27 | Berbalik

865 97 9
                                    

Mendengar jawaban Alwan, jelas sukses membuat keempat orang yang masih berada di dalam lingkaran merasa penasaran. Tatapan Alwan kini kembali terarah kepada Raja dan Ziva yang masih berusaha keras untuk menjatuhkan salah satu benda yang dipegang oleh Faisal. Namun pada akhirnya, Raja maupun Ziva tidak bisa melakukan yang mereka tuju karena Faisal benar-benar gigih ketika menggenggam boneka teluh dan pisau yang ada di tangannya.


"Cukup!!! Cukup, karena aku sudah muak dengan kalian berdua!!!" teriak Faisal.

Ziva dan Raja berhenti di tempat masing-masing, saat mendengar teriakan laki-laki itu. Faisal kini terlihat mengarahkan pisau yang dipegangnya tepat ke arah boneka teluh atas nama Raja. Ziva menoleh ke arah Alwan dan Alwan langsung menganggukkan kepalanya, sebagai tanda kepada wanita itu agar membiarkan Faisal melakukan apa pun yang diinginkannya terhadap boneka teluh itu. Perasaan Ziva jelas masih was-was karena takut terjadi sesuatu kepada Raja. Namun dari cara Alwan meyakinkannya, tampaknya pria itu sudah tahu tentang apa yang akan terjadi jika Faisal dibiarkan melakukan yang dia inginkan.

"Al, kenapa kamu memberi kode pada Ziva? Kenapa Ziva dan Raja sekarang benar-benar diam di tempat serta tidak kembali menyerang ke arah Faisal?" tanya Rasyid, tampak panik karena Faisal akan segera melakukan sesuatu pada boneka teluh atas nama Raja.

"Itu benar, Al! Kenapa kamu memberi kode pada Ziva? Apakah kode itu adalah untuk membuat Ziva berhenti menyerang Faisal?" desak Tari, tak kalah panik dari Rasyid.

"Perhatikan saja. Apa pun yang akan Faisal lakukan malam ini pada boneka teluh itu, tidak akan pernah membawanya ke dalam suatu kemenangan. Insya Allah, semua akan tetap baik-baik saja," janji Alwan, agar kesempatan orang itu segera kembali tenang.

"Tapi Al ... kami berempat terjebak di sini tanpa bisa membantu Ziva ataupun Raja. Mana bisa kami cuma memperhatikan saja, sementara kenyataan yang kami lihat saat ini membuat jantung kami berdebar-debar terus. Kamu satu-satunya yang tidak diincar, kamu juga satu-satunya yang tidak diketahui oleh Faisal sebagai bagian dari tim ini. Jadi seharusnya kamu membantu kami, Al, bukan malah diam saja di tempatmu tanpa melakukan apa-apa," tuntut Mika.

"Aku paham, Mik. Aku paham bahwa hanya aku yang punya privilege dalam kasus ini, karena aku tidak diincar dan tidak diketahui sebagai bagian dari tim. Dan kalau menurutmu aku tidak menggunakan privilege itu dengan baik, maka kamu sudah salah besar, Mik. Aku sudah melakukan segalanya sejak kita belum membakar semua boneka teluh yang Faisal buat di dalam wadah itu," Alwan menunjuk ke arah wadah yang apinya masih berkobar. "Sekarang sebaiknya perhatikan saja yang akan terjadi, karena aku jelas tidak akan mengecewakan satu orang pun di dalam tim kita dengan menghadirkan sebuah kegagalan."

Setelah Alwan diam kembali seperti tadi, mereka pun akhirnya ikut menutup mulut. Tatapan mereka kembali terarah kepada Faisal, Ziva, dan Raja.

"Aku akan membuat kamu mengalami penderitaan yang tidak akan ada akhirnya, Ziva! Aku akan membuat kamu merasakan sakitnya kehilangan, karena kamu juga sudah membuat hatiku sakit sampai sedalam ini! Dan setelah kamu melihat bagaimana caranya Raja mati malam ini, sudah tidak ada lagi jalan untuk kembali meski kamu memohon dan bersujud di kakiku!" tegas Faisal.

Ziva maupun Raja tidak menyahut sama sekali. Jantung mereka berdebar-debar luar biasa ketika Faisal akhirnya benar-benar ingin melakukan sesuatu pada boneka teluh yang dipegangnya. Laki-laki itu meletakkan boneka itu di atas aspal, lalu dengan cepat menikamkan pisau lipatnya ke arah boneka teluh itu berulang-ulang kali.

PFFFFTTTT!!! HOEEEKKKKK!!!

