19. Mimpi Absurd

21K 2.4K 46
                                    

OHHH, jadi ini, yang kesel aku slow up tapi sama sekali gak vote, komen atau follow?

Ckckck sini ginjalnya saya sentil!

Happy reading~

"MOMMY!! MOM DIMANA??"

Suara itu, suara yang sangat mereka kenali dan karena suara itulah yang membuat bangunan mewah bernuansa Eropa itu seolah kembali hidup.

Mansion besar yang dulunya lebih sering dihuni oleh para pelayan dan para bodyguard, sekarang telah ditempati kembali oleh orang-orang yang memang seharusnya tinggal di bangunan mewah nan megah ini.

Kembalinya si bungsu sangat berpengaruh pada keluarga Ferdinand, karena kembalinya Narengga mengembalikan suasana hangat di keluarga mereka yang sempat hilang.

Kembali ke pemilik suara melengking namun memiliki tubuh pendek yang kini tengah duduk di atas tangga dengan muka bantalnya.

Di bawah tangga ada sang Daddy yang ketar ketir takut anaknya jatuh dari tangga, tetapi ketakutannya memudar kala melihat istrinya berada di belakang tubuh sang anak tengah menahan tawa.

Erick menaikkan sebelah alis seakan bertanya 'ada apa?'

Erick segera menaikki tangga dan membawa tubuh Narengga kegendongan koalanya, mata si bungsu masih setengah terpejam.

"Eumh" terdengar lenguhan dari kedua belah bibir plum itu.

"Hey baby wake up" Erick mengelus surai sang anak lembut dan turun dari tangga diikuti oleh Reina di belakang.

"Baby menggigau?" Tanya Erick tanpa menoleh ke belakang dan berjalan menuju ruang tamu, di mana anak-anak dan keponakannya berkumpul.

"Haha! Iya! Padahal sejak tadi aku berada di sebelahnya tapi tiba-tiba baby ku ini merengek dengan mata tertutup, lalu beranjak bangun dengan berteriak memanggilku" Reina tak bisa menahan senyum lebarnya sembari menatap gemas Narengga yang kini tengah mendusel nyaman di dada suaminya.

Masih teringat jelas bagaimana Narengga, putranya itu merengek di alam bawah sadarnya, Reina mem-puk puk pantat anaknya berharap agar Narengga kembali tidur pulas tetapi Narengga malah bangun dan berteriak memanggilnya lalu keluar dari kamar.

Reina tak mencegah Narengga, dia hanya mengikuti dari belakang takut-takut kalau putranya terjun bebas dari lantai.

Mengingat itu membuat Reina memekik gemas dengan mencubit pipi Narengga.

"Emm!" Narengga merasa terganggu, ia perlahan membuka kedua matanya.

Erick menghela nafas pelan menyaksikan bagaimana istrinya mencubit pipi Narengga yang tengah tidur, untung istri. Kalau yang melakukan ini adalah Frans- kakaknya bisa dipastikan ia akan mematahkan tangan Frans saat itu juga.

"Mommy.." lirihnya dengan mata memerah sehabis tidur, Narengga menegakkan tubuhnya perlahan dan mendongak.

"Daddy?"

Erick hanya berdehem singkat membalas panggilan dari Narengga.

"Daddy baik-baik aja kan?"

Erick mengerutkan keningnya, apa yang dimaksud dengan putranya ini? Tentu saja ia baik-baik saja, kalaupun ia sakit ia takkan mau berdekatan dengan para keluarganya, takut tertular apalagi jika itu mengenai kesehatan putra bungsunya.

"Daddy baik, apa babby bermimpi buruk tadi hm?"

Narengga mengangguk singkat, lalu melirik Reina dengan tatapan nyalang.

"Nalen tadi mimpi daddy jadi penjual balon sama Nalen, telus mommy dateng malahin daddy, telus daddy dipukulin mommy pakai tas mommy, Nalen sedih-"

"Baby sedih karena daddy dipukulin mommy?" Sela Erick.

Narengga||✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang