳😳

Enjoy~

"NARENGGA"

Jantung Ernest berdetak dua kali lebih cepat kala melihat di bawah sana, adek kesayanganya Narengga tercebur ke dalam kolam renang sedalam lima meter. Cangkir yang berisi teh hangat jatuh terlepas dari pegangan Ernest. Kedua tungkai Ernest melemah, dengan tubuh gemetar Ernest berlari keluar dari kamar menuju di mana tubuh Narengga semakin tenggelam.

Tadi selepas mandi, Ernest memutuskan untuk bersantai di balkon kamar yang memang memiliki pemandangan langsung ke halaman belakang mansion.

"Ernest, ada apa?"

"Narengga!"

Melihat wajah sang anak yang ketakutan sekaligus panik saat menyebut nama anak bungsunya, Reina ikut mengekori sang putra dari belakang dan diikuti oleh yang lain karna penasaran.

"Bertahanlah, baby Na" suara Ernest bergetar.

Saat sampai di halaman belakang mansion semuanya menatap bingung Ernest karna tempat ini sepi. Ernest tanpa babibu menyeburkan diri ke dalam kolam renang. Adiknya... sudah berada di dasar.

"Lelocon macam apa ini!" Bentak Erick yang melihat kalau di sini benar-benar sepi.

Namun rasa penasaran mereka tergantikan oleh teriakkan histeris dari Reina kala melihat tubuh putra bungsunya keluar dari dalam kolam renang berada di pelukan Ernest.

Tubuh mereka seakan kehilangan tenaga.

Sudah berapa lama anak dan adik mereka tenggelam? Di mana para penjaga itu? Dan siapa dalang yang membuat permata mereka celaka?! Pertanyaan-pertanyaan itu bersarang di kepala mereka.

"B-bawa putra ku ke rumah sakit!"

Reina menangis histeris saat melihat wajah anaknya telah pucat pasih, pikiran-pikiran negatif mulai menyerang otaknya. Bagaimana jika anaknya tak selanat? Bagaimana jika anaknya meninggalkan dia untuk yang kedua kalinya?

"Mas hiks putraku.."

Erick menenangkan sang istri tercinta, siapa yang telah tega menyakiti putranya? Apa salah putranya? Berani sekali mencari gara-gara dengan keluarga Ferdinand.

"ADEK hiks k-kenapa, momm adek kenapa?!"

Caroline berlari menghampiri kedua orang tuanya sembari menangis di depan Reina. Reina menggeleng, ia tak tau anaknya kenapa bisa sampai tenggelam ke sana.

"Momm hiks mommy..." Caroline memeluk Reina dan menenggelamkan wajah di dada Reina, tanpa satu pun orang yang tau kalau saat ini ia sedang tertawa bukan menangis.

Di halaman belakang mansion saat ini hanya tinggal Reina, Erick dan Caroline. Kedua ibu dan anak itu menangis sesenggukkan sementara sang kepala keluarga merasa ada yang janggal di sini.

"Kita susul mereka"

Reina mengangguk lemah, ia harap apa yang terjadi sekarang hanyalah mimpi semata. Ia sudah berjanji kepada diri sendiri tak akan lalai dalam menjaga anaknya lagi, namun sekarang dia sendirilah yang mengingkari janji itu, putranya masih tetap terluka.

"Tenanglah, baby pasti baik-baik saja" Erick mengelus punggung bergetar istrinya.

Melihat pasutri itu sudah melenggang pergi, Caroline tersenyum lebar, rencananya berhasil kali ini. Sangat susah untuk menyakiti bocah pungut itu karna sodara-sodaranya selalu menempeli Narengga tiap waktu. Cih.

"Oh my..., langkah pertama berhasil, gue gak akan pernah sudi lo balik lagi ke kehidupan keluarga Ferdinand"

Caroline menyeka air mata palsunya dan terkekeh sinis.

Narengga||✓ [END]Where stories live. Discover now