Darah segar pun langsung keluar dari mulut, membuatnya memegangi bagian dada serta perut dari luar pakaian yang dikenakan. Keempat orang yang berada di dalam lingkaran serta Raja dan Ziva, menatap tak percaya ke arah Faisal ketika melihat laki-laki itu muntah darah setelah menikam boneka teluh yang sejak tadi dipegang sendiri olehnya. Ziva dan Raja kini menoleh ke arah Alwan, begitu pula dengan keempat orang yang berada di dalam lingkaran. Alwan pun mengeluarkan boneka teluh lain dari dalam jaket yang ia pakai, lalu memperlihatkan boneka teluh itu kepada Faisal yang baru menyadari keberadaan Alwan.

"Raja Wiratama. Lahir pada tanggal dua belas april tahun sembilan belas sembilan puluh tujuh, hari sabtu pahing," ujar Alwan, membaca tulisan di belakang boneka teluh yang dipegangnya.

Alwan pun tersenyum sambil menatap ke arah Faisal.

"Aku adalah anggota baru di dalam tim ini. Boneka teluh yang kamu tikam itu adalah boneka atas nama kamu. Boneka atas nama Raja sudah aku ambil sejak tadi dan sekarang ...."

BLUSH!!!

Alwan melempar boneka teluh itu ke dalam wadah dengan api yang berkobar-kobar.

"... boneka itu akan menjadi yang terakhir kami musnahkan," lanjutnya.

BRUKKK!!!

Tubuh Faisal pun tumbang ke atas aspal setelah mendengar semua yang Alwan katakan. Laki-laki itu sekarat di tempatnya tanpa bisa melakukan apa-apa lagi. Rusli segera mendekat pada Faisal beserta para anak buahnya. Mereka segera memeriksa keadaan Faisal, agar bisa diberi tindakan oleh paramedis yang akan dipanggil. Setan dongga yang sejak tadi mengelilingi lingkaran mendadak pergi begitu saja. Hal itu terjadi setelah Faisal akhirnya benar-benar meninggal akibat menerima serangan teluh boneka yang dia lakukan terhadap dirinya sendiri.

Raja dan Ziva saling memeluk dengan erat setelah semuanya berakhir. Ziva kembali menangis dalam pelukan Raja, namun kali ini ia menangis karena merasa lega. Alwan pun menatap ke arah keempat orang yang baru saja keluar dari lingkaran. Mereka tampak begitu merasa bersalah karena sudah bicara terlalu keras pada Alwan, padahal Alwan sudah melakukan sesuatu untuk mereka secara diam-diam.

"Al ... kami jelas tetap membutuhkan penjelasan dari kamu soal boneka teluh atas nama Raja yang berhasil kamu dapatkan," ujar Hani.

"Ya, itu benar. Jadi jangan coba-coba bersantai sebelum kamu cerita semuanya pada kami," tambah Tari.

Alwan pun langsung meringis di tempatnya.

"Wah, ternyata lebih seram rasanya jika kalian yang meneror aku daripada tukang teluh yang memberi teror," keluh Alwan.

Mika dan Rasyid pun langsung kompak menepuk-nepuk punggung Alwan dengan keras, setelah mendengar keluhan itu.

"Sabar saja, Al. Sabar adalah jalan yang terbaik ketika menghadapi wanita," saran Mika.

"Itu benar, Al. Lagi pula, kamu jelas akan terus menerima teror dari Hani dan Tari selama kamu masih bekerja bersama tim ini. Kurang lebih ... kamu akan menerima teror itu seumur hidup," tambah Rasyid, yang tampak bahagia karena Alwan bisa ikut merasakan penderitaannya dan Mika selama ini.

"Hei! Kata-kata kalian berdua sama sekali tidak membuat perasaanku menjadi lebih baik, tahu!" protes Alwan, kembali menjadi pengidap darah tinggi.

* * *

BOOOMMMMMM!!! PRANGGGG!!! BRUAKH!!!

"Bapak!!!" jerit Sumi, saat melihat suaminya terlempar sangat jauh dan tergantung di dinding.

Tubuh Ki Yatmo pun mengalami kejang-kejang dan mulutnya terus saja mengeluarkan darah tanpa henti, sesaat setelah teluh boneka yang dijalani oleh Faisal benar-benar terpatahkan. Ki Yatmo sudah tidak bisa lagi bicara pada saat dipangku oleh Istrinya. Teluh boneka itu benar-benar berbalik menyerangnya hingga sekarat, karena sebenarnya pusat si pengirim teluh boneka itu adalah Ki Yatmo dan Faisal hanyalah perantaranya saja. Sesaat kemudian Ki Yatmo pun akhirnya meninggal, sesuai dengan aturan dari ritual teluh boneka yang harus berbalik pada si pengirim teluh.

* * *

TELUH BONEKAWhere stories live. Discover now